17

9.4K 613 4
                                    

Please kindly leave your vote and comment. And pardon me for the typos. happy reading ♥️


***

Morning beautiful.” Dru memutar mata jengah dengan pria bule jadi-jadian yang sebulan terakhir selalu mengganggunya. Pria itu menginap di penginapan Utari selama berada di Bali, yang membuat Dru malas adalah sifat Dave yang usil dan penggoda.

“Dru kemaren kamu engga olah raga pagi?”

“Engga.” Wanita itu berjalan agak cepat untuk menghindari Dave. Tapi sialnya ia hampir saja terjatuh saat tidak melihat ada lubang untung saja tubuhnya segera direngkuh oleh lengan kokoh Dave.

“Hati-hati babe, lagian kamu ini aneh. Orang lain berlomba jalan dan foto bareng sama aku, tapi kamu malah menjauh.”

“Saya tidak terarik buat jalan ataupun foto dengan anda.”

“Dru kamu tau engga sih kalo aku artis papan atas?"

“Atas papan seluncur kali.” gumam Dru tidak jelas.

Dru merasa sial karena harus mengawali harinya dengan bertemu Dave. Ketika sampai di depan rumahnya Dru segera membuka gerbang,

“Dru kamu tidak menawariku mampir?”

“Engga enak sama tetangga.”

“Tidak masalah, nanti kalo ada apa-apa aku siap tanggung jawab.”

Sebelum Dru mengizinkannya masuk, Dave sudah berjalan melewatinya dan duduk di teras rumah.

“Dru aku juga tidak keberatan jika diberikan kopi di pagi hari yang cerah ini.”

Karena tahu jika pria itu tidak akan pergi sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya, Dru segera membuatkan secangkir kopi. Dan izin untuk membersihkan diri karena harus bekerja. Dru sudah tidak peduli sopan santun kepada tamu, karena tamunya saja tidak tahu sopan santun.

“Nikmat seperti biasa Dru.” Puji Dave ketika kopinya sudah habis dan Dru tampak sudah siap berangkat kerja.

“Kalo gitu saya pamit dulu.”

Wait saya antar, mau ambil kunci mobil.”

“Tidak perlu, saya bisa berangkat naik ojek online.”

“Anggap aja aku bayar kopi buatan kamu Dru.”

Dave dengan tubuh tingginya dan kakinya yang panjang berlari ke penginapan untuk mengambil mobil. Beruntunglah ojek online yang dipesannya sudah datang sehingga ia bisa kabur.

Sebenarnya akhir akhir ini Dru sudah mulai work from home, karena kandungannya yang mulai menginjak 9 bulan. Akan tetapi hari ini ia harus memilih kain dan juga menyerahkan desain bajunya ke bosnya.

***

“Selamat pagi bu Jani.”

“Selamat pagi Dru, ya Allah saya takut perut kamu meledak.” Jani menatap perut Dru dengan ngeri.

Wanita itu tertawa, “Memang perut saya balon bu.”

“Lagian kamu itu peritnya gede banget, jangan-jangan kembar yaa?”

“Engga kembar bu, normal kok kalo perutnya segini kan udah mau 9 bulan.”

“Semoga lancar ya besok lahirannya.”

Beruntung Dru memiliki bos yang pengertian, sehingga mengizinkannya work from home. Jani merupakan wanita karir yang tegas, di usianya yang menginjak 40 tahun ia belum menikah. Entah apa alasannya, akan tetapi jika ia mendengar dari karyawan yang sudah lama bekerja dengannya Jani ditinggal mati oleh tunangannya.

Jani begitu mencintai tunangannya sehingga sulit untuk membuka hati lagi. Wanit itu fokus terhadap karirnya hingga sekarang boutique tempatnya bekerja bisa sebesar ini.

“Dru 2 bulan lagi ada klien yang akan nikah di Bali, sebelumnya minta dibuatin baju sih. Cuma kan kamu udah hamil besar kayak gini , nanti aku coba kasih katalog karya kamu. Kamu persiapin katalognya yaa,”

“Siap bu.”

“Sebentar lagi bakal meeting, kamu bisa ikut engga? Kalo engga ga pap sih, cuma saya butuh temen, di caffee sebelah kok.”

“Boleh bu.”

Dru memperbaiki riasannya di toilet sebelum meetingnya dimulai. Dru berjalan dengan floral dress dan flatshoes hitam. Rambutnya digerai nampak cantik membingkai wajahnya. Setelah menunggu selama 20 menit, akhirnya kliennya datang.

“Hai Kak Shinta, Bu Hadiwijaya.”

“Amy saja bu.”

Dru berdiri mematung melihat kliennya kali ini. Dunia memang sesempit ini, bagaimana bisa ia bertemu dengan Amy. Mata Shinta melotot menyadari kehadiran Dru.

“Dru!” Pekik Shinta.

“Loh kalian sudah kenal dengan Dru?” Tanya Jani heran.

Amy segera melewati meja untuk memeluk Dru. Wanita itu tidak menyangka akan menemukan Dru di sini. Keluarganya sudah mengerahkan anak buahnya untuk mencari Dru, tapi hampir delapan bulan belum juga ketemu.

“Kemana saja kamu nak? Bunda mencari-cari kamu, bunda khawatir.” amy memeluk Dru sembari menangis.

Sedangkan Dru hanya bisa diam terpaku, ia tidak mungkin kabur dengan perut besarnya. Jika ia lari hanya akan membahayakan bayinya, oleh karena itu ia hanya bisa pasrah menikmati pelukan Amy yang dirindukannya.

“Maafin Dru bunda.”

Hanya kalimat itu yang bisa diucapkan Dru. Shinta terharu melihat Amy sangat menyayangi Dru. Karena kepergian wanita itu menggemparkan keluarganya, pernikahan Shinta ditunda. Apalagi melihat kondisi kakaknya yang memperihatinkan, ia tega.

Sampai akhirnya keluarga dari calon suaminya mendesak mereka untuk segera melangsungkan pernikahan. Mau tidak mau pernikahanpun dilaksanankan seperti rencana awal yaitu di Pulau Dewata. Ia mendapatkan rekomendasi boutique Jani dari karyawan Agni karyawan Lembayung Senja. Karena biasanya klien mereka yang akan melangsungkan pernikahan di Bali menggunakan gown dari Jani. Dari pada mebawa-bawa gown dari Yogyakarta ke Bali.

Dru tidak tahu harus bagaimana lagi. Apakah kali ini ia bisa lolos dari pengawasan keluarga Hadiwijaya lagi. Mengingat kandungannya, rasanya tidak mungkin ia bisa kabur jauh-jauh. Kalaupun kabur, mau kemana lagi. Wanita itu tidak memiliki kerabat, dengan kehamilannya seperti sekarang terlalu beresiko.

MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang