13

10.1K 605 3
                                    

Please kindly leave your vote and comment. And pardon me for the typos. happy reading ♥️








***

“Mas Juna engga nginep di rumah?”

“Aku masih pengen deket kamu baby.”

Kak Saras sama keluarga pasti khawatir Mas.” Dru membaringkan kepalanya di dada Juna, menikmati detak Jantung dari pria itu.

“Mungkin sebenernya Saras udah tau tentang hubungan ini Dru.” JUna menghembuskan napas kasar mengingat pertengkarangnya dengan Saras sebelum berangkat ke Jogja.

“Kok bisa Mas?”

“Sebenernya ada yang engga aku ceritakan ke kamu Dru. Mengenai alasanku menikahi Saras.”

Dru berpikir bahwa pernihakan mereka karena ternyata Juna masih mencintai Saras, juga karena bunda mengingankan anak lelaki satu-satunya itu segera menikah. Kedua keluarga pun sudah berteman dekat, sehingga perjodohan pun segera dilaksanakan.

Akan tetapi sebenarnya terdapat rahasia di masa lalu yang hanya diketahui Juna dan Saras. Kesalahan mereka berdua yang menyebabkan pria itu tidak dapat menolak pernikahan tersebut.

“Alasan aku menikah dengan Saras karena aku dulu melakukan kesalahan. 4 tahun lalu Saras hamil,” Dru terkejut mendengar perkataan Juna. “Aku berencana bertemu orang tuanya untuk melamarnya, tapi dia menolak. Dia belum siap memiliki anak, waktu itu dia masih seusia kamu 23 tahun. Dia dibesarkan di keluarga yang taat beribadah, karena Saras kalut dan tidak ingin membuat keluarganya kecewa dia berencana menggugurkan kandungan tersebut.”

Suara Juna tercekat, matanya memerah menahan air mata. Kejadian 4 tahun lalu selalu menjadi mimpi buruknya. Sampai saat ini rasa bersalah masih menggerogotinya, apalagi ketika ia mengunjungi pusara anaknya. Ya, anaknya yang belom sempat melihat dunia ini.

“Saras mengendarai mobilnya untuk melakukan aborsi, aku mencoba mengejarnya untuk menghentikan rencananya. Mungkin karena takut aku akan menggagalkan rencananya, Saras mengemudi dengan kecepatan tinggi dan akhirnya saat ditikungan ia tidak bisa mengendalikan mobilnya sehingga kecelakaan.” Air mata mengalir deras membasahi wajad Juna, pria yang selalu tampak kuat dan tangguh itu kini terlihat rapuh. Dru pun menangis mendengar cerita tersebut.

“Akhirnya kami harus kehilangan anak itu, tanpa harus melakukan aborsi. Karena kecelakaan itu juga rahim Saras harus diangkat, sehingga kini dia engga bisa hamil lagi. Aku merasa bersalah Dru, aku merasa berdosa, aku harus bertanggung jawab atas semua yang menimpa Saras.”

“Tapi setahun lalu, aku bertemu kamu. Dru terimakasih telah merubah hidupku, membuatku dapat tersenyum kembali, membuatku memiliki mimpi lagi. Walaupun hiduku semakin rumit, tapi aku selalu beruntung bisa bertemu denganmu Dru.”

Dru sudah sesenggukan, ia tidak menyangka Juna mengalami kehidupan yang begitu berat. Walaupun memang pria itu bersalah, akan tetapi sampai saat ini hidupnya tidak ten ang.

“Aku mohon Dru jangan tinggalin aku. Apapun akan aku lakukan asal kamu tetap di sisiku.”

***

Seminggu sudah Juna tinggal di rumah Dru, pria itu memilih bekerja dari rumah. Sedangkan Dru tetap bekerja seperi biasa, akan tetapi kekasihnya yang posesif itu akan mengantar jemputnya ke kantor. Wanita itu harus sembunyi-sembunyi hanya untuk meminum susu hamilnya. Seperti halnya pagi ini di kala Juna masih tidur, dru meminum susunya.

Good morning sweetheart.” Pria itu tiba-tiba berdiri di belakang Dru dan melingkarkan lengannya di pinggang ramping Dru.

Good morning.”

“Susu apa ini Dru?” Pria itu menyerngit merasakan susu yang diminum Dru tadi, sedangkan wanita itu menahan tawa.

“Susu buat diet.”

Hell, rasanya engga enak. Aku engga suka kamu diet Dru.”

“Aku cuma suka minum susu ini aja mas, tetap makan biasa kok.”

“Hmmm. Cari sarapan bubur ketan hitam yuk Dru!” Ajak Juna ketika tiba-tiba menginginkan makanan yang padahal tidak disukainya. Pria itu membenci semua jenis bubur, alasannya karena mirip muntahan menjijjikkan.

“Yakin mau bubur?”

“Iyaa. Kamu ganti baju dulu sana.”

“Udah gini aja, tinggal pake jaket.” Wanita itu menuju kamar untuk mengambil jaketnya dan membawakan jaket Juna.

“Ganti baju dru!” Perintah Juna dengan tegas. “Baju mu itu terbuka.”

“Mana yang terbuka sih mas, kan dipakein jaket.” Wanita itu memakai piyama tanpa lengan dengan celana selutut.

“Itu betis kamu keliatan.”

Karena malas berdebat, Dru mengalah untuk mengganti baju. Kadang wanita itu tidak mengerti dengan sifat posesif Juna yang kadang berlebihan. Akan tetapi ia sangat menikmati kebersamaan mereka seminggu ini. Meski ia merasa tidak enak denga Saras dan Bunda. Setiap Bunda ingin berkunjung Dru selalu beralasan jika tidak sedang di rumah, sehingga mereka memilih bertemu di kantor atau restoran.

Sore harinya Juna mengajak Dru untuk olahraga bersama di gym. Mereka memang sering melakukan ini sebelum pria itu menikah. Tapi masalahnya kai ini ia sedang hamil, dan ia belom mengetahui olahraga apa yang aman untuk ibu hamil. Wanita itu segera mencari informasi di internet mengenai hal tersebut.

Juna memiliki badan yang kekar hasil dari olahraganya selama ini, bahkan perutnya yang sixpack selalu membuat Dru terpesona. Dan gadis itu sangat menyukai Juna yang basah karena keringat, so sexy.

“Dru kamu belum datang bulan?” Tanya Juna saat di perjalanan menuju tempat gym

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Dru kamu belum datang bulan?” Tanya Juna saat di perjalanan menuju tempat gym.

Wanita itu tergagap saat akan menjabat pertanyaan tersebut, “Belum tanggalnya aja.”

“Ohhh.”

Juna memang menghafal kapan tamu bulanan gadis itu datang. Bahkan pria itu lebih pandai menghitung waktu suburnya, dari pada dirinya sendiri. Ia berdoa semoga pria itu tidak curiga dengan kehamilannya.

MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang