[13] Bertemu?

30 18 1
                                    

Selamat membaca, semoga suka ya. Aamiin^^

"Nah, akhirnya ada taksi lewat," ucap Lala kegirangan. Lala melambai-lambaikan tangannya di pinggir jalan supaya taksi itu berhenti. Taksi itu pun berhenti di hadapan Lala, Lala langsung saja masuk ke dalam taksi yang di hadangnya barusan. Afif juga kembali melajukan mobilnya dan mengikuti taksi yang ditumpangi adiknya dari belakang.

Sepuluh menit berlalu, Lala sudah sampai di sekolahnya. Kebetulan jarak dari rumah Lala ke sekolah tidak terlalu jauh, jadi tidak perlu waktu lama untuk sampai di sekolahnya.

"Nih, uangnya Bang." Lala menyodorkan selembar uang ke supir taksi itu.

"Akhirnya gue udah bisa sekolah lagi," ucapnya lirih. Lala memasuki gerbang sekolah. Setelah seminggu lamanya Lala tidak sekolah, rasanya ia kembali seperti murid baru. Lah, si Lala kan emang murid baru, wkwk.

"Lala!" pekik seseorang dari kejauhan.

Grep! Orang itu langsung memeluk Lala sangat erat.

"Ih, Nadia! Gue pengap tau!" ucap Lala berusaha melepaskan pelukannya.

"Gue kangen tau, La. Lo ke mana aja sih, udah seminggu nggak sekolah? Padahal kan Lo murid baru." Nadia melepas pelukannya.

"Ntar aja jelasinnya di kelas," sahut Lala. Nadia pun mengiyakan ucapan Lala. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelasnya, kelas XI IPA 2.

Bruk!

"Aw ... Lo tuh punya mata nggak sih?! Kalo punya ya digunain, jangan cuma buat pajangan!" gertak Lala tanpa melihat lawan bicaranya.

"Salah lo sendiri dari tadi ngobrol terus," sanggahnya.

"Lo tuh ya ...." Lala mendongakkan kepalanya.

"Lo?!" ucap Lala dan Leo bersamaan. Leo-lah yang tadi bertabrakan dengan Lala. Leo tak menyangka kalau orang yang bertabrakan dengannya adalah orang yang ia tolong tempo hari yang lalu. Begitu pun dengan Lala, ia juga terkejut kalau ternyata Leo-lah yang bertabrakan dengannya, orang yang ia hindari selama ini.

"Kenapa lo ada di sini?" tanya Leo dingin.

"Harusnya gue yang nanya kek gitu ke lo," sahut Lala tak kalah dingin. "Gue siswi baru di sini," lanjutnya. Leo hanya ber oh ria mendengar jawaban Lala. Ia langsung saja berlalu melewati Lala.

"Woy! Gak sopan banget sih, udah gue jawab main pergi-pergi aja!" teriak Lala. Namun, Leo tak menghiraukannya sama sekali.

"Udahlah La, biarin aja. Dia orangnya emang kek gitu," ucap Nadia berusaha untuk menenangkan Lala.

"Tapi tampan sih," lirih Lala, tapi sayangnya Nadia masih bisa mendengarnya.

"Aaaa ... gue seneng banget!" seru Lala loncat-loncat tidak jelas. Nadia menatap Lala cengo. Baru kali ini Nadia lihat sifat Lala yang bobrok kayak gini.

"Ini beneran lo kan, La?" tanya Nadia memastikan kalau yang di sampingnya ini adalah temannya. Nadia takut kalau ternyata itu bukan Lala.

Pletak!

"Ya iyalah ini gue, ya kali gue jelmaan setan." Lala menjitak kepala Nadia yang membuat Sang Empu meringis.

"Berarti Khanza juga sekolah di sini dong?" tanya Lala dengan mata yang berbinar.

"Lo kenal sama si Cupu?" bukannya menjawab, Nadia malah balik bertanya.

"Kenal dong," ucap Lala seraya membanggakan dirinya.

"Dih, temenan sama cupu aja bangga." Nadia menatap sinis Lala. "Udahlah nggak usah bahas si Cupu lagi, mendingan kita ke kelas sekarang," ajak Nadia.

"Yaudah ayok!" Mereka berdua berjalan menuju kelasnya, kelas XI IPA 2. Sekarang adalah kali kedua Lala masuk ke dalam kelasnya. Lala berjalan sambil bersenandung kecil. Semua orang menatap heran ke arah Lala. Bukankah pas hari pertama dia masuk ke sekolah ini, dia selalu bersikap dingin dan cuek ke siapa pun? Lalu, kenapa sekarang jadi cewek polos dan sikapnya juga hangat? Oh iya, bukankah Lala satu minggu tidak masuk sekolah, apakah dia habis di rukiyah? Atau direbus ya biar ada hangat-hangatnya? pikir sebagian siswa-siswi di SMA Thabrani.

"Lo kemana aja baru nongol?" celetuk siswa yang ber-name tag Danish.

"Gue sakit," sahut Lala singkat. "Lo kangen ya sama gue?" tanya Lala kepedean.

"Dih, amit-amit gue kangen sama es kutub kayak lo. Eh, tapi kan lo udah nggak dingin lagi ya. Atau jangan-jangan ... selama seminggu ini lo direbus biar jadi hangat kek sekarang ya?" tebak Danish ngawur.

Bugh!

Lala memukul lengan Danish. Ia tak habis pikir kenapa teman barunya ini mau so' so'an jadi cenayang.

"Aw ... ngapain sih lo pake mukul gue segala," ringis Danish mengusap lengannya.

"Makanya jangan so' so'an jadi cenayang!" ketus Lala menatap tajam Danish.

"Hehe, sorry. Tapi benerkan dugaan gue?"

"Bener pala lo." Lala melengos menuju tempat duduknya.

"Khanza?" Lala melihat sosok mirip Khanza yang berada di kursi paling belakang.

"Kamu ...." Khanza mencoba mengingat-ingat siapa yang memanggil namanya barusan.

"Lo masih ingat gue kan?" tanya Lala antusias.

Setelah lama berpikir, akhirnya Khanza mengingat siapa wanita yang berada di depannya kini. "Iya aku ingat. Ka—kamu Lala kan?" ucap Khanza gugup, karena Nadia menatapnya tajam.

"Kirain lo lupa sama gue," ucap Lala nyengir onta.

Tak lama mereka berbincang, akhirnya guru yang mengajar di kelas Lala pun datang. Kini pelajaran yang telah berlangsung di kelas XI IPA 2 adalah pelajaran Kimia.

Kring! kring!

Lonceng berbunyi nyaring terdengar oleh semua orang yang berada di SMA Thabrani. Nyaris semua murid berhamburan keluar dari kelasnya, meskipun guru pelajaran belum menyelesaikan materinya.

"Akhirnya kita udah sampai di kantin. Gue udah nggak kuat nih, udah laper banget." Nadia membuang napasnya lega sambil mengelus perutnya.

"Yuk kita cari meja buat kita bertiga!" ajak Lala menarik lengan Nadia dan Khanza.

"Tunggu, tunggu, kita semeja sama si Cupu?" Nadia menghentikan langkahnya dan langsung melirik Khanza remeh.

"Kenapa? Keberatan?" tanya Lala menatap datar Nadia.

"Emangnya lo nggak malu duduk bareng sama dia? Terus gimana kalo kita juga sama kena bully sama si Queen Bully?" cerocos Nadia, ia takut kalau dirinya juga akan di bully seperti Khanza.

"Kita kan sahabat. Jadi kalau ada salah satu di antara kita yang lagi dalam masalah kita harus membantunya, bukan malah menjauhinya. Kita harus siap terima apa pun risikonya," sahut Lala dengan santainya.

"Apa?! Kita sahabat? No! No! Gue nggak mau sahabatan sama dia," sarkas Nadia menunjuk Khanza.

"Oke, fine. Kalo lo nggak mau sahabatan sama dia, otomatis gue sama lo juga nggak sahabatan." Lala berlalu menuju meja yang dipilihnya.

"Oke! Gue juga bakal temenan bin sahabatan si Cupu! Eh, maksudnya Khanza!" teriak Nadia langsung berlari kecil menghampiri Lala dan Khanza. Nadia hanya pasrah dengan keadaan. Lagi pula selama dia sekolah di SMA Thabrani, dia tidak pernah mendapatkan teman. Baru kali ini ada yang mau berteman sekaligus bersahabat dengannya. Dulu Nadia sempat berpikir untuk berteman dengan Khanza, tapi ia menepis pikirannya itu jauh-jauh. Ia tidak mau jika dirinya akan di bully, karena telah berteman dengan Khanza. Namun, sekarang ia mencoba untuk berteman dan bersahabat dengan Khanza si cewek cupu, itu pun karena takut jika Lala nantinya tidak ingin berteman dengan dirinya.
.
.
.
B E R S A M B U NG.






















Soulmate (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang