• 2

46 6 4
                                    

*.✧Happy reading*.✧
___________________________________

Sore ini, Zara menghadap orang tuanya. Hening beberapa saat. Belum ada yang membuka pembicaraan, mereka masih saling menatap satu sama lain. "Besok kamu ada penilaian harian kan?" lenyap sudah keheningan sampai Marsya membuka pembicaraan "Iyaa" Zara menjawab sambil menatap keduanya " Bahasa Inggris benar?" Linda menatap putri nya lekat "Benar"

"Ingat nilai harus diatas 95" Zara menatap Mamanya "Baik"
Kedua orangtuanya berdiri, Zara pun juga ikut berdiri. Marsya mendekati putri nya dan mengusap surai nya "Belajar". Pembicaraan itu pun berakhir, Zara memasuki lift untuk menuju ke kamarnya. Setelah memasuki kamar ia langsung mengunci pintu agar tak ada yang bisa masuk tanpa izinnya.

Zara mulai terduduk, ia meremas rambutnya frustasi. Kenapa? Kenapa selalu saja begini? Mengapa orang tua nya selalu menekankan nya? Apa semalu itu jika mereka melihat anak nya memiliki nilai jelek? Cairan bening mulai turun dari matanya, Zara menangis dalam diam. Zara tanpa sadar terlelap dengan posisi terduduk.

Zara mengerjapkan matanya, melihat jam yang ada dikamar nya. "Oh sudah malam, tak sangka lama juga aku tertidur" gumamanya kemudian berjalan ke kasurnya. Zara duduk dengan tatapan kosong, ia harus belajar sekarang tapi mungkin nanti dulu setelah ia mandi. Saat ini Zara ingin melepaskan kefrustasiannya, ia membuka laci disamping tempat tidurnya, menemukan sebuah kater dan mengambilnya. Zara menatap kater itu dan mulai mengeluarkan besi didalamnya.

Tentu saja Zara mengarahkan,kater itu pergelangan tangan nya. Zara melukai pergelangan kanannya. Dia tak merasakan apa pun, darah nya mulai mengalir. "Sampai kapan aku harus seperti ini? Padahal ini hanya ulangan harian, tapi kenapa mama papa selalu seperti ini" Zara menghentikan aksinya, menyimpan kater itu lalu pergi ke kamar mandi yang ada di kamarnya.

Selesai mandi, Zara menutup luka nya dengan plester, ia sengaja mengenakan piyama lengan panjang. Memakai skincare agar tak terlihat kusam. Zara duduk dimeja belajar, membuka buku dan membaca materi yang hampir setiap hari ia baca. Tiba tiba ketukan dipintu mengalihkan fokusnya.

Tok tok tok

"Nona~ saya kemarin membawakan makan malam" seorang maid berkata dibalik pintu. Zara membuka kunci pintu dan kembali duduk dimeja belajar nya. Silfi adalah maid pribadi Zada. Silfi yang tau bahwa pintu kamar yang sudah tak terkunci pun masuk. "Permisi nona~ silahkan makan dulu" sopan maid itu sambil membawa nampan. "Oke, kau tunggu saja diluar kamar"  Silfi membungkuk hormat lalu menunggu diluar.  Zara memakan makanan yang disiapkan walau ia sebenarnya tak berselera, tapi apa boleh buat ia tetap harus menghargai maid yang membutuhkan.

Selesai makan Zara memanggil Silfi dan mengembalikan nampan. Silfi keluar dan menutup kamar Zara. Zara kembali fokus pada bukunya, hingga tengah malam. Serasa sudah cukup belajar nya, Zara merapihkan bukunya kembali. Ia ke balkon sebentar guna melihat langit malam. Dia sudah terbiasa tidur larut, meski begitu Zara tak memiliki katung mata, mengapa? Ya perawatan lah kan sulton.

Zara menatap langit malam, cuacanya berawan tak ada bulan apa lagi bintang. Gelap, seperti hidupnya selama ini tak pernah mendapat kasih orang tua. Bahkan ia lupa kapan terakhir kali dia dipeluk oleh keduanya. Zara menghembuskan nafas kasar, "Gue harus kuat, gak boleh nyerah, semangat ayo sadar kan mama papa" ucap Zara menyemangati diri sendiri.

Keesokan harinya, Zara berangkat ke sekolah mengunakan jaket, ya tentu saja untuk menutupi luka nya. Keluarga Zara tak pernah lagi makan dimeja makan semenjak Zara SMP. Jadi ya setiap pagi Zara makan dikamar, kemudian diantar Bastia bodyguard sekaligus sopir pribadi nya ke sekolah.

Don't Forget MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang