04 : Terpaksa

398 53 9
                                    

Tolong bantu tandain typo ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tolong bantu tandain typo ya.
Happy reading buddies!

•••

Kilasan cahaya akibat flash kamera yang tak henti-hentinya mengenai wajah Kiera menjadi pembuka hari Kiera. Pagi-pagi sekali ia sudah mengujungi studio foto sesuai perjanjian yang sudah ia sepakati.

Terangnya flash yang berkali-kali mengarah kepadanya tak cukup mampu untuk membuat wanita itu merasa silau. Bertahun-tahun lamanya berkecimpung didunia modeling membuat Kiera terbiasa akan hal itu.

Sang fotografer tidak henti hentinya menuturkan ucapan kagum setiap kali wanita dengan rambut pirang itu mengganti posenya. Kiera berkesempatan mengisi sampul majalah edisi musim panas kali ini.

Dress berwarna hijau yang ia kenakan tampak cantik membalut badan rampingnya. Lirikan yang wanita itu keluarkan seakan memikat seseorang untuk terus melihat kearahnya dan jangan lupakan senyumannya yang mengembang manis sesuai dengan tema majalahnya. Memilih Kiera sebagai sampul majalah tentu saja sesuatu hal yang tepat.

"Kerja bagus, Kiera."

Pria dengan rambut yang terlihat memutih di beberapa bagian memujinya. Fotographer itu kemudian tersenyum ketika Kiera memberikan senyum tipis ketika melihat hasil pemotretan dari layar monitor didepannya.

"Kau terlihat sangat cantik, Kiera."

"Aku tau itu, James." James tertawa kecil.

Kiera berlalu pergi meninggalkan James dengan tawanya. Ia memasuki ruang ganti pakaian dan bertemu dengan salah satu penanggung jawab di pemotretannya kali ini.

"Naissa, pemotretan hari ini sudah selesai?" tanya Kiera sebelum meneguk air didalam botol miliknya.

"Sudah. Kau bisa pulang, perlu aku antar? Aku tidak melihat Gemi sedari tadi."

Kiera menggeleng sembari kembali
menutup botol minumnya, "Tidak perlu, Nai. Gemitha hanya pergi sebentar."

Naissa mengangguk paham sebelum akhirnya melangkahkan kakinya pergi untuk mengurus hal lain.

Setelah mengganti bajunya, ia keluar dari studio pemotretan. Ia berjalan beberapa langkah ke arah sebuah kedai kopi kemudian memilih vanilla latte sebagai pesanannya.

Kiera mendudukkan dirinya di atas kursi yang berada dipojok ruangan, tepat disebelah jendela besar yang mengarah kearah luar. Ia menumpu satu kakinya dengan satu kaki yang lain menahan. Menunggu pesanan kopinya sembari menatap kearah luar jendela.

Suasana terik musim panas membuatnya mudah berkeringat, Melakukan photoshoot selama delapan jam lamanya membuat badannya sedikit lengket. Mungkin ia harus berendam begitu ia menyentuh lantai apartemennya.

Tak mengulur waktu lebih lama, seorang laki-laki yang ia ketahui sebagai barista mengantar pesanannya. Kiera melemparkan senyum tipisnya. Well, Kiera akui dia memang sedikit galak, tapi tetap saja ia selalu punya alasan untuk setiap kerlingan tajam atau kata-kata pedas yang ia ucapkan kepada orang lain. Dan Kiera tidak mungkin menatap sinis kepada seseorang yang hanya berniat mengantarkan pesanannya, 'kan?

SCANDARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang