39. RENA

21 1 0
                                    

happy reading 🌼🌼

*****
Malam yang sangat gelap. Rena menatap bulan yang bersinar terang. Ditemani oleh Vina tentunya. Malam ini terlalu gelap, bahkan seperti mendung.

"Lo ngerasa ada yang aneh ga sama Dania, Lenia, Santi sama Zizi?"tanya Vina memecah keheningan.

"Aneh gimana?"

"Ya aneh, kek ngejauhin lo gitu."

"Bomat, bukan urusan gue."

Vina menghela nafas. Susah memang berbicara dengan sifat dingin Rena. Dia juga merasa Rena aneh akhir-akhir ini. Seperti sifat yang dulu kembali.

"T-tapi gue boleh jujur sama lo?"

"Angger."

"G-gue juga ngerasa lo berubah akhir-akhir ini, kaya sifat dulu lo balik lagi."

Rena menoleh cepat. Dan memandangnya bingung.

"Eung ..... Bagaimana kalo besok kita jalan-jalan"ujar Vina mengalihkan pembicaraan.

"Ga usah lo alihin."

"Tapi gue juga berfikiran yang sama kaya lo, entah kenapa tiba-tiba gue males ngadepin orang, males ngomong, males buat ngelakuin ini itu."

"Why? Padahal lo udah lumayan untuk melupakan sifat lo yang buruk itu."

"Akan ada saatnya dimana orang yang benar-benar sayang, yang benar-benar peduli akan berubah menjadi bodo amat, dan lebih memilih hidupnya sendiri. Yang dulunya cerewet, melarang untuk melakukan ini itu, mencegah ini itu, sekarang menjadi pendiam. Seolah terserah dia mau melakukan apa, intinya dia udah capek, udah ga sanggup."jelas Rena.

Vina termenung. Kalimat panjang yang keluar dari mulut Rena itu mampu membuatnya terdiam. Merenungkan.

"Dia dulu berusaha memberitahunya, tapi dia keras kepala yang akhirnya membuat kita sendiri capek, lelah dengan keadaan tetapi masih dipaksa tersenyum oleh waktu."lanjutnya.

"Dapat darimana kata-kata kaya gitu?"tanya Vina.

"Ck, mikir lah. Gila aja copas."

Vina mengangguk percaya. Dia bangkit, lalu masuk ke dalam. Rena memerhatikan dia hanya melirik, tak sampai menoleh kan kepala.

Gadis itu memikirkan kembali ucapannya.

"Akan ada saatnya dimana orang yang benar-benar sayang, yang benar-benar peduli akan berubah menjadi bodo amat, dan lebih memilih hidupnya sendiri."

"Semoga kita selalu bersama."

Dia pun ikut masuk ke dalam. Karena anginnya berhembus semakin kencang.

"Lo yakin mau lanjutin ini? Lo ga lihat diluar, mau turun hujan. Kayaknya hujan badai."tanya Linda.

Rena berdecak. Ia tak suka jika ada orang yang menolak perintahnya. Segenting apapun keadaannya, dia harus tetap pada pendiriannya. Meskipun hujan deras. Kecuali musuhnya yang membatalkan, dan mengatakan kalau dia mengaku kalah.

"Iya iya oke."

"Kalian duluan aja kesana nya, nanti gue sama Rena nyusul."ujar Vina pada Feby dan Linda.

Baru mereka akan menghidupkan motornya. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Bersamaan dengan angin kencang.

Ting..Ting..

Nomor tidak dikenal
Kita bertemu besok saja, hujan turun deras.

Rena membalas pesan itu. Lewat dari hp Linda.

Linda Permata
NGAKU AJA LO KALAH!! LO GA BISA NGALAHIN GUE!! LAGIAN JUGA HUJAN BIASA DOANG!!

Nomor Linda di blockir. Ya, nomor dia di block. Karena sudah berani memberi pesan dengan kata seperti itu.

Rena Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang