2

27 1 1
                                    

.

"Yuhuuu.. akhirnya kita pindah kelas juga ya Za.." Nadin terlihat tersenyum lebar memperlihatkan betapa senang dirinya bisa pindah ke kelas dimana salah satu cowok ganteng nan hitz ada disana.

Faza hanya menghela nafas kasar sambil menatap sahabatnya itu dengan wajah datar yang bodo amat.

Saat ini Faza, Nadin, Anita, Fani, Haidar, Vian, Andi, dan Dani sedang berjalan beriringan dilorong sekolah. Mereka hendak menuju ke kelas XI.ipa2, kelas yang akan menjadi kelas mereka mulai hari ini.

Ocehan-ocehan dan selingan tawa terdengar mengiringi langkah mereka. Faza dan Nadin berjalan paling depan, sedang Anita dan Fani berjalan beriringan dibelakang Faza dan Nadin.

Lanjut dibelakang Anita, ada Haidar yang terlihat berjalan sendiri.

Dan dibarisan paling belakang ada trio brisik yakni Andi, Vian dan Dani.

"Nad.. gue ke toilet dulu ya.. nitip nih.." Faza memberikan buku cetak yang sedari tadi ada ditangannya, dan tas punggungnya ke Nadin.

"Eh Za.."

Faza berbalik dan berlari melewati teman-temannya menuju kearah belakang dimana toilet berada.

Faza tak memperdulikan tatapan bingung dan pertanyaan teman-temannya padanya, yang kini harus Faza lakukan hanyalah berlari secepat mungkin agar sampai ditoilet, sungguh Faza sudah tak tahan buang air kecil.

Saat sampai ditoilet, tanpa ba bi bu, Faza langsung masuk kedalam dan mengeluarkan semua yang ia tahan sedari tadi.

"Ya ampun.. kenapa sih gue beser banget dah." Gerutu Faza setelah selesai buang air, memang Faza bisa dibilang sering sekali buang air kecil, padahal 1 setengah jam yang lalu, Faza sudah buang air, dan sekarang dirinya harus buang air kecil lagi.

Faza merapihkan seragam sekolah dan jilbab instannya sambil melangkahkan kakinya keluar toilet cewek.

Tiba-tiba dari toilet cowok yang pintunya tepat disebelah pintu toilet cewek, keluar seseorang dan..

'BUGH!'

"Aduh!" Teriak keduanya bersamaan.

"Elo kalo jalan tuh liat-liat dong!" Cowok bertubuh tinggi tegap, berbadan atletis dan berambut hitam pekat terlihat menatap Faza kesal.

"Kok jadi gue si?! Elo yang nabrak gue, ngapa gue yang disalahin?!" Faza tak kalah kesal.

"Lah emang elu yang salah. Elu jalan tuh pake mata bukan pake kaki dodol!" Kata pria itu lagi.

"Hellow....!!! Dimana-mana jalan ya pake kaki, mana ada jalan pake mata. Mata itu buat ngeliat bukan buat jalan. Gimana sih lo?!" Kata Faza semakin kesal.

"Nah itu tau mata gunanya buat ngeliat. Lah terus kenapa elu enggak gunain mata lu itu buat ngeliat gue hah?? Gue segede ini emang kagak keliatan?!" Pria itu menatap tajam Faza dengan tatapan yang terlihat kesal.

"Lah mana gue tahu, elo yang tiba-tiba keluar dari toilet tanpa liat kanan kiri, ya salah elo sendiri lah" Faza melanjutkan langkahnya meninggalkan cowok rese yang membuat Faza semakin badmood.

"Heh! Main pergi-pergi aja lu. Gue belum selesai woi!" Cowok itu berlari menghampiri Faza yang mulai menjauh.

"Woi!" Cowok itu spontan menarik tangan Faza hingga membuat tubuh Faza reflek berbalik dan menghadap tubuh cowok dengan wajah putih bersih bak aktor Korea drama.

Faza terdiam sekilas saat matanya menatap name tag didada sebelah kiri yang bertuliskan "Mauza Haikal.A."

"Mauza Haikal A??? Siapa sih?? Kok gue beru denger ini nama ya?? Apa jangan-jangan ni orang baru pindah sekolah kali ya.. Ta.. tapi.. enggak mungkin dah.. soalnya mukanya kayaknya familiar, dan kayaknya gue udah pernah liat deh.. kek mirip sama Ab...." Belum sempat Faza melanjutkan kata-katanya didalam hatinya itu.

Tiba-tiba suara kepala sekolah mengagetkan keduanya.

"Abidzar!"

"Eh iya pak.. tunggu bentar pak..bentar.." Abidzar menoleh ke belakang.

"Kita belum selesai" kata cowok yang ternyata Abidzar itu sambil pergi meninggalkan Faza dan berlari kearah seorang pria paruh baya berseragam guru SMA diujung lorong.

"A.. Abidzar???? Ya ampun.. sudah ku duga." Kata Faza lirih sambil menatap punggung Abidzar yang mulai menjauh.

Faza pun berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya berjalan kearah yang berlawanan dengan Abidzar.

Saat itu, tanpa Faza tahu, Abidzar menoleh dan menatap punggung Faza dari kejauhan.

"Dia kelas mana sih?? Kok gue enggak pernah liat ya..?" Tanya Abidzar dalam hatinya sambil menatap penuh arti kearah Faza yang sudah menghilang diujung lorong yang terdapat anak tangga untuk naik ke lantai 2.

Awas Nanti Jatuh Cinta [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang