17

9 0 0
                                    



Tak seperti biasanya, hari ini mendung sudah menyapa bahkan sejak pagi hari. Semilir angin yang berhembus dan hujan gerimis pun sering kali turun lalu berhenti lalu turun dan berhenti lagi, terus seperti itu sejak tadi.

Faza mengambil beberapa buku besar dan menatanya lalu meletakkan buku besar yang lumayan tebal dan berat itu ditangannya dan menggendongnya seperti menggendong bayi.



"Ya ampun... Emang dasar si Nadin, suruh ambil sendiri malah molor ah elah.. mana berat banget sih ini buku aduh.." gumam Faza kesal sambil berjalan keluar dari perpustakaan menuju ke kelasnya.



Tapi saat Faza sedang berjalan ditengah lorong sekolah, terlihat dari kejauhan sosok pria yang amat sangat familiar sedang berjalan kearah yang berlawanan dengan Faza. Pria yang sudah hampir 3 hari ini tak bicara padanya dan sedikit menjaga jarak dengannya.



Untuk beberapa saat baik Faza atau pria itu mereka sama-sama menghentikan langkah mereka sambil menatap satu sama lain dengan tatapan mata yang tajam dan misterius.



Disamping pria itu ada seorang gadis cantik, berkulit putih dan berambut cokelat yang digerai. Saat melihat Faza dari kejauhan, gadis itu dengan sengaja terlihat merangkul tangan si pria dan menyandarkan kepalanya di bahu pria itu sambil terus berjalan kearah Faza.



"Yang (sayang).. jangan lupa yah, nanti malem kita jalan" kata gadis cantik yang sudah pasti adalah kekasih dari pria itu.



"Heem" jawab pria itu dengan tatapan mata yang masih terus tertuju pada Faza didepan sana.



Faza hanya menghela nafas kasar saat melihat kemesraan kedua sijoli itu. Dengan cepat Faza mengalihkan pandangannya dan melangkahkan kakinya berusaha berjalan cepat sambil kepalanya sedikit menunduk dan matanya menatap ubin keramik yang dipijaknya sendiri. Faza melakukan itu untuk menghindari kontak mata dengan kedua sijoli didepannya itu.




Perlahan tapi pasti, Faza dan kedua sijoli itu berpapasan. Tapi tak ada suara sedikitpun yang terdengar dari mereka bertiga. Ketiganya terlihat larut dalam pikirannya masing-masing.



Hingga pada akhirnya mereka berjalan menjauh.




****




"NIT! BANGUN WOI!!! BANGUN!!!" Teriak Faza tepat ditelinga Nadin.



Nadin yang sedang tertidur pulas seketika terbangun dan menatap Faza dengan ekspresi wajah terkejut dan bingung.




"AWAS!" Kata Faza sambil memberi isyarat Nadin untuk bangkit dari duduknya dan pindah ke tempat duduk Faza.



"Hah?! apaan sih Za?!" Tanya Nadin masih terkejut dan masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi.



"Udah awas! Elo duduk disini dulu!" Perintah Faza sambil menunjukkan tempat duduk miliknya.


Nadin yang masih bingung dan nyawanya belum kumpul itu pun hanya mengangguk-ngangguk menuruti perkataan Faza dan berpindah posisi duduk menjadi ditempat duduk Faza. Sedangkan Faza, dengan cepat dia langsung menduduki tempat duduk Nadin.


"Mulai sekarang elo duduk disitu. Dan gue duduk disini!" Kata Faza tanpa melirik sedikitpun ke Nadin yang menatapnya dengan tatapan mata bingung dan bertanya-tanya.


"Lho?! Maksud Lo?! Kita tukeran kursi gituh?! (Faza mengangguk pan) AAAAAAAAAAAAaaaaaaaa !!!?????!!!!! FAZA!!!! GAK MAU GUE!! GUE KAN DULUAN DISITU ZA! ADUH.." Nadin merengek mencoba membujuk Faza untuk kembali ketempat duduknya.


Disaat yang sama terlihat Abidzar dan Anita memasuki ruang kelas. Tatapan mata Abidzar langsung tertuju pada Faza dan Nadin. Ada sedikit raut terkejut diwajah Abidzar saat mendapati bukan Faza tetapi Nadin lah yang duduk dibangku tepat samping tempat duduknya. 



"Ayolah Syakira Mafaza Ashfiya yang cantik dan baik hati.. balik ke tempat duduk masing-masing yuk Za.. plis..." Nadin menyandarkan kepalanya kepundak Faza sambil menatap Faza dengan ekspresi wajah dan tatapan yang memohon.



"..." Faza masih diam sambil pura-pura membaca buku besar yang tadi diambilnya dari perpustakaan.




"Za..." Panggil Nadin lagi.



"BRISIK BANGET SIH ELO BERDUA! DIEM KENAPA SIH?!" Suara tinggi Abidzar mengagetkan beberapa murid disana tak terkecuali Nadin dan Faza, mereka pun menoleh ke Abidzar yang masih berdiri tepat disamping tempat duduknya.



"Apaan sih Zar?!" Tanya Nadin sambil menatap Abidzar heran.

"Kalo elo berdua gak mau duduk deket gue tenang aja kok, biar gue yang pindah. Ri! (menatap Fahri teman sebangkunya) sini elo duduk disini, biar gue yang duduk disitu!" Kata Abidzar menyuruh Fahri untuk duduk ditempat duduknya yang berdekatan dengan tempat duduk Faza yang sudah diduduki Nadin.

"Hah?!" Fahri hanya menatap Abidzar dengan ekspresi wajah yang masih bingung.



"Udah sini deh!" Perintah Abidzar lagi. Dan meskipun masih bingung, tapi Fahri hanya bisa menurut saja.



"....???" Faza dan Nadin hanya saling menatap satu sama lain melihat apa yang Abidzar lakukan.

"Za.. elo sama Abidzar lagi marahan?" Tanya Nadin sambil berbisik.


Faza hanya diam sambil mengalihkan tatapannya kearah lain.

Awas Nanti Jatuh Cinta [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang