08 : Awal Mula Kehancuran

368 53 10
                                    

Tolong bantu tandain typo ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tolong bantu tandain typo ya.
Happy reading buddies!

•••

Kiera menyembulkaan kepalanya dibalik pintu kamar miliknya, ia menatap ke sekeliling mencerna keadaan. Tangannya begerak untuk kembali menutup pintu kamarnya dan ia segera berjalan menuruni satu persatu anak tangga sambil mengendarkan tatapannya kesekeliling.

Kiera merasa bosan mengurung dirinya didalam kamar tepat setelah Kalendra mempersilahkannya untuk memilih kamar mana yang ingin Kiera tempati dalam vila mewah yang sudah Kalendra pesan dari jauh-jauh hari.
Tidak ada yang melarangnya keluar sebenarnya, tetapi ia hanya bingung ingin melakukan apa, terlebih lagi ia tidak tahu arah pasti kota ini.

Kalendra sedang pergi entah kemana sejak setengah jam yang lalu. Kalendra tidak benar-benar berniat ingin meninggalkan Kiera, hanya saja Kiera yang menolak ajakan Kalendra dan sekarang ia menyesali hal itu.

Perbedaan waktu yang terjadi di negara yang sementara ini ia tempati dan negara tempat tinggalnya memiliki zona waktu yang cukup jauh, sehingga yang ia yakini sekarang adalah Gemitha ataupun Jorden sedang asik bergelut dalam relung mimpi masing-masing.

Vila ini sangat luas, taman dan daerah sekitar kolam renang juga bisa menjadi tempat dimana Kiera bisa bersantai atau bahkan merenung tanpa melakukan kegiatan apapun.

Kiera melangkah hingga akhirnya tiba di depan pintu yang membawanya menuju ke arah luar. Kedua tangannya terulur untuk membuka pintu tersebut kemudian segera menutupnya kembali.

Sebelum pergi Kalendra sempat berpesan jika Kiera tidak diperkenankan untuk membuka pintu vila jika tidak ada hal yang mendesak. Namun persetan dengan itu, rasa suntuk Kiera jauh lebih besar.

Kiera berjalan diatas jalan setapak menuju taman. Kemudian ia menduduki dirinya diatas bangku panjang yang terletak disana. Tak ada seorang pun yang berada didekatnya, Kiera benar-benar seorang diri disana.

Angin malam yang berhembus tak pelak membuatnya mengencangkan kardigan yang ia kenakan. Kiera termenung selama beberapa menit, menyisakan suara angin yang berhembus semakin kencang.

Kiera menghembuskan nafasnya pelan karena rasa suntuknya yang tak kunjung hilang bahkan setelah ia menghabiskan lima belas menit waktunya untuk mengirup udara di luar.

Kiera sangat menyukai ketenangan walaupun— sejujurnya tidak juga. Ketenangan kadang membuat dirinya merasa aman, nyaman dan merasa jika tidak ada hal buruk yang akan terjadi padanya. Namun dalam situasi lainnya, ia dapat merasakan jika ketenangan yang berkepanjangan dapat membuat ruang kosong dalam dirinya melebat, dan tentu saja membuatnya berfikir jika tak ada seseorang pun yang dapat merasakan apa yang ia rasakan. Dan Kiera sangat membenci hal itu.

SCANDARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang