22 : Perpisahan

328 49 8
                                    



Kiera mengeringkan rambut pirangnya yang basah seusai mandi. Pertanyaan di kepalanya tertahan untuk sementara waktu karena begitu ia ingin melontarkan ucapannya, Nana— ibunya lebih dahulu menyuruhnya untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Mengingat seharian ini Kiera bekerja diluar ruangan dimana banyak polusi yang ikut menempel pada tubuhnya.

Kiera dengan cepat bergegas keluar kamarnya ketika ia rasa rambutnya sudah mulai kering. Ia mendapati Kalendra yang duduk di sofa dengan pandangan yang tertuju pada ponsel di genggamannya. Sementara ibunya berada di dapur menyiapkan makan malam.

Ini kali pertamanya Kiera berpapasan dengan Kalendra sejak kejadian makan malam waktu lalu. Badannya bergidik begitu mengingat kejadian yang terjadi padanya kala itu. Kejadian itu bukanlah sesuatu yang sepantasnya ia tunjukkan pada siapa pun. Tak terkecuali Kalendra.

"Apa yang terjadi sehingga kau berkunjung ke apartemenku— dan yang terburuk— bagaimana bisa kau bertemu dengan Ibuku?" sambar Kiera cepat dengan tatapan panik miliknya. Ya tuhan, Kalendra baru kali ini mendengar wanita itu mengucapkan kalimat dengan begitu cepatnya.

"Aku hanya ingin berkunjung dan memastikan keadaanmu. Secara kebetulan aku bertemu Ibumu di lobi."

Tentu saja perkataan Kalendra 'memastikan keadaanmu' Adalah hal yang pertama kali terpikirkan oleh Kiera. Namun tentu bukan itu yang penting sekarang. Pertanyaan 'Bagaimana bisa kau mengenal ibu ku' adalah pertanyaan yang lebih penting untuk ditanyakan sekarang.

"Bagaimana bisa kau mengenal ibu ku? Aku tidak pernah menujukkan wajah keluargaku pada publik sebelumnya,"

"Aku tidak mengenal beliau. Beliau menyapaku terlebih dahulu. Bahkan sebelumnya ku kira ibumu berbohong."

Kiera mencelos tak percaya. Jika mengenal Kalendra dan bahkan menyapa kemudian mengajak Kalendra masuk ke apartemennya, bukankah itu tanda jika ibunya mengetahui pertunangan ini?
Kiera tak mampu berfikir lagi untuk saat ini. Ia bersusah payah untuk menutupi semuanya dari ibunya. Bahkan dengan sengaja memutuskan operator televisi di rumah ibunya agar ibunya tidak mendengar isu aneh mengenai Kiera.
Dan satu lagi, ponsel ibunya hanya bisa digunakan untuk menelpon. Lantas bagaimana ibu nya mengenal Kalendra?

"Kau tidak bertanya alasan aku memastikan keadaanmu?" Pertanyaan tidak jelas Kalendra mendapatkan lirikan tak tertarik dari Kiera. Tidak, sebenarnya Kiera begitu penasaran dengan alasan pria itu. Apakah Kalendra mengkhawatirkan dirinya?

Kiera mencelos, "Bukankah sudah jelas jika kau khawatir jika aku pingsan tiba-tiba seperti hari itu,"

Kiera meminum soda kaleng yang tersaji di depannya. Sesekali melirik ke arah Kalendra.

Kalendra mengangguk. "Aku bahkan berfikir untuk mengajakmu tinggal dirumahku."

"Uhuk," Kiera tersedak minumannya sendiri. Kiera terbatuk beberapa kali sembari memegangi dadanya dramatis.
Dan sialnya Kalendra hanya menatapnya tanpa bergerak membantunya.

"Kau terkejut dengan ajakan untuk tinggal di rumahku?"

Lihatlah sekarang. Kalendra sedang tersenyum jail ke arah Kiera. Kiera bahkan cukup asing dengan hal ini.

"Ajakan itu tetap berlaku hingga kapan pun. Datanglah jika kau setuju."

Kiera berdecih sembari tersenyum mengejek. Sepertinya ia harus membalas kejailan Kalendra.

"Tunggu, kau tidak sedang menyukaiku 'kan?" Kiera kembali meneguk soda kalengan yang sebelumnya ia letakkan di atas meja.

"Jika jawabannya iya, kau bagaimana?"

"Uhuk," Sial, Kiera tersedak untuk yang kedua kalinya. Bahkan ini lebih parah sehingga ia merasakan soda yang ia minum keluar dari hidungnya. Kalendra bahkan sampai bergerak untuk mengelap soda yang keluar dari hidung Kiera menggunakan tisu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SCANDARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang