[4] Latihan

48 29 13
                                    

Assalamualaikum Readers 👋🏻😗

Happy Reading 🦄🦄

Jangan lupa ya untuk tinggalkan jejak, follow, coment, vote dan share🙏👌


POV Lala

Hari ini adalah hari terakhir untuk latihan cerdas cermat, karena perlombaannya akan berlangsung besok. Aku pun bangun lebih awal dari biasanya, karena aku tidak ingin terlambat. Aku sudah bersiap untuk berangkat sekolah.

"Good morning All," sapaku yang sedang menuruni tangga.

"Morning too," ucap mereka bersamaan.

"Tumben kamu berangkat sekolah masih pagi?" tanya bunda kepadaku, karena biasanya aku selalu berangkat agak siang.

"Gini Bun, kan sekarang adalah hari terakhir untuk latihan cerdas cermat, latihannya juga diadakan di sekolah Lala. Jadi Lala nggak mau telat, apalagi kan Lala tuan rumah di sekolah itu, masa iya sih tuan rumah telat, kan malu Bun," jelasku dan bunda pun mengerti dengan penjelasanku.

"Yahdah, cepet sarapan dulu!" suruh bunda.

"Iya Bun," aku pun mengangguk.

Aku pun sudah selesai sarapan. Sebelum berangkat aku pamit dulu ke bunda.

"Bun, Lala berangkat," ucapku menyalami tangan bunda.

***

POV Leo

Entah karena apa, aku merasa sangat senang, saat mendengar kabar bahwa latihannya akan diadakan di SMA Tunas Bangsa. Apa karena cewek itu? Gak mungkinlah. Terus kenapa akhir-akhir ini aku selalu memikirkannya? Apa aku mencintainya? Mana mungkin aku mencintai orang yang bahkan namanya saja aku nggak tau, pikirku.

"Gue nggak suka sama cewek itu dan nggak mungkin suka sama cewek itu," ucapku penuh penekanan.

***

Di SMA Tunas Bangsa siswa-siswi sudah ramai, karena sebentar lagi mereka akan masuk kelas. Dua murid dari SMA Thabrani sudah tiba di SMA Tunas Bangsa. Mereka berdua berjalan beriringan melawati koridor sekolah untuk mencari ruang kepsek.

Para siswa-siswi banyak sekali yang menatap kagum dan sinis ke arah mereka berdua, dan melontarkan pujian untuk lelaki itu serta hujatan untuk wanita di sebelah lelaki itu.

"Waw, cogan beneran."

"Calon menantu emak-ku!"

"Ihh, mau ngapain tuh cupu ke sini?"

"Dihh, sok kegantengan banget sih tuh cowok."

"Andaikan dia suamiku."

"Gak pantes tuh cupu jalan bareng sama cogan."

Begitulah ucapan yang siswa-siswi lontarkan untuk kedua insan tersebut. Namun mereka berdua hanya bersikap acuh. Kedua insan tersebut adalah Leo dan Khanza, mereka berdualah yang menjadi rekan lombanya Lala.

"Ruang kepsek di mana ya?" tanya Leo ke siswi yang berada di depannya.

"Jalan aja lurus, terus belok kanan, nanti di situ ada pintu bercat abu-abu, itu ruang kepsek," jawab siswi itu tersenyum lebar karena bahagia ditanya sama cogan.

"Thanks." Leo dan Khanza berjalan sesuai arahan siswi tadi.

Mereka pun tengah sampai di depan pintu bercat abu-abu.

Tok! Tok! Tok!

Leo mengetuk pintu tersebut.

Ceklek

Pintunya pun terbuka, menampakkan sosok wanita. Ya, Lala-lah yang membukakan pintunya.

"Nyampainya lama banget sih, gue udah
nunggu lama loh di sini," kesal Lala tanpa mempersilahkan mereka masuk.

"Maaf," ucap Khanza.

"Iya gak papa," Lala menghembuskan nafasnya kasar.

"Ehm!" Leo berdehem, Lala menatap ke sumber suara mengangkat sebelah alisnya.

"Tamunya gak di suruh masuk nih?" tanya Leo yang sudah lelah berdiri dari tadi.

"Ehh, iya gue lupa hehe," jawab Lala nyengir kuda, "Yaudah, yuk masuk!" sambungnya mempersilahkan mereka masuk.

"Assalamualaikum Pak," sapa mereka menghadap Pak Kepsek.

"Waalaikumsalam, silahkan kalian bertiga duduk," ucapnya mempersilahkan. Mereka pun duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh Pak Kepsek.

"Anak-anak, hari ini adalah hari terakhir kalian untuk latihan. Jadi, kalian harus bersungguh-sungguh dalam latihan kali ini. Kalian mengerti?!" tegas Pak kepsek.

"Mengerti, Pak!" ucap mereka bertiga kompak.

"Bapak Nuryana yang akan melatih kalian," ucap Pak Kepsek menunjuk lelaki paruh baya di sebelahnya. Mereka bertiga pun hanya ber oh ria.

"Anak-anak, ayok latihannya dimulai dari sekarang. Perkenalkan nama kalian dulu!" perintah Pak Nuryana. "Siapa yang menjadi juru bicaranya?" tanyanya. Leo mengangkat tangannya, sebagai jawaban bahwa dia yang menjadi juru bicaranya.

"Perkenalkan nama saya Leonard Maulidan Wijaya, rekan di sebelah kanan saya bernama ...," ucap Leo memperkenalkan dirinya dan menunjuk orang di sebelah kanannya.

"Lala Elsiana Az-zahra," jawab Lala

'Oh, ternyata Lala Elsiana Az-zahra nama cewek itu,' batin Fathur.

"Dan rekan di sebelah kiri saya bernama ...," ucap Fathur menunjuk orang di sebelah kirinya.

"Khanza Aufa," jawab Khanza.

"Nah, sekarang perkenalan kalian sudah benar. Lanjut ke pertanyaannya," tutur Pak Nuryana.

Pelatih memberikan beberapa pertanyaan kepada mereka. Mereka harus menjawab pertanyaan dengan tepat dan cepat. Diantara mereka bertiga, yang paling cepat dan selalu tepat adalah Leo, ia juga selalu mendapatkan pujian dari sang pelatih. Sungguh langka laki-laki seperti dia. Uwwu>< Author jadi pengin nikah sama kamu, Leo.

"Wah hebat sekali kamu, sangat cekatan dalam perlombaan ini," puji Nuryana pelatih cerdas cermat menatap Leo, yang ditatap pun memperlihatkan senyumnya. Senyumnya itu loh bikin semua orang diabetes, wkwk.

'Dihh, malah muji si kulkas berjalan," gerutu Lala dalam batin.

"Bukan cuma dia aja Pak yang bisa cekatan. Saya juga bisa lebih cekatan dari dia." ucap Lala meremehkan.

"Iya, kamu juga cekatan, hanya saja tulisan kamu kurang bagus," komentar Pelatih.

Sebenernya Lala juga tidak kalah jauh dari Leo. Mereka sama-sama pintar dan cekatan, hanya saja tulisan Leo lebih bagus dari Lala. Padahal-kan Leo cowok, karena biasanya tulisan cewek lebih bagus dari cowok. Lah, ini mah kebalik.

"Bapak ngeledek saya?" tanya Lala yang mulai memanas.

"Tidak. Saya tidak meledek kamu, tadi saya hanya memberikan kritikan, supaya kamu bisa memperbaiki tulisanmu," jelas Nuryana.

"Oke, saya bakal perbaiki tulisan saya." Lala meredakan emosinya yang hampir saja meledak jika tadi ia tidak menahannya.

Latihan pun berakhir, mereka segera keluar dari ruangan itu.

'Lihat aja besok, lo bakalan bikin orang yang udah percaya sama lo kecewa dan benci sama lo,' Lala tersenyum smirk menatap kepergian Leo.

Wah, apa yang akan Lala lakukan besok? Kenapa Lala jadi seperti itu? Apakah karena dia iri sama Leo, karena Leo selalu mendapatkan pujian dari orang lain?

Bersambung ...

























Soulmate (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang