27

9K 554 8
                                    

Please kindly leave your vote and comment. And pardon me for the typos.
Aku tunggu kritik dan sarannya yaa :)

Happy Reading ♥️

***





Saat tangan Dru mengenai dahi Juna, wanita itu dapat merasakan tubuh Juna yang panas. Ia sedari tadi memperhatikan wajah pucat dari pria itu, tapi di depan Gie, pria itu dapat tertawa dengan lepas.

"Kamu sakit?" Pertanyaan itu tidak dapat ditahan Dru.

"Hmm" Pria itu hanya bergumam, tangan kirinya masih digenggaman Juna sedangkan tangan kanannya yang tadi mengelus rambut digunakan untuk mengecheck suhu Juna.

"Hei!" Dru mengangkat kepala Juna untuk tegak dan melihat wajahnya, matanya memerahdan air mata masih menetes.

Untuk pertama kalinya Dru melihat Juna menangis, mengapa pria itu menangis? Apa hanya karena ditolak Dru membuat Juna menangis?

"Kamu udah makan?" pertanyaan Dru hanya dijawab gelengan kepala, "mau ke rumah sakit aja? Sejak kapan kamu sakit?"

Pria itu masih menggeleng, kini kepala Juna terasa berat dan pusing. Akan tetapi ia tidak ingin ke rumah sakit, karena pria itu membenci rumah sakit.

"Kalo gitu sebaiknya kamu pulang, terus makan, jangan lupa minum obat. Kalo besok belum membaik segera hubungi dokter." Dru mulai cerewet saat melihat Juna sakit, seperti dahulu.

"Aku rasa tidak akan kuat menyetir Dru," Kepalanya benar-benar berdenyut menyakitkan.

"Kan ada pak Munir, sebentar aku panggilkan." Dru sudah akan beranjak akan tetapi ditahan oleh pria itu.

"Tadi aku minta tolong ke pak Munir buat ngirim barang dari vila ke rekan kerja aku di Banyuwangi."

"Hmm, aku bisa antar kamu ke vila."

Selama di Bali Juna memilih tinggal di vila Nusa Dua, yang sebenarnya lumayan jauh dari tempat tinggal Dru.

"Ini sudah teralu malam Dru, aku nanti bakal khawatir kalo kamu pulang sendirian."

"Aku bisa panggilin taksi atau ojek online."

"Kamu bener-bener jijik sama aku ya Dru?"

"Hahh?" wanita itu tidak mengerti dengan maksud Juna.

"Apa engga boleh aku menginap Dru? Di vila tidak ada orang, gimana kalo aku tiba-tiba pingsan?" pria itu mulai memanfaatkan situasi, walaupun sudah ditolak Dru ia tidak akan menyerah. Juna akan terus berjuang, salah satunya dengan trik yang ia gunakan malam ini.

"Huhh... baiklah. Hanya untuk malam ini. Sana kamu istirahat, aku buat bubur dulu."

Dru menghela napas menyerah, ia membuat bubur dengan cepat setelah itu ia menyiapkan obat dan membawanya ke kamar. Sekilas ia melihat putrinya yang nampak tertidur pulas.

"Ini habiskan, terus nanti minum obat."

"Kamu engga mau suapin aku Dru?"

"Kamu cuma engga enak badan, tangan kamu masih bisa digunakan dengan baik!" Dru berkata dengan sinis, lama kelamaan Juna menjadi menyebalkan.

"Tapi aku benar-benar lemas Dru."

Karena malas untuk berdebat, dan sudah semakin malam Dru mengalah. Wanita itu menyapi Juna dengan sabar.

Malam semakin larut Dru merasa lega saat Juna dapat tertidur karena pengaruh obat yang tadi diminumnya. Kakinya melangkah menuju sofa ruang tamu dan menyusun bantal untuk tempatnya tidur malam ini.

Tidak mungkin dirinya satu ranjang dengan pria itu, oleh karena itu ia memilih tidur di sofa, sesekali Dru mengecheck keadaan Juna. Karena panas pria itu tidak juga segera turun, akhirnya Dru memutuskan untuk mengkomresnya.

Juna terbangun dari tidurnya dan tersenyum saat menemukan kain kompres di dahinya. Ternyata Dru masih peduli dengannya, dibalik dinginnya sikap wanita itu masih ada sedikit perhatian. Pria itu tahu bahwa Dru merupakaan orang yang tidak tegaan dan dan peduli dengan orang lain.

Bahkan setelah apa yang telah dilakukannya Dru tidak membencinya, wanita itu masih mengizinkannya untuk bertemu Gie dan berkunjung ke rumah ini. Dan sekarang wanita itu masih mau merawatnya ketika dirinya sakit seperti dahulu.

"Good morning princess." Sapa Juna saat melihat putrinya membuka mata dan duduk di ranjang bayinya.

"Daddy?" tangan kecil itu mengucek matanya.

"Where is mommy?"

"Ayo kita cari mommy." Juna segera mengambil Gie ke gendongannya dan berjalan ke luar kamar.

"Mommy!" teriak Gie dengan suara cemprengnya.

"Hei, good morning baby!"

Dru mencium dahi Gie yang masih berada digendongan Juna dengan sayang, wanita itu sibuk di dapur untuk memasak sarapan bersama May.

"Kamu udah baikan?"

"Yeah, thank you udah rawat aku semalem."

"hmmm." Dru hanya membalas dengan gumamam.

Pintu rumah itu diketuk dan Dave datang dengan sebuket bunga mawar. Wajah yang sebelumnya bersinar perlahan meredup saat menemukan Juna yang sudah ada di dapur Dru.

"Good morning."

"Ohh good morning Dave." Dave mendekat dan menyerahkan buket bunga itu pada Dru. "Thank you, tapi kamu engga perlu repot-repot. Lagian ini bukan hari special."
"Hari ini aku ulang tahun Dru."

"Ohh, happy birthday Dave. Maaf aku tidak mengetahuinya, tapi harusnya aku yang memberi hadiah. Tapi kenapa kamu yang malah memberikanku bunga?"

"Karena aku ingin."

Juna meperhatikan interaksi mereka dengan perasaan cemburu, ia tidak rela Dru dekat dengan pria lain. Apalagi Dave cukup tampan, dan setelah mencari tahu tentang pria itu, yang ternyata adalah seorang aktor.

Sebelumnya Juna tidak pernah merasa rendah diri, tapi dihadapan Dave ia minder. Dan Juna takut Dru terpikat dengan Dave, ia takut Dru akan meninggalkannya.

"Uncle!" Gie bersorak dan menjulurkan tangannya meminta gendong Dave. Pria itu tersenyum melihat Gie yang baru bangun tidur masih dengan rambut acak-acakan.

"Sebenarnya aku ingin mengajakmu sarapan bareng, tapi sepertinya kalian sudah ada acara sendiri."

"Kamu bisa bergabung dengan kami Dave, tapi maaf kami tidak memiliki kue untuk merayakan ulang tahunmu."

"Apa aku tidak mengganggu kalian?"

"Tentu tidak, come here. Ikut kami sarapan."

Suasana pagi itu begitu canggung, tidak ada yang memulai pembicaraan. Dru merutuki ajakannya tadi, seandainya ia tidak mengajak Dave sarapan pasti suasananya tidak akan secanggung ini. Melihat wajah Juna yang ditekuk membuat membuat napsu makannya hilang.


















Hello :)

Aku harap kalian suka sama cerita ini.
Ditunggu kritik dan sarannya....

Jangan lupa vote dan comment karena itu buat aku semangat nulis cerita ini.

Thank you :)

MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang