Decimotercero

7K 780 118
                                    

TERHITUNG sudah hampir 5 Bulan semenjak Mark mengetahui kebenaran tentang seorang wanita yang sempat menjadi Calon Istrinya dahulu dan penyebab ia kehilangan sang Queen.

Sekarang Mark merasa bahwa hidupnya sudah tak berarti.

Hidup tanpa seseorang yang ia cintai, tanpa orang-orang yang ia sayangi dan menyayanginya, membuat dirinya entah sudah berapa kali merasa putus asa untuk tetap menjalani kehidupannya yang terasa begitu berat.

Satu yang membuat Mark bertahan hingga saat ini. Yaitu, Seo Haechan.

Dahulu, semua orang mengatakan bahwa Haechan adalah takdirnya. Maka dengan itu Mark bertahan dan sangat berharap bahwa takdirnya akan kembali kepadanya. Ia akan menunggunya.

"Bagaimana kabarmu Haechanie? Apa kau dan baby hidup dengan baik disana?" Mark tersenyum menyedihkan setelah bermonolog. Keadaan pria itu terlihat berantakan dengan beberapa botol alkohol yang berserakan disekitar tubuhnya. Wajahnya pun terlihat sembab.

Sungguh demi Tuhan, Mark ingin sekali memeluk tubuh mungil Haechan dan mengelus perut buncit lelaki tercintanya itu. Ia ingin merasakan tendangan calon bayinya karna jika ia tak salah hitung, usia kandungan Haechan sekarang sudah memasuki usia 8 bulan.

Tanpa bisa ditahan, Mark kembali mengeluarkan bulir beningnya. "Hiks.." hari ini entah sudah berapa kali ia menangis. Dan rasanya cukup menyiksa.

Rasa bersalah itu juga selalu saja menyeruak bersamaan dengan munculnya rasa rindunya.

"Aku merindukanmu, Haechanie." gumam Mark yang hendak kembali meneguk alkoholnya dari botol yang sejak tadi berada di genggaman. Tapi sebelum itu terjadi, suara berat seseorang terdengar hingga membuat ia kembali menurunkan botol alkoholnya.

"Hentikan Jung Minhyung!"

Jaehyun menggeleng pelan menatap Mark yang berantakan. Bisa-bisanya putranya yang tak sering mengansumsi alkohol itu kini dengan beraninya memilih Spirytus Rektyfikowany untuk diminum. Jelas-jelas minuman itu mengandung alkohol Yang sangat tinggi.

"Apa kau mencoba untuk membunuh dirimu lagi?" sarkas Jaehyun yang kini menduduki diri disamping tubuh sang putra, ia mendengus karna tak mendapat respon. "Jangan lupakan kau siapa, Mark. Sekeras apapun kau ingin membunuh dirimu, itu tak akan pernah berhasil." tambahnya.

Mark terdiam. Tangannya tanpa sadar menggenggam botol alkoholnya dengan begitu erat. Jika saja kekuatannya ditambah sedikit lagi, maka dipastikan botol itu akan pecah saat ini juga.

"Aku," Mark menunduk, tak melanjutkan kalimatnya karna rasa sesak kini semakin ia rasakan didalam dada.

Jaehyun tahu apa yang ingin dikatakan oleh Putranya, maka dengan itu wajah tampannya kini semakin terlihat datar. "Jika kau memang ingin mati, sebaiknya bunuhlah Queenmu. Itu cara yang paling ampuh."

Mendengar ucapan sarkas sang daddy, membuat kepalan Mark pada botol alkoholnya perlahan terlepas hingga botol itu terjatuh dilantai. Ia teringat akan satu perkataan bodohnya yang berkata ingin membunuh Haechan.

Padahal jika itu terjadi, yang mati bukan hanya Haechan, melainkan juga dirinya yang tak bisa hidup sendiri tanpa adanya sang takdir yang bernafas di bumi yang sama dengannya.

Ya, si Raja Iblis dan Ratu Iblis lah yang membuat mereka terikat begitu kuat hingga jika mati, harus bersama.

Mark tak mempermasalahkan atau membenci fakta itu. Melainkan ia sangat bersyukur karna dirinya akan hidup bersama dengan lelaki yang sangat ia cintai hingga maut memisahkan.

After Our Cruel ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang