{41} More

201 29 6
                                    

✧◝▿◜✧

Bianca sedikit mengangkat kepalanya ketika helaan napas berat terdengar dari pemuda dihadapannya. "Jadi, siapa yang harus disalahkan atas hal ini?"

"Tidak ada waktu untuk menyalahkan siapapun." Balas Oliver, membuat Bianca menoleh kepada lelaki yang duduk disampingnya itu.

Adrian mendecih pelan, dengan sengaja melirik kepada Bianca dan memilih mengabaikan ucapan Oliver. "Aku hanya berfikir, tidakkah kalian bisa memilih tempat yang lebih aman untuk membicarakan," Ia merendahkan suaranya. "Hal semacam itu?"

Bianca membuka mulutnya, hendak menimpali perkataan Adrian namun Oliver mengintrupsinya dengan segera. "Kau tidak tahu keadaan disana saat itu, jadi jangan terus menyalahkan orang lain."

"Itu salahku, seharusnya aku tidak membicarakan hal itu disana. Karena meskipun lorong kelas satu sangat jarang dilewati, bukan berarti tidak ada yang lewat disana." Ucap Bianca, nada pelan gadis itu jelas menggambarkan penyesalannya.

Oliver menatap Bianca dengan perasaan yang tidak menentu. "Ini sudah bukan soal dirimu atau lorong itu lagi. Titik masalah sekarang berada pada Tracy. Tidak ada yang bisa memastikan Tracy mengetahui rahasia ini atau tidak."

Tatapan Adrian melembut ketika melihat kekhawatiran yang begitu dalam di wajah Bianca. "Sejak awal Bianca mengatakan tentang Tracy kepadaku, aku sudah merasa dia akan mencampuri urusan kita, dan benar saja."

"Dia hanya terlihat seperti gadis biasa, tapi kita tidak boleh menilai berdasarkan hal itu," Kata Oliver yakin. "Apapu itu, kita harus bertindak cepat sebelum.. dia mengatakan hal yang tidak perlu kepada orang lain."

Bianca memejamkan matanya sesaat sambil menarik napas rendah, berharap kegelisahannya dapat mereda. "Tapi kita bahkan tidak tahu, apakah Tracy benar mengetahuinya atau tidak. Maksudku, kita hanya terus berasumsi tentang kemungkinan terburuknya bukan?"

"Kau benar, untuk itu kita perlu mencari tahu." Gumam Oliver.

Adrian kembali meneguk butterbearnya.  "Bukankah biasanya anak Hufflepuff dapat diandalkan Maksudku, mungkin mereka bisa menjaga rahasia."

"Jangan memukul sama rata semua orang hanya berdasarkan asrama mereka. Tidak ada jaminan Tracy adalah orang yang dapat dipercaya." Sang lemuda Gryffindor menyanggah keras.

Mata Bianca bergerak menatap keduanya bergantian sebelum kembali berbicara. "Dan hal yang kusembunyikan adalah sebuah kejahatan. Dia pasti akan merasa bersalah jika mengetahui hal itu, tapi tidak mengatakannya kepada siapapun terutama para professor."

Satu alis Adrian terangkat. "Wood, kau adalah Gryffindor yang ramah dan terkenal. Bukankah akan lebih mudah jika kau yang mencari tahu?"

"Meski begitu, selama aku tidak mengenal dia. Itu tidak berpengaruh sama sekali, Pucey." Oliver menjawab enggan.

"Ataukah sebaiknya, aku yang mencoba berbicara padanya?" Saran Bianca.

"Tidak," Adrian langsung menegakkan posisi duduknya. "Aku memiliki firasat yang tidak baik mengenai gadis itu, bagaimana jika dia melakukan hal buruk kepadamu. Seperti mengancam atau yang lainnya."

Oliver melipat kedua tangannya. "Pucey benar, kau sebaiknya jangan bertindak gegabah."

Gadis itu mendengus pelan. "Lantas?"

Keadaan hening untuk beberapa saat. Baik Adrian, Oliver, maupun Bianca tengah menyelami fikiran mereka masing-masing. Bianca mengedarkan pandangannya ke kepada para pengunjung Three Broomstick di seluruh penjuru ruangan yang remang-remang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 10, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cold Tears: When The Darkness Separated UsWhere stories live. Discover now