Sudah 2 minggu sejak kejadian di lift dan hari ini pun sebelum bekerja Jeongyeon berencana akan ke rumah sakit untuk melepas gips nya. Pagi ini Jeongyeon bangun seperti biasa dan hendak berangkat seperti biasa. Seperti hari hari yang lainnya, ia pergi kerja berbarengan dengan Mina. Sudah 2 minggu mereka tidak saling berbicara. Walaupun selalu berangkat bersamaan dan selalu bertemu, tak ada satupun yang memulai pembicaraan.Pagi ini saat Jeongyeon membuka pintu, Mina juga keluar dari unitnya. Tanpa berbasa basi Jeongyeon berjalan menuju tangga darurat lebih dulu diikuti Mina dari belakang. Karna faktanya, bukan hanya Jeongyeon yang memiliki sedikit trauma dengan lift.
Langkah kaki Jeongyeon seperti bersaut sautan dengan Mina. Wanita yang berjalan di belakangnya sambil bermain ponsel itu benar benar hanya mengikuti langkah Jeongyeon.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jeongyeon.
"Ne? berangkat kerja, tentu saja." Jawab Mina.
"Lalu mengapa kau mengikutiku?" Tanya Jeongyeon.
"Mwo? aniyo, siapa yang mengikutimu?" Bingung Mina.
"Lalu bukankah seharusnya kau naik bus tadi? ini dirumah sakit, kau kelewatan." Mina pun tersadar bahwa ia ada di depan rumah sakit.
"Ne??" Mina pun terkejut.
"Kau akan telat berangkat ke kantor karena mengikutiku." Ucap Jeongyeon.
"Sudahlah, tidak apa apa. Mau ikut aku? aku bisa menjamin keterlambatanmu." Ajak Jeongyeon.
"Apa boleh buat, kau managernya." Pasrah Mina.
Mina pun berdampingan dengan Jeongyeon memasuki rumah sakit. Jeongyeon berjalan menuju sebuah kamar pasien dan memasukinya.
"Eoh Jeongyeon!" Sapa wanita paruh baya dari dalam.
"Sudah berapa kali ku bilang untuk tidak terlalu lelah, eomma." Ucap Jeongyeon.
"Ahaha, gwenchanhayo. Sebentar lagi juga aku boleh pulang." Ucap ibunya.
"Eoh? kau membawa teman? aigoo cantiknya." Tanya ibunya.
"Annyeonghaseyo, Mina imnida." Mina sedikit membungkuk.
"Mina? eoh aku seperti tau nama itu." Ibu Jeongyeon sedikit berpikir.
"Eoh majjayo! Myoui Mina, pacar Jeongyeon saat SMA! woah apakah kalian kembali bersama lagi? heol, syukurlah! Aku selalu menyuruhnya lekas menikah namun dia selalu bilang, dia masih mencintaimu-" Jeongyeon pun kelabakan, wanita itu benar benar salah tingkah dan tidak tau harus bagaimana.
"Syukurlah kalian kembali bersama lagi! cepatlah menikah dan beri aku cucu ya, aku akan sangat senang jika mempunya menantu cantik sepertimu." Ucap Ibu Jeongyeon.
"E-eomma, eomma hentikan! apa yang eomma bicarakan, kami tidak berkencan." Sangkal Jeongyeon.
"Eoh? sayang sekali, padahal kalian kelihatan cocok bila bersama. Mina-ssi, apakah kau menyukai anakku?" Tanya ibunya.
"Ne?" Bingung Mina.
"Eomma! hentikan." Ucap Jeongyeon.
"Haish, aku hanya ingin tau." Ucap ibunya.
"Sudah yaa, kalau begitu aku akan pergi." Ucap Jeongyeon sambil mendorong Mina keluar.
"Huft menyebalkan." Gerutu Jeongyeon setelah sudah keluar dari kamar ibunya.
"Waeyo? mengapa kau tersenyum senyum sendiri seperti itu?" Tanya Jeongyeon.
"Aniyo." Jawab Mina sambil mengulum senyumannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/264493932-288-k346462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Loathe
Fanfiction2 wanita dengan sifat dan sikap yang berbeda selalu saja dihadapkan dengan kejadian kejadian yang membuat mereka harus saling bertemu. Masa lalu mereka membuat keduanya enggan untuk saling berhubungan. Yang satu berpura pura benci, yang satunya lagi...