Hai readersnya cerita Lala & Lele apa kabar? Masih ingatkah dengan cerita ini? Cerita yang ditulis oleh seorang penulis amatir, hehe. Maafin Author ya yang udah terlalu lama hiatus:')
Semoga aja ada yang mau baca💙
Happy Reading
_____________________Lala tengah pulang sekolah, kini ia sedang menikmati pemandangan langit sore di teras belakang rumahnya. Baru saja ia memejamkan matanya untuk menghirup udara segar di sekelilingnya, tiba-tiba ia mendengar suara keributan dari dalam rumahnya. Lala bangkit, ia langsung berlari masuk ke dalam rumahnya.
"Hani nggak mau jatuh miskin! Hani nggak mau!"
Samar-samar Lala mendengar suara Hani yang berteriak serta diiringi isakan tangis. Tanpa babibu lagi, Lala langsung menghampiri sumber suara.
"Dek, apa yang terjadi?" tanya Lala panik.
Lala mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Ia dapat melihat dengan jelas bahwa kini ayahnya sedang dalam keadaan marah. Semua barang-barang yang tertata rapih, kini sudah berubah menjadi acak-acakkan. Bahkan, sebagian ada yang sampai pecah.
"Perusahaan Ayah bangkrut Kak," jawab Hani dengan tangisannya yang semakin terdengar keras.
"Apa?! Ja-jadi kita ba-bakal jatuh miskin?" lirih Lala yang masih syok dengan jawaban Hani.
"Sudahlah. Kalian jangan berlebihan seperti ini. Mungkin, ini memang sudah takdir dari Tuhan untuk Kita," ucap Atika mencoba untuk menenangkan kedua putrinya.
"Maafin Ayah. Ayah benar-benar jadi ayah yang nggak becus buat kalian," lirih Herland putus asa.
Lala menyeka air matanya, ia mencoba untuk berhenti menangis. Ia tahu bahwa sekarang ayahnya yang lebih terpuruk dibandingkan dengan dirinya.
"Ayah. Ayah udah jadi ayah yang terbaik buat kita. Ayah jangan pernah menyerah. Bunda benar, mungkin ini yang terbaik untuk kita. Kita akan tetap bersama Ayah, apapun keadaannya," ungkap Lala mencoba untuk menguatkan ayahnya dan membangkitkannya dari keterpurukan.
"Kalian beresin barang-barang kalian, karena mungkin 2 atau 3 hari lagi kita akan pergi dari rumah ini," titah Atika.
"Nggak! Hani nggak mau pergi dari rumah ini! Kalau kita pergi dari rumah ini kita akan tinggal dimana?!" tolak Hani dengan cepat.
"Kita akan cari kontrakan atau rumah kecil untuk tempat tinggal kita sementara," jawab Atika.
Ceklek
Tiba-tiba ada seseorang masuk ke dalam rumah. Orang itu langsung menghampiri Lala dan Hani.
"Han, kamu kenapa kok nangis?" tanya Afif masih tak mengerti dengan apa yang telah menimpa keluarganya.
"Ayah bangkrut, Bang. Dan kita akan jatuh miskin."
Deg
Seperti dihantam peluru, hati Afif benar-benar sakit mendengarnya. Hatinya sakit bukan karena ia jatuh miskin, melainkan melihat keluarganya yang sedang terpuruk karena keadaan.
"Be-beneran Bun?" tanya Afif melirik Atika.
"I-iya."
"Tumben jam segini kamu sudah pulang?" tanya Atika heran karena biasanya ia tak pulang secepat ini.
'Bagaimana aku ingin mengatakan kabar buruk itu, bila keluargaku saja saat ini sedang terpuruk?' batin Afif bermonolog.
"Kenapa kamu malah bengong?" tanya Atika yang membuat lamunan Afif buyar.
"Eng-gak pa-pa kok Bund," sahutnya terbata-bata.
Afif terus saja berkutik dengan pikirannya. Apakah ia harus memberitahu kepada bunda-nya kalau sebenarnya ia juga sudah tidak memiliki pekerjaan, karena ia dipecat sebagai guru? Saat ini Afif benar-benar bingung.
"Bun. Kita nggak bakalan pergi dari sini kan?" ucap Hani penuh harap.
"Kita akan tetap pergi dari sini." Bukan Atika yang menjawab, melainkan Herland.
"Ta-tapi kan Bang Afif juga masih kerja. Mungkin Bang Afif bisa cicil rumah ini Yah," ucap Hani di sela isakannya.
"Se ... benarnya ... Afif ...." Afif menggantungkan ucapannya, ia benar-benar ragu untuk mengatakan kalau saat ini dirinya juga sudah tidak memiliki pekerjaan lagi.
"Sebenarnya apa, Bang?" tanya Hani sudah tidak sabaran.
Afif menarik nafasnya dalam-dalam, ia mencoba bersikap untuk setenang mungkin.
"Sebenarnya Afif juga sudah tidak memiliki pekerjaan. Siang tadi Afif dipecat oleh kepala sekolah. Afif juga tidak tahu apa alasannya," ungkap Afif lancar tidak terbata-bata sedikit pun.
"Apa?! Abang dipecat oleh Bu Sarah? Pasti semua ini gara-gara dia." Hani menunjuk Lala dan tersirat sebuah kemarahan di matanya.
"Kenapa kamu malah menyalahkan kakak kamu sendiri?" tanya Atika tak mengerti dengan maksud dari ucapan Hani.
"Pasti semua ini gara-gara lo!" Hani benar-benar marah, ia mendorong Lala dengan keras, sampai-sampai punggung Lala terbentur tembok.
"Dek, salah gue apa?"
"Lo nggak tau kesalahan lo apa?" Hani tersenyum getir.
Lala menggeleng, ia benar-benar tidak tahu apa yang ia perbuat hingga membuat Afif dipecat dari profesinya sebagai guru.
"Jangan pura-pura polos deh, jijik gue liatnya," tukas Hani menatap sinis Lala.
"Hani, cukup! Kamu udah keterlaluan! Dia Kakak kamu. Tidak sepantasnya seorang adik bersikap seperti itu!" sarkas Afif sudah tak kuat melihat Hani yang memaki-maki Lala.
"Oh, jadi Bang Afif belain dia? Bang, Abang malah bentak aku demi belain dia? Seharusnya Bang Afif tuh dukung aku, karena aku udah maki-maki dia demi Abang!"
"Alasan lo maki-maki gue apaan ha?!" sentak Lala.
"Karena gue nggak mau jatuh miskin! Dan semua ini penyebabnya tuh lo!"
"Sudah! Cukup! Kalian cepat kemasin barang-barang kalian dan kita pergi pergi dari rumah ini!" perintah Herland dengan tegas dan tidak ingin menerima penolakan.
"Ta-tapi Yah-"
"Cepat!" ucapnya tegas.
Semuanya tak ada yang berani melawan ucapan Herland. Mereka dengan tergesa-gesa memasuki kamarnya masing-masing.
"Udah beres kayaknya," kata Lala yang tengah menutup koper berisikan barang-barangnya.
Semuanya telah selesai mengemasi barang-barangnya. Mereka pun kembali ke ruang tengah yang berada di lantai bawah.
"Ayah udah pesan taksi, mungkin sebentar lagi taksinya akan segera sampai," ucap Herland.
Keluarga Bramasta benar-benar akan pergi dari rumah megahnya itu. Mereka benar-benar enggan untuk melangkah keluar. Rasanya tak sanggup jika harus meninggalkan rumah yang memiliki banyak kenangan di dalamnya.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (On Going)
Teen FictionNote : Judulnya diganti jadi soulmate "Kodrat wanita memang seharusnya dikejar bukan mengejar. Namun, apakah salah bila seorang wanita memperjuangkan seorang Lelaki?" ~Lala Elsiana Azzahra Cover by Pinterest Copyright © Mellyngga