{14} Worst

165 44 5
                                    


Bianca membawa dirinya seorang diri diantara kerumunan Slytherin lain yang tengah berjalan bersama menuju lapangan qudditch untuk menyemangati Slytherin di pertandingan melawan Gryffindor musim ini.

Gadis itu semakin merapatkan outer rajutnya ketika udara dingin diluar castle memembelai kulitnya.

Langkahnya melambat bersamaan dengan ia mendongak menatap ragu menara penonton Slytherin. Bianca memilih tak bergeming di posisi belakang diatas menata tersebut jauh dari teman-teman asramanya.

Gadis itu melipat tangannya sambil matanya melihat sekeliling. Beruntunglah postur tubuhnya sedikit banyak membantu untuk dapat melihat lapangan dengan cukup jelas dari belakang anak-anak Slytherin lain.

Bianca sadar ia terlihat buruk dengan bundaran hitam yang tercetak jelas di area matanya, ia juga tak berhenti mengerjapkan matanya untuk menetralisir rasa perih di ujung matanya akibat kurang tidur.

Gadis itu refleks mendongak saat mendengar seruan Lee Jordan, pembicara quidditch di pertandingan kali ini mengumumkan bahwa pertandingan akan segera dimulai.

"Gryffindor!"

Tim berjubah merah berjumlah tujuh orang mulai memasuki area pertandingan dengan Oliver sebagai pemimpin mereka.

Kemudian, dari arah berlawanan Marcus Flint dengan wajah arogan khas dirinya pun memberi isyarat pada anak buahnya untuk segera mengikutinya menuju tengah lapangan.

"Dan di sisi lain, Slytherin!"

Sorakan bising spontan terdengar dari seluruh siswa orang yang berada di lapangan tersebut. Bianca tak bisa melepaskan pandangannya dari keeper Gryffindor saat lelaki itu bergerak maju menuju ringnya.

Bola quaffle dipukul keudara sebagai tanda mulainya permainan. Adrian melaju dengan kecepatan tinggi mendahului chaser Gryffindor, Katie Bell. Kemudian terlihat Angelina bersama Alicia membentuk posisi mengepung Adrian. Namun lelaki itu langsung meninggikan broomsticknya bersamaan dengan tangannya melempar kencang quaffle tepat ke arah gawang Gryffindor. Namun sang keeper langsung sigap menangkap bola tersebut.

"Oh tidak! Chaser Adrian Pucey gagal mencetak sepuluh poin untuk Slytherin. Kerja bagus, Kapten Wood!" Seru Lee Jordan diiringi sorak meriah Gryffindor.

Bianca dengan cepat memajukan dirinya beberapa langkah agar dapat melihat dengan sedikit lebih jelas untuk menganalisis situasi di lapangan.

Matanya langsung menangkap sosok seeker baru Gryffindor yang dimaksud oleh Adrian pagi ini.

Seperti yang Adrian katakan sebelumnya, memantrai seeker Gryffindor mungkin menjadi jalan terbaik untuk saat ini.

Karena seeker sebagai perebut skor terbesar akan sangat menguntungkan Slytherin jika ia mengalami cidera dan harus menghentikan pertandingan. Atau setidaknya hal tersebut dapat memberi peluang besar bagi Terence untuk mendapatkan golden snitch jika anak itu mengalami hambatan.

"Tenang, mantrai anak itu, Slytherin menang dan semuanya akan baik-baik saja." Gumam Bianca didalam hatinya.

Walau dirinya sendiri membenci untuk melakukan hal licik, namun sebelum mengenal lebih jauh Oliver Wood, melakukan kejahatan kecil seperti ini bukanlah masalah yang besar untuk Bianca. Namun saat ini, tangannya bahkan terasa kebas tanpa alasan yang jelas.

Dengan diselimuti perasaan ragu, Bianca menggerakkan jemarinya menarik tongkat sihir dari balik outer rajut yang ia kenakan.

Tangan kanannya menggenggam tongkat tersebut dengan kuat seraya matanya tak lepas dari gerak-gerik seeker Gryffindor yang saat ini tengah beradu kecepatan dengan Terence, untuk mendapatkan golden snitch.

Cold Tears: When The Darkness Separated UsWhere stories live. Discover now