Happy Reading
~~Bel istirahat pun berbunyi. Semua orang berbondong-bondong untuk keluar kelas. Dan kebanyakan tujuannya adalah kantin. Termasuk Lala ia pun ingin segera keluar dari kelasnya. Cacing-cacing di dalam perutnya sudah meronta-ronta ingin makan.
"Nad, kantin yuk!"
"Kuy lah gaskeun!" seru Nadia, ia langsung menggandeng tangan Lala.
Lala Dan Nadia pun keluar kelas. Tujuannya sekarang adalah kantin. Lala sudah tidak sabar ingin segera mengisi perutnya. Ia takut kalau nanti asam lambungnya akan semakin meningkat.
Tiba-tiba saja sebelum belokkan menuju area kantin terdapat segerombolan laki-laki yang sedang duduk sambil bercanda ria dan sepertinya sedang memperhatikan ke arah Lala dan Nadia.
"Eh, Nad. Emangnya gak ada jalan lain ya selain ini?" tanya Lala karena merasa risih dengan adanya segerombolan laki-laki itu.
"Kenapa emang?" Langkah kaki Nadia terhenti dan ia langsung menatap Lala.
"Em ... em ... sebenarnya gue nggak nyaman aja kalo lewat sini. Gue ngerasa risih."
"Oh gue tau, pasti lo risih karena mereka 'kan?" Nadia menunjuk gerombolan lelaki itu menggunakan dagunya.
Lala langsung mengagguk, mengiyakan ucapan Nadia. "Ada jalan lain kan?" tanyanya lagi.
Nadia mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan telunjuk, seolah-olah sedang memikirkan pertanyaan Lala. "Ada sih ...."
"Benaran? Yaudah ayok jangan jalan sini!" serunya antusias.
"Eh, nggak! Nggak! Kita tetap jalan sini!" tegas Nadia.
"Yha kenapa?" Lala langsung lesu ketika Nadia memutuskan untuk tetap melawati segerombolan lelaki itu.
"Kalo kita lewat jalan yang lain waktunya nggak akan cukup, La. Nanti malah keburu bel," jelasnya agar Lala mengerti dan tetap melewati jalan itu.
"Yaudah deh." Lala pun pasrah. Pasalnya ia juga belum tau tentang seluruh isi sekolah ini. Lala dan Nadia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi.
"Heh, lo anak baru ya?" Baru saja mereka melangkah beberapa langkah, langkah mereka kembali terhenti.
Lala dan Nadia memutar tubuhnya ke belakang. "Dia kakak kelas, La," bisik Nadia.
"Maaf, Kak. Kakak nanya sama saya?" tanya Lala sedikit dingin.
"Ya iyalah gue nanya sama lo ogeb, ya kali gue nanya sama tembok," sahut laki-laki bername-tag Wildan itu. Ucapannya disambut gelak tawa oleh teman-temannya.
"Oh, jadi ceritanya kalian mau kenalan nih sama gue, gitu?"
"Dih songong lu!" Bukan lagi Wildan yang menyahut, melainkan ketua mereka.
"Yuk Nad, cabut!" Lala menarik tangan Nadia untuk segera menghindar dari geng menyebalkan itu.
Hap
Kena! Tangan Lala berhasil dicekal oleh salah satu di antara mereka. "Mau ke mana lo? Menghindar? Lo nggak akan bisa menghindar dari gue!" Ia tersenyum miring, seakan-akan sudah merencanakan sesuatu.
"Ngefans ya lo sama gue?" Lala berhasil menghempaskan tangan yang mencekalnya itu.
"Bisa nggak kalo ngomong sama Kakak kelas tuh pake embel-embel 'aku kamu' bukan 'lo gue'?"
"Oh sorry nggak bisa kalo sama lo mah," jawab Lala santai.
"Lo nggak tau siapa gue?"
"Gue nggak tau dan nggak mau tau!" Lala terlihat biasa-biasa saja menghadapi geng yang sangat disegani oleh seantero siswa siswi SMATHA. Sedangkan Nadia? Ia sudah berkeringat dingin sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (On Going)
Teen FictionNote : Judulnya diganti jadi soulmate "Kodrat wanita memang seharusnya dikejar bukan mengejar. Namun, apakah salah bila seorang wanita memperjuangkan seorang Lelaki?" ~Lala Elsiana Azzahra Cover by Pinterest Copyright © Mellyngga