9

10.1K 663 6
                                    

Please kindly leave your vote and comment. And pardon me for the typos. happy reading ♥️




***


Amy dan Dru berjalan mendorong trolley sembari memilik susu ibu hamil. Sore tadi Amy bersikeras untuk ikut memeriksakan kandungan Dru, sedangkan Shinta harus menemui rekan kerjanya sehingga tidak ikut. Adik Juna itu tidak mengetahui siapa Dru sebenarnya, yang ia tahu bundanya memilki putri baru. Bahkan mungkin Dru lebih disayangi bundanya ketimbang dia yang lebih sering membuat orang tuanya pusing.

“Mau yang rasa apa sayang?”

“Vanilla aja bunda,” wanita tua itu memasukkan 3 kardus susu vanilla sekaligus. “kok banyak banget bun?”

“Engga papa buat persediaan. Sekalian beli sayur sama buah ya. Ohh iya biskuit asin, takutnya kamu suka mual-mual.”

Dru terharu menerima perhatian yang diberikan Amy. Wanita itu sama sekali tidak marah ataupun menamparnya seperti yang ia kira sebelumnya. Bahkan dengan baiknya memperlakukannya seperti putrinya sendiri.

“Makasih ya bunda, maafin semua kesalahan Dru.”

“Ssttt. Udah yaa. Ini bukan sepenuhnya salah kamu, tapi salah putra bunda juga. Kamu tinggal di mana sekarang?”

“Di jakal bun.”

“Di resort Nirwana?” wanita itu menyebutkan salah satu resort miliki putranya.

“Bukan bun, di rumah Dru kok.”

“Kamu tinggal sendiri?” Dru mengangguk, sedangkan Amy heran dengan putranya. Anaknya itu memilki banyak properti dan banyak pelayan juga, mengapa Dru tinggal sendiri. Bahkan Dru masih harus bekerja keras untuk membiayai hidupnya, bisa saja putranya itu memberikan barang mewah bahkan mengirimi Dru uang setiap bulannya. “Kamu engga pakai supir?”

“Engga lah bun, memang Dru siapa.” Dru tertawa mendengarnya.

“Kenapa Juna engga mempekerjakan supir atau pelayan di rumah kamu?”

“Dulu Mas Juna pernah melakukannya, tapi Dru nolak.”

“Dan dia nurut aja?” masalahnya Juna begitu keras kelapa, tidak mungkin mau mau saja menurut.

Dru menggeleng dan tertawa mengingat bagaimana ia membujuk pria itu untuk tidak tinggal di salah satu propertinya dan menolak sopir serta semua pelayan. Bahkan rencananya pria itu akan mempekerjakan pengawal untuk menjaga Dru. Memang sangat berlebihan.

“Bunda tau betapa keras kepalanya Mas Juna kan, Harus bertengkar dan adu mulut dulu.” Iya adu mulut dalam artian mengadu mulut yang sebenarnya, dan berakhir percintaan panas di ranjang.

***

Mereka sudah sampai di rumah sederhana yang Dru beli dengan jeri payahnya.

“Silahkan masuk Bun.”

Amy memasuki rumah itu dengan heran, rumah ini begitu biasa apabila dibandingkan dengan properti-properti milik Juna. Bukannya bermaksud merendahkan, akan tetapi mengapa putranya itu sama sekai tidak memberi Dru rumah dan fasilitas mewah. Anaknya itu begitu brengsek, egois, dan ternyata juga pelit.

Mereka duduk di sofa ruang tamu Dru sembari menikmati teh dan mengobrol.

“Bunda, boleh Dru tanya?”

“Tentu boleh dong sayang.”

“Bunda bagaimana bisa tau kalau Dru ada hubungan dengan Mas Juna?”

“Dari cincin yang kamu pakai, itu adalah cincin yang dulu bunda berikan pada Juna. Bunda mau ia memberikan cincin itu pada wanita yang ia cintai.” Dru terkejut mendengar itu dan segera melepas cincin itu untuk dikembalikan pada Amy.

“Maaf bunda, Ttapi Dru engga tau. Ini Dru kembalikan.”

“Engga sayang, Juna sudah memberikannya padamu. Makannya bunda heran mengapa Saras tidak pernah memakai cincin itu, dan bunda terkejut waktu ketemu kamu di pernikahan Juna. Karena cincin itu dibuat khusus, hanya milik bunda dan milik kamu.”

“Tapi Dru engga pantas memakai cincin ini.” Ujar Dru sedih, dan merutuki apa yang dilakukan Juna. Sebenarnya pria itu punya otak atau tidak, bagaimana cincin ini malah diberikan pada Dru bukan ke istrinya.

“Kamu pantas memakainya. Mungkin sekarang Juna bingung memilihmu atau istrinya. Anak itu memang serakah dan egois. Bahkan dari kemaren bunda suruh pulang alasannya sibuk padahal bunda udah gemes buat jewer kuping dan nabok pantatnya.”

“Tapi minggu lalu Mas Juna ke Jogja.” Ujar Dru polos.

“Nahh kan. Bisa bisanya ke Jogja engga pulang nemuin bundanya.” Amy geleng-geleng kepala dengan tinggkah putranya.

“Dia nginep di sini? Berapa hari”

“Engga bun di apartemennya, tapi setelah itu Dru engga tau.”

“Kalian engga tinggal bareng?”

“Dru cuma nginep semalem di apartemennya, setelah itu kami engga berhubungan lagi.” Dru malu mengatakannya.

Amy mengerti mengapa putranya bisa terpikat dengan Dru. Selain memiliki wajah yang manis dan tidak bosan dilihat, Dru memiliki kepribadian yang santun dan kuat. Pasti banyak pria yang tertarik dengan Dru, tetapi sialnya anaknya itu malah mengikatnya. Sepertinya Juna tidak mau berpisah dengan wanita ini, ditambah sekarang Dru sedang mengandung cucu pertamanya. Amy pun tidak mau Dru menjauh dari kehidupan putranya, akan tetapi Dru juga berhak untuk bahagia dan mendapatkan pria yang mencintainya.











MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang