16 : Binar Hangat

279 49 11
                                    

Tolong bantu tandain typo ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tolong bantu tandain typo ya.
Happy reading buddies!

•••

"Aku tidak akan pulang, jadi berhenti menelponku." Rashi mematikan sambungan ponselnya dan sedikit membanting ponselnya di atas meja sebelum akhirnya melanjutkan pekerjaannya yg terinterupsi sebelumnya.

Panggilan itu dari Rasha, adiknya yang berusia 4 tahun di bawahnya. Rasha tidak lebih dari benalu bagi kehidupan Rashi. Selama bertahun-tahun sejak kejadian yang bahkan membuat Rashi muak untuk mengingatnya— Rasha tidak henti-hentinya berusaha menjelaskan sesuatu yang bahkan sudah Rashi temukan lebih dahulu faktanya.

Hubungan Rashi dan adiknya tidak lagi berjalan baik sejak kematian ibu mereka sekitar empat tahun lalu. Tidak ada sapaan hangat yang terdengar setiap pagi, tidak ada lagi momen dimana Rashi dengan sabar mengajari Rasha pelajaran matematika. Kehangatan itu sudah sirna tepat saat ibu mereka tiada.

Bahkan Rashi memilih enggan berkunjung hanya untuk menginjakkan kaki dirumah ayahnya barang sedetikpun. Perang dingin antara Rashi dan ayahnya hanya membuat Rasha merasa harus memperbaiki hubungan ayah dan anak itu. Meski tidak ada jaminan jika hubungan mereka akan membaik.

Rashi menyesap americano nya kemudian ia bersender pada kursi kerjanya. Bohong jika Rashi tidak pernah merasakan lelah. Ia hanya tak memiliki hal lain yang harus ia kerjakan selain urusan pekerjaannya di kantor. Teman-temannya perlahan mulai menjauh karena terus menerus Rashi hadiahi sebuah penolakan ketika teman-temannya itu mengajaknya untuk berjalan-jalan atau hanya sekedar menikmati secangkir kopi di sebuah kafe.

"Rashi," Rashi menegak. Mencari siapa sosok yang memanggilnya.

"Bu Jerena," gumamnya.

Jerena berjalan mendekat. Mengantarkan satu porsi pasta pada meja kerja Rashi.
Jerena— istri dari pemilik perusahaan tempat Rashi bekerja itu adalah satu-satunya orang yang selalu memperhatikannya. Bahkan jika orang awam melihat mereka, Jerena mungkin akan dikira memiliki hubungan persaudaraan dengan Rashi.

"Tidak perlu repot-repot, Bu." tolak Rashi pelan.

Jerena menggeleng. Ia sama sekali tidak merasa kerepotan dengan ini. Rashi sudah bekerja sangat keras hari ini dan Jerena tidak yakin jika Rashi bahkan membiarkan asupan makanan masuk kedalam dirinya dengan baik hari ini selain segelas americano tentunya.

"Jangan menolak. Aku tidak akan selalu mengantarkan makanan padamu." Jerena membuka tutup pasta itu dan semakin mendakatkannya pada Rashi.

SCANDARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang