23

9.2K 613 36
                                    

Please kindly leave your vote and comment. And pardon me for the typos.
Aku tunggu kritik dan sarannya yaa :)

Happy Reading ♥️

***

Juna menatap Dru yang sedang mendorong stroller berjalan di taman belakang vila, pria itu tidak bisa tidur semalaman karena perasaannya campur aduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juna menatap Dru yang sedang mendorong stroller berjalan di taman belakang vila, pria itu tidak bisa tidur semalaman karena perasaannya campur aduk. Ditambah semalam ia diusir dari kamar oleh Amy, ibunya itu tidak membiarkannya tidur dengan Dru. Bahkan dirinya belum sempat melihat anaknya, tetapi Amy dengan teganya menyeretnya keluar kamar.

"Mau kemana kamu?" Tanya Amy saat Juna melangkah keluar dari pintu. "Sini dulu, ayah sama bunda mau ngobrol."

"Tapi bun, aku pengen liat anakku."

"Ini penting, atau kamu malah engga bunda izinkan ketemu mereka selamanya." Ancam Amy.

Juna mengalah dan berjalan menuju ruang keluarga, di sana telah duduk Hadiwijaya dengan wajah dinginnya.

"Kamu sudah memiliki keputusan?" Tanya ayahnya.

"Sudah yah, aku akan bercerai tapi Saras belum mau menyetujuinya."

"Jika kamu sudah bercerai, apa yang akan kamu lakukan?" Amy ganti bertanya.

"Tentu saja menikahi Dru."

Hadiwijaya berdecih meremehkan, "Kamu pikir Dru mau menikah dengan kamu? Dipernikahanmu sebelumnya kamu selingkuh, apa jaminannya jika kamu tidak akan mengulanginya?"

"Aku tidak akan selingkuh lagi yah, aku mencintai Dru. Apalagi kini kami sudah memiliki anak."

"Kamu cuma nyumbang sperma aja yaaa! Dru yang berjuang mengandung sembilan bulan, melahirkan dan mempertaruhkan nyawanya. Bahkan dia hampir kehilangan nyawanya, dia tidak sadarkan diri berhari-hari, kamu ngapain aja waktu dia berjuang untuk anaknya?"Ujar Amy menggebu-gebu.

Juna terhenyak mengetahui perjuangan Dru, wanita itu telah melalui masa yang sulit dan apa yang telah dilakukannya. Pria itu merasa menjadi pria yang tidak berguna, yang hanya membuat hidup Dru menderita.

Bahkan sampai saat ini ia tidak mengetahui jenis kelamin anaknya sendiri. Amy benar, dirinya hanya menyumbang sperma, sedangkan Dru yang susah payah merawat anak mereka.

"Maaf, aku menyesal bun."

"Jangan minta maaf sama bunda, minta maaf sama Dru dan Gie."

Jadi anaknya perempuan, dan namanya Gie. Juna tersenyum mengetahui hal tersebut, pasti anaknya cantik seperti Dru, pikir pria itu.

"Selesaikan perceraianmu secepatnya jika tidak ingin Dru pergi lagi."

***

Juna menggendong putrinya dengan kaku, pria itu meneteskan air mata karena terharu. Putrinya begitu kecil digendongannya, sangat cantik menawan dan pria itu senang karena anaknya memiliki mata biru seperti dirinya.

"Siapa namannya Dru?"

"Gie."

"Nama panjangnya?"

"Aku belum memberinya nama lengkap." Jawab Dru singkat.

"Boleh aku memberinya nama?" Tanya Juna ragu, dan pria itu tidak menyangka Dru akan mengangguk sebagai jawaban.

"Beatarisa Reggie Hadiwijaya." Juna sudah memikirkan nama bayi sejak mengetahui Dru hamil.

"Cantik." puji Dru mendengar nama panjang anaknya.

"Karena Gie membawa kebahagiaan dalam hidupku Dru, dan semoga ia akan membawa kebahagiaan dan memiliki sifat penyayang seperti ibunya."

"Ga usah gombal kamu, mencari kesempatan dalam kesempitan!" Ejek Amy mendengar perkataan putranya.

"Kenapa Juna selalu salah di mata bunda?" tanya Juna frustasi, kini ia merasa menjadi anak tiri orang tuanya.

"Emang kamu salah." jawab Amy ketus.

Di balik itu semua Amy senang mendengar nama cantik yang diberikan putranya, akan tetapi wanita paruh baya itu malas untuk memujinya. Dirinya masih sebal pada Juna. Dan Amy memilih pergi dari kamar, meninggalkan putranya dengan Dru dan Gie. Biarlah mereka memiliki waktu untuk bersama tanpa gangguan.

***

Saras berjalan memasuki vila keluarga suaminya sembari menyeret koper kecil. Sebenarnya ia sedih karena harus berangkat sendiri ke Bali, bahkan suaminya tidak ingin berangkat bersamanya.

"Bunda!" Sapa Saras riang.

"Saras!" Amy terkejut melihat menantunya di hadapannya dan ini memeluk tubuhnya.

"Aku rindu bunda, maaf yaa aku engga bareng sama abang Juna bun. Soalnya abang sibuk kerja." Amy meringis, sepertinya Saras tidak mengetahui bahwa suaminya sudah berada di Bali sejak kemarin.

"Engga papa sayang."

"Maaf juga aku engga bantuin persiapan pernikahan Shinta, Saras sibuk soalnya bun."

Sebenarnya Saras hanya sibuk kumpul-kumpul dengan teman-teman sosialitanya, dirinya malas untuk mengurusi printilan pernikahan lebih baik diserahkan pada WO saja.

Dru berjalan menuju dapur untuk membantu Amy menyiapkan makan malam, akan tetapi langkahnya berhenti ketika melihat wanita berhijab sedang mengobrol dengan Amy. Ia tahu siapa wanita itu, padahal Dru belum siap dengan pertemuan mendadak ini.

"Dru!?" Pekik Saras ketika menyadari siapa wanita yang berjalan mendekatinya. Saras segera berjalan menuju selingkuhan suaminya itu.

Plakk

Tamparan keras mengenai pipi kanan Dru, kejadian itu berjalan dengan cepat sehingga Amy tidak sempat untuk menghentikannya.

"Dasar jalang perusak rumah tangga orang!" teriak Saras, saat wanita itu akan melayangkan tamparan yang kedua kalinya Dru menahan tangannya sehingga ayunan tangan itu tidak mengenai pipinya lagi.

Emosi karena tidak bisa menampar selingkuhan suaminya lagi, Saras menarik rambut panjang Dru dengan kuat. Dru pun melepas genggaman tangan Saras pada ramputnya dan memilih menjaga jarak.

"Sudah nak, sabar." Amy mencoba menengahi.

"Bun dia jalang yang udah merebut abang!" adu Saras, wajah wanita itu memerah karena emosi.

"Saya minta maaf atas apa yang saya lakukan." Ujar Dru, pipi wanita itu merah dan kepalanya sedikit pusing karena jambakan Saras.

"Minta maaf engga akan cukup, kamu dan bayi sialanmu udah membuat abang berpaling dari aku!"

"Jangan menghina putriku!" Saras bisa menghina Dru sepuasnya tapi tidak dengan putrinya.

"Memang kenapa? Bukankah anak itu adalah anak haram? Bahkan lahir dari perselingkuhan!"

Dru tidak terima mendengar anaknya dihina, tamparan keras mengenai pipi Saras. Bahkan sudut bibir wanita itu sampai berdarah akibat tamparannya.

"Wanita sialan, berani-beraninya kamu nampar aku." Saras kembali menerjang Dru dan menarik rambut Dru sehingga wanita itu kini mendongak, tangan kanan Saras kembali menampar.

Dru melepaskan cekalan Saras dan mendorong wanita itu sampai tersungkur menabrak kursi ruang makan.

Dru sebenarnya tidak ingin menyakiti Saras, ia sadar dirinya salah oleh karena itu dirinya mengalah. Akan tetapi jika wanita itu menghina anaknya maka Dru tidak akan tinggal diam. Dru menguasai bela diri karate, mudah baginya untuk mengalahkan Saras akan tetapi ia menahan diri.












Tim mana?
Saras atau Dru ?



Terimakasih udah baca dan selalu ngasih semangat :)

Aku harap kalian suka dengan cerita ini, dan aku dengan senang hati menerima kritik dan saran.












MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang