09 : Perlahan-lahan Tergores

328 59 23
                                    

Tolong bantu tandain typo ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tolong bantu tandain typo ya.
Happy reading buddies!

***

Jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih tiga puluh menit namun perempuan berambut pirang itu masih betah mencari posisi ternyaman dalam tidurnya. Mengabaikan kepalanya yang mulai berdenyut sakit akibat minuman beralkohol yang ia konsumsi malam tadi.

Hingga dibeberapa bagian, denyutan di kepalanya kian bertambah hingga membuat dirinya tak bisa melanjutkan tidurnya kembali. Dengan setengah sadar ia mendudukkan badannya di tepi ranjang dengan kaki yang sudah menyentuh lantai. Ia menatap pantulan dari bayangannya didepan kaca yang menghadap kearah kiri tempat tidurnya—posisinya saat ini. Seperkian detik awal tak membuatnya menyadari akan perbedaan dari dirinya, hingga suara decitan kasur akibat pergerakan seseorang dibelakangnya membuatnya benar-benar tersadar jika— ia tidak tidur sendiri malam ini.

Kepala Kiera menoleh kebelakang. Menatap seseorang dibelakangnya yang tak pernah ia bayangkan akan melewati semalaman bersamanya.

"KAU?!" Seruan bernada emosi menjadi ucapan pertamanya dalam pagi ini. Bahkan sepertinya Kiera sudah melupakan denyutan dikepalanya yang hingga kini masih terus berlangsung.

Pria disebelahnya mulai terusik akibat teriakan yang memekakkan telinganya. Pria itu kemudian menatap balik Kiera dengan tatapan terkejut yang sama. Ia bahkan refleks berdiri dari duduknya kemudian mundur beberapa langkah dari posisi tempat tidur.

"Apa yang—"

"Seharusnya aku yang bertanya padamu! Apa yang kau lakukan padaku malam tadi, berengsek," hardik Kiera.

Pria itu— Kalendra masih bungkam. Ia tidak tahu apa yang terjadi atau hal terburuknya apa yang telah ia lakukan kepada wanita itu.
Tubuh bagian atasnya tak tertutupi oleh sehelai benang pun, begitupun Kiera yang hanya tertutupi pakaian dalam yang berusaha ia tutupi dengan selimut tebal yang membungkus keduanya semalaman.

Kalendra memejamkan matanya bingung, ia berusaha meraih memori memori malam tadi yang entah mengapa seolah berlari pergi dari kepalanya.

"Tingakah seolah-olah kau melupakan segalanya benar-benar sampah, Kalendra," desis Kiera tajam. Ia bahkan berjalan untuk mensejajarkan jarak dengan Kalendra.

"Katakan apa yang kau lakukan padaku, Kalendra!"

"Aku tidak menyentuhmu, Kiera."

"Setelah apa yang terjadi pagi ini?" sela Kiera.

Arah tatap Kiera beralih ke permukaan kasur yang terdapat noda merah. Tentu Kiera tahu itu apa. Dan—sungguh, Kiera sangat membenci dirinya dan Kalendra saat ini.

SCANDARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang