15 : Peringatan Terakhir

310 53 8
                                    

Tolong bantu tandain typo ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tolong bantu tandain typo ya.
Happy reading buddies!

•••

"Berciuman."

Keheningan yang tercipta di beberapa detik pertama membuat Kalendra mulai merasa was-was. Sementara Kiera bener-benar hanya menatapnya dengan wajah yang terlihat datar. Meski setelahnya tanpa terduga Kiera berdecak dan bahkan melemparkan salah satu buket bunga mawar di tangannya itu pada wajah Kalendra. Sungguh respon yang tidak Kalendra bayangkan akan terjadi.

"Kiera, kau keterlalu—" Kalendra menoleh menatap Kiera dengan tatapan tidak percaya. Sesekali ia masih menatap pada jalanan di depannya.

"Kau yang keterlaluan, bodoh." Potong Kiera. Wanita itu kembali mengambil buket bunga yang semula ia lemparkan pada Kalendra.

"Aku hanya bercanda. Kau benar-benar berharap aku mencium mu begitu?" Pertanyaan Kalendra tidak dijawab oleh Kiera. Kiera menghembuskan nafas malasnya. Seharusnya ia merespon biasa saja perkataan Kalendra tadi. Mereka tidak sedekat itu untuk berciuman.

Keheningan itu berlangsung hingga mereka hampir tiba di rumah Kalendra.
Kiera berusaha menyembunyikan keterkejutannya kala mobil Kalendra masuk ke kawasan Golden Village. Kawasan yang memiliki rumah berharga fantastis. Bahkan setelah ia menjadi model hampir setengah dari umurnya, ia belum bisa membeli rumah di kawasan itu.

Baiklah, Kalendra memang kaya, bahkan akan bertambah kaya begitu perusahaan ayahnya jatuh ketangannya. Seharusnya ia tidak peru terlalu terkejut, bukan?

Mobil Kalendra berhenti di depan pagar sebelum akhirnya pagar itu terbuka dengan sendirinya. Begitu masuk, Kalendra memberhentikan mobilnya kemudian menoleh ke arah Kiera yang masih mengendarkan tatapamnya kelain arah.

"Kau masuk duluan saja, aku akan memarkirkan mobilku."

Kiera menoleh ke arah Kalendra. Ia menggeleng. "Aku masuk bersamamu saja."

Kalendra berjalan keluar dari mobilnya hanya untuk membukakan pintu mobil untuk Kiera. Kiera tetap menggeleng ogah. Rumah Kalendra begitu besar sehingga dirinya sedikit merasa takut. Terlebih lagi jika ada Ibu atau Adik pria itu. Kiera merasa malas berhadapan dengan mereka. Disaat ia telah merasa cukup lelah membiarkan emosinya luruh cukup banyak hari ini.

"Tidak ada Karissa atau anggota keluargaku di dalam sana." Seolah paham apa yang dipikirkan Kiera, Kalendra berucap demikian.

Kiera melangkahkan kakinya untuk turun. Masih dengan tiga buket bunga mawar yang memenuhi tangannya.

"Aku akan segera menyusulmu." Kalendra berlalu dengan mobilnya.

SCANDARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang