{21} Further

138 49 6
                                    


"Saprpensortia!" Terlihat sebuah ledakan kecil di ujung tongkat Bianca disertai dengan munculnya ular hijau sekuran hampir setengah lengan manusia dari tongkat itu.

Bianca melirik Oliver disampingnya. "Bagaimana?"

Lelaki itu mengangguk sambil tersenyum sekilas. "Baiklah, mantra Vipera Evanesca." Gumam Oliver sebelum menarik tongkatnya dari dalam jubah.

Pemuda Gryffindor tersebut memicingkan matanya, ia mulai memberikan tatapan tajam kepada ular yang terus bergerak ke arah Bianca itu.

"Fokuskan seluruh perhatiannmu padanya." Bisik Bianca ikut memperhatikan gerakan ular tersebut.

Gadis itu refleks mengambil langkah ke belakang saat ular hijau berkepala pipih tersebut seperti terlihat lebih memiliki minat kepadanya dibandingkan Oliver.

Gadis itu menelan ludahnya. "Kurasa ini saatnya, Oliver." Ucap Bianca mengarahkan tongkanya randah, berusaha tidak mengucapkan mantra apapun untuk mengusir ular itu, ia berniat memberikan Oliver kesempatan untuk mencobanya.

"Vipera Evanesca!" Seru Oliver lantang, namun tidak sebanding dengan gerakan lincah ular hijau yang berhasil menarik ekor dengan gesit.

Ular itu mendesis keras sambil terus menggeliat dilantai batu memaksa Bianca berjalan mundur ke salah satu sudut ruangan berdebu tersebut.

Oliver menahan amarahnya, ular sialan itu seakan menguji kesabarannya dengan terus mendesis keras sambil menggeliat menggiring Bianca ke salah satu ujung ruangan.

Oliver menggenggam tongkatnya kuat, "Vipera Evanesca!" Lelaki itu berdecak keras. "Sial, jangan andalkan aku. Ini sudah sangat berbahaya."

Oliver menarik napas terkejut saat mendapati respon Bianca, Gadis Slytherin tersebut justru menggeleng cepat sambil menatap Oliver yakin. "Ayo Oliver, ini bahkan terlihat lebih mudah daripada menangkap quaffle dengan kecepatan sedang."

Lelaki itu mendengus pelan, ia menatap Bianca sekejap sebelum akhirnya perhatian pemuda tersebut kembali tertuju pada ular yang mulai mengangkat kepalanya sebagai pertanda siap memberikan serangan berbisanya pada Bianca kapan saja.

Napas Bianca tercekat di sudut ruangan itu, namun ia kembali bernapas dengan normal saat melihat Oliver menampilkan raut wajah serius untuk menyelamatkannya.

Bianca menghela napas rendah seraya menggenggam ujung jubahnya kuat-kuat agar tidak bergetar ketakutan. Sejujurnya ia tetap melakukan hal ini karena dirinya juga ingin mengetahui bagaimana reaksi Oliver jika keselamatannya terancam.

Baiklah Bianca mengakui ini adalah hal yang sangat bodoh yang pernah ia lakukan, tapi gadis itu juga tak berniat berhenti melakukannya.

Oliver berusaha menjaga dirinya tetap dalam keadaan tenang. Ia kemudian menghentak-hentakkan kakinya dengan keras, yang bertujuan untuk menimbulkan suara bising sehingga perhatian ular tersebut beralih padanya. "Dasar ular sialan." Umpat Oliver saat ular hijau tersebut akhirnya bergerak ke arahnya.

"Vipera Evanesca!" Seru Oliver setengah berteriak membuat ular tersebut mendesis semakin keras dengan lidah panjangnya yang terlihat.

"Oh baiklah jika itu maumu," lelaki itu menarik napas panjang sebelum melangkahkan kakinya maju dengan yakin.

Ular tersebut juga tidak terlihat gentar walaupun Oliver terus saja mengarahkan tongkat sihir ke arahnya, mahluk panjang tersebut langsung membuat gerakan mematuk yang sontak membuat Oliver menggelinjang ke belakang karena terkejut.

"Vipera Evanesca!" Seru Oliver pada ahirnya sebagai final, ledakan kecil dengan banyak asap tercipta saat mantra yang diucapkan lelaki itu pada ahirnya mengenai tepat ujung kepala ular tersebut.

Cold Tears: When The Darkness Separated UsWhere stories live. Discover now