17 : Tatapan Itu

272 43 5
                                    

Tolong bantu tandain typo ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tolong bantu tandain typo ya.
Happy reading buddies!

•••

Kiera berjalan cepat demi meninggalkan beberapa orang yang terus menerus mengejar langkahnya. Perasaan ketakutan yang terus menerus menyelimutinya begitu orang-orang itu mengejarnya membuat Kiera merasa ia tidak bebas bergerak.

"Nona, tunggu!" Pulanggil salah satu dari orang yang mengikuti langkahnya itu.

"Nona! Nona Kiera,"

Sungguh disaat-saat seperti inilah Kiera ingin melempar orang-orang itu dengan buku yang ia genggam. Ini kali ketiganya di ikuti oleh keempat orang itu yang mengatakan jika mereka ingin merekrut Kiera sebagai seorang model.

Keempat orang itu masih terus menerus mengejar langkah Kiera hingga pada akhirnya menghentikan langkahnya begitu ia tiba di selasar kampus.

"Tolong hentikan semua ini," cicit Kiera perlahan. Kiera melirik ke arah empat orang di depannya. 3 orang laki-laki dan satu orang perempuan. Jumlah mereka tetap sama meskipun orang-orang yang mengejarnya selalu berbeda setiap hari. Kiera bahkan tidak tahu bagaimana cara untuk menghindari orang-orang menyebalkan ini selain tidak mengikuti kelas.

"Mohon minta waktunya sebentar—"

"Aku menolaknya. Aku tidak ingin menjadi model, talent, atau apa pun itu yang kalian sebutkan." potong Kiera cepat. Tatapannya secara bergantian menatap sebal ke arah empat orang di depannya.

"Nona sudah pernah mencoba sebelumnya? Jika belum sebaiknya Nona mencoba terlebih dahulu."

Kiera melirik pada name tag yang terggantung di leher wanita itu. "Aku tidak mau."

"Kenapa? Nona sudah di rekrut oleh agensi lain sebelumnya?" balas wanita itu cepat.

Kiera kehabisan perkataan beberapa detik di awal. Dia punya hal untuk menolak bukan?

Kiera membenarkan tata letak tas kanvas di bahunya sebelum kembali bersuara. "Aku tidak tahu harus mengatakan hal apa. Aku tidak tertarik. I'm not interested. Ik ben niet geïnteresseerd. Non quaero, no me interesa. Harus dengan bahasa apa lagi aku mengatakannya?" Kiera kembali menatap satu persatu orang yang berada di hadapannya dengan dengisan sebal.

"Tapi Nona—"

Seseorang entah dari mana datang merangkul bahu Kiera dan mengambil alih buku-buku yang semula bertengger pada tangan Kiera. Senyum manisnya mengembang begitu sempurna. Tatapan mata yang berbinar jernih yang terlindung oleh kelopak mata yang tajam itu untuk beberapa detik mengalihkan pandangan Kiera. Theo Roderick, mahasiswa pindahan dari luar negeri bulan lalu. Kiera tidak terlalu mengenal Theo secara dekat. Namun teman masa kecilnya— Jorden terlihat sering berpergian dengan Theo begitu kelas selesai.

SCANDARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang