{35} Secret

95 33 1
                                    

✧◝▿◜✧

"Sebentar, aku tidak mengerti. Apa maksudmu buku itu milik Bianca?" Tanya Fred, wajahnya berkerut semakin dalam.

"Aku akan menceritakannya, tapi berjanjilah kalian tidak akan mengatakannya kepada siapapun." Jawab Oliver dengan serius.

"Tentu." Balas George, yakin.

Oliver menatap keduanya ragu."Tulisan crvy yang dimaksud Professor Snape.. sebenarnya adalah singkatan nama dari Bianca Avery. Sama seperti yang kalian lihat di buku basket muggle yang waktu itu kubaca."

Fred dan George saling melempar pandangan.

George kembali membuka suara. "Oh! Jadi, c untuk mewakili Bianca, dan rvy untuk Avery begitu?"

"Sangat jauh dari nama aslinya, orang akan sulit untuk mengenali pemilik--"

"Itulah tujuannya." Timpal Oliver langsung. "Agar orang tidak mengetahuinya. Kau tahu, darah murni Slytherin sangat anti dengan hal-hal berbau muggle."

"Briliant!" Seru Fred dan George, pelan.

"Bianca selalu berhati-hati, semua buku mugglenya selalu ditutupi sampul gelap dengan rapi." Oliver bergumam pelan.

"Jadi.. apa maksudnya semua ini?" Tanya George, hati-hati.

Fred menyandarkan tubuhnya pada dinding. "Jika buku itu awalnya akan diambil oleh Katie, apakah kau berfikir.. Bianca sengaja melakukannya?"

Oliver tertunduk. "Tidak, aku tahu Bianca bukanlah orang seperti itu."

George nampak berfikir. "Hal yang paling tidak aku mengerti adalah, mengapa justru Bianca merebut buku itu dari Katie, jika dia tahu buku itu berbahaya?"

"Aku tidak tahu, George." Jawab Oliver, lelah.

"Kau harus menanyakannya langsung maksudku, ini sangat tidak jelas." Tuntut Fred.

"Kau tahu, aku berharap aku bisa." Oliver mendongak, menatap langit-langit lorong. "Bianca menolak berbicara denganku setelah dia memutuskan hubungan kami."

"Oh-- eum." Ucap George, sedikit tidak enak hati.

"Maaf kami tidak tahu tentang itu." Fred menjawab kikuk.

Oliver menggeleng samar. "Tidak apa-apa sungguh. Mungkin aku akan menayankannya pada Pucey, aku yakin dia tahu sesuatu."

George melipat tangannya. "Aku tidak melihat dia di Great Hall tadi."

Oliver menghela napasnya. "Kurasa dia.. menemani Bianca di Hospital Wing."

"Jadi sekarang kau akan menemui Pucey?" Fred kembali bertanya.

Oliver bangkit dari sandarannya. "Yeah."

George menepuk pelan bahu Oliver. "Baiklah mate, semoga kau menemukan informasi. Cari aku dan Fred jika kau membutuhkan sesuatu."

Oliver mengangguk dengan senyuman tipis di wajahnya. "Terimakasih. Kalian telah banyak membantuku."

Fred terkekeh. "Kami hanya ingin memastikan kau tidak depresi karena.. yeah, semua kejadian ini."

George tertawa rendah. "Dan tidak melakukan percobaan bunuh diri." Timpal lelaki jahe itu.

"Apa? Tentu saja tidak." Sanggah Oliver.

Mata Fred memicing. "Well, mengunci diri di dalam kamar mandi selama berjam-jam bisa dikatakan percobaan bunuh diri."

Oliver terdiam sejenak sebelum menjawab. "Itu aku hanya.. kau tahu, lelah dengan semua ini."

Cold Tears: When The Darkness Separated UsWhere stories live. Discover now