lima belas

647 78 2
                                    

"permisi apakah ini kamar atas nama nona lisa?" 

"iya benar saya sendiri"

"baik hari ini jadwalnya mengganti perban ya nona, karena lukanya masih mengeluarkan banyak darah jika tidak segera diganti nanti bisa terkena infeksi"

"apakah harus setiap hari sus?"

"oh tidak, seminggu mungkin 2 kali tergantung jika lukanya berangsur kering lebih cepat"

suster tersebut kemudian menaruh peralatan di meja dan mulai membuka baju lisa sedangkan rosie sedaritadi hanya diam dan mengamati

"maaf permisi saya buka dul-"

"ehh tidak sus biar saya sendiri saja"

lisa membuka baju pasiennya itu menyisakan bra sport warna hitam dan perban putih yang melekat di pinggangnya dengan bercak sedikit darah segar disana. Suster mulai melepaskan perlahan perban tersebut dan akhirnya luka tersebut terlihat sangat jelas sekarang

"saya bersihkan dulu dengan alkohol jadi mungkin akan sedikit sakit"

lisa mulai cemas dan terus melihat ke arah lukanya, dia bergerak menghindar kesakitan ketika kapas basah beralkohol mulai menyentuh lukanya

"maaf anda temannya?" suster bertanya kepada rosie yang berdiri disamping lisa

"i- iya sus"

"tolong bantu pegang dia supaya tidak banyak gerak"

rosie segera mendekatkan tubuhnya dan merangkul lisa dari samping tangannya memegangi kepalanya dan lisa reflek merangkulkan tangannya ke pinggang rosie sedikit meremas bajunya karena menahan rasa perih. 

"baik sudah selesai nona bisa minum obat dan beristirahat sekarang"

"terima kasih sus"

lisa menoleh ke arah rosie sinis dibalas dengan hal yang sama oleh rosie 

"kenapa kau memelukku?"

"suster yang suruh"

"pakai acara bilang aku temanmu lagi"

"kau ini tidak tau kata terima kasih sudah syukur aku memelukmu tadi tidak kubiarkan kesakitan"

"terima kasih? bukannya kau yang membuatku seperti ini ya? kenapa aku harus berterima kasih kepadamu"

"kau sebenarnya mau apa huh? aku sudah minta maaf kepadamu masih kurang?"

"iya"

"apa? kau mau apa uang ganti rugi? sebutkan berapa yang kau minta?"

"antarkan aku buang air kecil sekarang"

rosie yang sudah sangat serius harus menahan tawanya karena lisa selalu saja bertindak tidak jelas

"manusia apa kau ini astaga sangat menjengkelkan sekali"

setelah buang air kecil lisa terlihat mengantuk mungkin karena habis makan dan efek obat dia mulai tertidur sedangkan rosie sekarang sedang asik bermain ponsel di sofa ruangan tersebut, dia ingin pulang namun tidak tega meninggalkan lisa sendirian.

ROSÉ POV

tiba-tiba ada yang masuk keruangan tersebut aku segera mengalihkan pandangan menuju orang yang baru saja membuka pintu dan ternyata dugaanku benar ya ibunya lisa, eomma tiffany.

"eomma!!" aku berlari kecil memeluknya seperti anak kecil yang baru saja bertemu dengan ibunya setelah seharian tidak bertemu

"rosiee disini rupanya, sejak kapan nak?" 

"dari sepulang sekolah eomma, tadi aku bersama appa tapi dia harus pulang dulu karena ada urusan mendadak"

"kau sudah makan?" aku tersenyum dan menggeleng pelan

"yasudah ini eomma kebetulan tadi masak nasi goreng dengan ayam panggang bumbu khas thailand, ini makan dulu"

"wah pasti enak, makasih ya eomma"

setelah aku makan dan berbincang-bincang dengan eomma ayah menelfonku untuk segera pulang dan akupun pamit ke eomma namun tepat sebelum aku keluar ruangan tersebut ada hal yang sangat membuatku bahagia sekaligus heran 

"eomma rosie pamit ya"

"ingat jangan ngebut di jalan"

"eomma tenang saja tidak perlu khawatir, kalau begitu rosie pulang dulu ya eomma"

"iya nak hati-hati"

......

"rosé"

"...." aku menoleh ke arah suara dengan sedikit raut wajah yang terkejut karena lisa tiba-tiba memanggil namaku

"hati-hati, terima kasih"

"iya" wajahku datar tanpa meninggalkan sedikitpun senyuman setelah lisa mengatakannya

namun setelah keluar ruangan rasanya seperti mimpi aku benar-benar tidak percaya dia bilang seperti itu, apakah ini pertanda aku bisa berteman dengannya? hal tersebut yang aku pikirkan disepanjang jalan hingga sekarang tidak bisa tidur hanya karena 4 kata yang keluar dari mulutnya tadi, sungguh lisa si anak menjengkelkan itu ternyata tidak seburuk yang aku kira.

pov end-


BERTAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang