6

16 1 0
                                    

.
..

'teng teng teng teng'

Suara lonceng istirahat sudah berbunyi dan saat ini jam sudah menunjukkan pukul 10 siang. Anak-anak dikelas XI.Ipa2 sudah tak bisa diam, biasalah.. harusnya jam segini kan sudah waktunya istirahat dan mengganjal perut yang sudah keroncongan.

Tapi apalah daya, lagi-lagi pak Agus si guru matematika yang begitu amat sangat disiplin, justru malah masih asyik menerangkan materi pelajarannya tanpa memperdulikan suara perut murid-muridnya yang sudah memenuhi ruangan.

"Ya ampun.. pak Agus ini lupa atau begimane sih??? Jam berapa ini aaaaggrrhhhh....!!! Laper gue" bisik Fahri pelan sambil menatap Abidzar yang terlihat santai mendengarkan penjelasan pak Agus tanpa ekspresi.

"Baiklah.. ada yang mau bertanya?" Kata pak Agus dengan santainya sambil menatap murid-muridnya tanpa dosa.

"Tidak pak" jawab murid-murid serentak.

"Oke, kalo gituh bapak 2 soal.."

"Yah pak guru.. kita kan mau istirahat pak.. laper.. nanti keburu habis dong pak waktu istirahatnya" teriak Fahri sambil menatap gurunya itu dengan wajah pasrah dan putus asa berharap pak Agus mau membiarkan dirinya dan teman-temannya untuk istirahat.

"Iya iya bapak tau.. kan habis istirahat masih pelajaran bapak, makanya bapak kasih 2 soal ini kalo ada yang mau maju mengerjakan dan jawabannya benar, maka satu kelas ini bapak ijinin istirahat sampai jam 11 nanti. Tapi kalo enggak ada yang mau maju, ya udah enggak usah istirahat, kita langsung aja. Gimana??" Pak Agus memberikan penawaran itu sambil tersenyum lebar menatap murid-muridnya.

Bagi pak Agus sendiri mungkin tawaran ini menarik, tapi tidak bagi murid-muridnya.

Lah iya siapa juga yang mau dengan suka rela maju kedepan dan mengerjakan soal yang pak Agus berikan yang sudah pasti tidak semudah contoh soal yang baru dibahas, ditambah lagi dengan batasan waktu maksimal 10 menit untuk satu soal, tentu saja itu sangatlah membuat siapapun trauma.

Seluruh murid dikelas itu hanya bisa diam sambil sesekali berbisik dengan sebelahnya, mereka sudah pasrah jikalau tidak ada yang mau maju kedepan maka otomatis mereka tidak akan dapat jam istirahat.

"Agrh... lama banget deh.. Pak, saya bakal maju tapi kalo sama dia" Abidzar mengarahkan jari telunjuknya kearah Faza yang duduk tepat dibangku sebelahnya.

"..???" Semua murid menoleh kearah Abidzar tak terkecuali Faza. Faza terlihat terkejut dan menatap Abidzar sambil mengerutkan keningnya bingung.

"Apaan sih kok gue?", Tanya Faza lirih sambil menatap tajam Abidzar yang terlihat tersenyum santai tanpa rasa bersalah.

"Oke.. kamu.. siapa ya namanya??" Tanya pak Agus

"Faza pak" jawab beberapa murid

"Oke.. Faza, ayo maju kedepan sama Abidzar, kerjain soal bapak" perintah pak Agus

"Hah?? Sa..saya pak?? Ta.. tapi saya..." Faza terlihat enggan untuk maju kedepan mengerjakan soal yang diberikan pak Agus.

"Udah deh maju aja, lu kagak kasihan sama temen-temen tuh liat bentar lagi pada mati kelaperan" kata Bidzar sambil bangkit dari duduknya dan berjalan kedepan kalas.

"Iya Za.. ayo maju dong Za.. lu kan pinter matematika, plis lah Za.. kita-kita udah laper bgt nih" bujuk beberapa teman-teman Faza.

Ya memang Faza bisa dibilang siswi terpandai dalam pelajaran matematika, tapi itu dulu ketika Faza masih dikelas XI.Ipa4, tidak sekarang ketika dirinya masuk ke kelas XI.Ipa2 yang terkenal pandai-pandai itu.

Awas Nanti Jatuh Cinta [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang