{11} Another Night

179 48 11
                                    


"Oliver?"

Oliver refleks memutar tubuhnya ke sumber suara. Lelaki itu mengulas senyum samar ketika mendapati Bianca yang ternyata sudah berdiri tak jauh dari tangga.

"Kau datang terlalu cepat." Ucap Bianca berjalan mendekati jendela besar tempat Oliver berdiri.

Laki-laki itu mengedikkan bahu. "Entahlah, apa yang salah dengan itu?"

Bianca melirik sekejap lelaki yang lebih tinggi darinya. "Bukankah ini terasa sedikit aneh?"

Oliver memberikan tatapan bertanya. "Aneh?"

Gadis itu mengangguk. "Biasanya aku berada di sini lebih awal dan kemudian kau datang menggangguku, itu masuk akal. Tapi jika kau yang datang lebih dulu, itu terkesan seperti aku yang mengganggumu bukan?"

Oliver tampak berfikir. Apa yang dikatakan Bianca memang benar, hal tersebut terjadi hampir setiap malam mereka bertemu tanpa disengaja. Ia langsung tertawa lirih mengingat hal itu. "Apakah itu sangat penting?"

"Tentu saja Oliver." Jawab Bianca melayangkan pandangannya ke langit.

Lelaki itu mengenyrit. "Itu adil bukan?"

Biaca menundukkan pandangannya dan mulai membuka buku yang ia bawa. "Anggap saja seperti itu."

Satu alis Oliver terangkat ketika mata coklatnya melihat buku tanpa judul yang dibawa gadis pirang disampingnya. "Mengapa kau selalu membawa buku tanpa judul?"

"Kau memperhatikannya?" Bianca balas bertanya.

Lelaki itu berdehem pelan. "Well ya, sesekali." 

Bianca memandang bukunya dengan ragu. Tangannya refleks mengusap pelan sampul hitam yang melekat di bukunya. Perlahan, kuku jarinya mulai bergerak melepaskan perekat-perekat kecil yang ada di sisi-sisi buku itu.

Oliver terdiam melihat apa yang dilakukan Bianca, ia tentu sudah mengetahui jika Bianca memberi sampul pada buku-bukunya, salah satunya adalah buku milik Bianca yang masih berada padanya.

Ia hanya ingin tau, mengapa gadis itu melakukan hal tersebut dan ya, berpura-pura tidak tau adalah pertanyaan terbaik dan tentu saja tidak akan menimbulkan kecurigaan.

"Lihatlah." Gadis itu menjulurkan buku yang saat ini sudah menampakkan judul aslinya.

Oliver menerimanya dengan wajah berkerut. "Titanic?"

Bianca mengangguk. "Ya, apa kau tau apa itu Titanic?"

"Kurasa itu sejenis kapal?" Jawab Oliver melihat sampul buku berlukiskan sebuah kapal dan ia tak yakin tapi itu terlihat seperti sepasang kekasih.

Oliver mendengar gadis itu menghela napasnya. "Sebagaian besar Wizard tidak akan mengetahui apa itu Titanic. Karena Titanic adalah nama sebuah kapal megah milik muggle."

Oliver hanya mengangguk mengerti, ia tak banyak memberi reaksi, seakan menanti kelanjutan kata-kata gadis disampingnya.

Bianca memperhatikan sekitar dengan ragu. "Itulah sebabnya, kau tau aku adalah seorang Slytherin. Orang-orang di sekitarku tentu saja adalah pure-blood yang emm aku yakin kau mengerti, hampir seluruh pure-blood membenci hal yang berbau muggle." Jelas Bianca. "Terutama.. orangtuaku." Lanjutnya dengan intonasi lebih rendah.

Bianca menggenggam pembatas besi dingin dihadapannya dengan erat. Mengapa ini terasa begitu aneh? Mengapa dirinya selalu merasa ingin menceritakan semuanya pada Oliver.

Oliver memandang buku itu dan Bianca secara bergantian. Seharusnya Oliver mengetahui alasan itu, ia hanya tak pernah memikirkannya karena situasi dirinya dengan Bianca jelas berbeda.

Cold Tears: When The Darkness Separated UsWhere stories live. Discover now