Anggika baru sampai rumah nya saat jam dinding nya menunjukkan pukul 20:16. Gadis itu menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan, sepi, tak ada siapapun. Mungkin kakaknya belum pulang dari kampus pikirnya, ayah nya pun belum pulang dari kantornya. Anggika menghembuskan nafasnya malas, berada di rumah sendirian bukanlah hal baik, sebab ia dapat merasakan gemerusuk di perutnya. Anggika kelaparan, tetapi ia tak bisa memasak apapun dan tentunya tak ada apapun di dapurnya.
Maka dengan langkah malas ia naik ke kamarnya untuk mandi. Setelah beberapa saat Gadis itu kembali turun ke bawah, dengan pakaian seadanya ia berjalan ke luar, untuk membeli makanan.
Dengan kaos hitam kendor dan celana seadanya, gadis itu melengos ke minimarket yang ada di kompleks rumah nya. Saat itu keadaan tengah sepi, tak seperti biasanya pikirnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...Jangan lupa pake masker :)
Setelah memilih beberapa bungkus mie instan, ia kemudian membayarnya dan keluar. Di pertengahan perjalanan dari jauh gadis itu dapat melihat segerombolan laki-laki tengah berhamburan di jalanan, samar-samar semakin dekat ia menyadari kalau mereka sedang bertengkar, tidak itu lebih pantas disebut tawuran sebab mereka sangat banyak.
Anggika menelan ludah nya susah, sebab ia tak mungkin melewati mereka seakan-akan ia tak melihat mereka, kalau berhenti pun tentu ia akan menunggu lama, kalau menunggu sampai mereka selesai. Maka dengan tekad kuat sekuat biskuat, Anggika membuka ponsel nya dan menyetel sound sirine, ia berlari ke semak-semak menyembunyikan diri.
Beberapa dari mereka berhamburan menaiki motornya, Anggika tersenyum puas. Beberapa masih tetap di sana, sepertinya ada yang terluka sebab dari balik semak-semak Anggika dapat melihat seseorang terkapar di aspal, beberapa dari mereka terlihat celingak celinguk seperti kebingungan.
Masih asik memperhatikan mereka dari balik semak-semak samar-samar Anggika dapat merasakan sesuatu yang basah menyentuh kakinya, gadis itu menundukkan kepalanya untuk melihat apa kah itu, dan.
" Kyaaaaaaaaa......., " Anggika berteriak keras, sembari keluar dari semak-semak. Menendang udara berkali-kali seperti mencoba mengusir sesuatu dari kakinya sambil menutup kedua matanya erat-erat.
Gerombolan tadi kaget dan mengarahkan pandangannya ke arah Anggika, setelah di rasa aman Anggika kembali membuka sedikit matanya untuk sedikit melihat ke arah kaki nya dan ternyata benar, aman. Atau tidak. Sebab sekarang gerombolan itu melihat ke arah nya.
Dengan lagat seperti tak terjadi apa-apa Anggika kembali bersikap seolah semuanya baik-baik saja, bersiap untuk melanjutkan langkah kakinya menuju rumah, tak perduli dengan gerombolan tadi. Sampai ia menyadari salah satu dari mereka memanggilnya.
" Woy! " Panggilnya, Anggika pura-pura tak mendengarnya dan tetap berjalan menjauh.
" Woyy!!! " Kali ini teriakan itu kembali terulang. Anggika takut kalau mengabaikannya ia mungkin akan dalam bahaya, maka ia toleh kan kepalanya kebelakang. Dan matanya melotot sedemikian rupa menyadari siapa yang barusan memanggilnya. Hiro dengan gengnya.