Assalamualaikum teman-teman. Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga sehat selalu ya, dan yang sedang sakit semoga lekas sembuh. Aamiin.
Kalian udah suka sama cerita aku belum? Kalau udah suka, terima kasih ya, semoga selamanya tetap suka dan jangan lupa untuk votment dan share ke teman-teman kalian. Kalau kalian belum suka, aku minta maaf ya karena ceritaku nggak sebagus cerita orang lain.
Jangan lupa tunjukin emoji love💙 kalian:)Happy Reading
°°°
Kini Lala dan keluarganya berada di suatu komplek perumahan kecil yang hanya berjarak sekitar 2 km dari rumah yang ditinggalkannya. Mereka kian menyusuri setiap rumah, mencari rumah yang telah dibeli Herland menggunakan uang hasil jual rumah mewahnya.
Mereka memang bangkrut, tapi bukan berarti rumah mewahnya juga akan disita. Hutangnya sudah lunas hanya dengan menjual aset-asetnya kecuali rumah.
"Nah, itu rumahnya," Herland menunjuk sebuah rumah yang minimalis begitu nampak sederhana. Rumahnya tidak besar, tapi cukup untuk mereka tinggali.
"APA?! RUMAH ITU?! NGGAK! NGGAK! HANI NGGAK MAU TINGGAL DI SANA!" teriak Hani histeris menatap jijik rumah itu.
"Kalo lo nggak mau tinggal di rumah itu, cari aja tempat lain. Nggak usah bareng kita," cecar Lala kesal dengan sikap adik satunya ini.
"Yaudah kita masuk sekarang!" ajak Herland agar kedua anak perempuannya itu tidak berdebat terus.
Herland mengeluarkan kunci rumah itu dari dalam sakunya. Setelah pintunya terbuka, semuanya pun masuk bersama-sama terkecuali Hani.
Afif yang hendak menutup kembali pintunya pun terhentikan karena melihat adik bungsunya yang masih berdiri di luar.
"Ngapain masih di situ? Ayok cepetan masuk!"
"Iiih gak mau gak suka gelay," sahut Hani menirukan suara Nissa Sabyan yang sedang viral itu.
"Serah lo dah. Gue malah ngerasa jijik dengernya." Afif bergidik ngeri lalu meninggalkan Hani yang penuh dengan perasaan kesal.
"Percuma punya kakak dua tapi gak guna semua," gerutunya dan langsung masuk ke dalam rumah dengan berat hati.
°°°
Pagi pun tiba, kedua kakak beradik ini harus melakukan rutinitasnya sebagai seorang siswa. Lala sudah bangun sejak subuh tadi, sedangkan adiknya masih terlelap di atas ranjangnya. Sudah dibangunkan beberapa Kali, tetap saja hasilnya sama. Seolah-olah Hani sedang latihan untuk mati. Benar-benar seperti jenazah, sangat sulit untuk dibangunkan.
Byurr
Lala meyiram Hani dengan segayung air.
"LO APA-APAAN SIH! BAJU GUE JADI BASAH ANJING" sentak Hani kala terbangun dari tidur pulasnya.
"Jaga ucapan lo. Gue ini kakak lo, hormati kakak lo, selayaknya gue menghargai lo." Lala beranjak dari hadapan Hani. Ia tidak ingin berdebat dengan adiknya itu. "Oh ya, lo cepetan siap-siap. gue tunggu lo di bawah. Kita berangkat sekolah bareng." Lala kembali ke kamar, dan setelah selesai memgucapkan kata itu ia kembali pergi.
Hani pun menurut. Ia segera beranjak dari ranjangnya untuk melakukan ritual paginya. "Mentang-mentang lebih tua dari gue, dia bisa berlaku seenaknya. Canda tua hahaha...." Hani tertawa hambar di bawah guyuran shower.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (On Going)
Teen FictionNote : Judulnya diganti jadi soulmate "Kodrat wanita memang seharusnya dikejar bukan mengejar. Namun, apakah salah bila seorang wanita memperjuangkan seorang Lelaki?" ~Lala Elsiana Azzahra Cover by Pinterest Copyright © Mellyngga