*.✧Happy reading *.✧
++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Akhir-akhir ini Zara jarang tersenyum, ia lebih sering melamun dan murung. Samar samar juga terlihat sebab dimata nya.
Hari ini adalah hari Jumat dimana adalah hari terakhir sebelum ujian dimulai. Selesai kelas mereka berkumpul ditempat biasa. Mereka berbincang sambil ngemil."Gak kerasa bentar lagi kita kelas 3"
"Iyaa cepet banget gila"
"Deg degan aku tu"
"Nisa mode lebay on~"
Mereka menyadari sedari tadi Zara hanya diam sambil mengaduk aduk minuman nya. Ya dia melamun lagi.
Nisa dan yang lain saling pandang lalu duduk disamping Zara. Nah kan mereka duduk aja Zara gak sadar "Ra?" Zara terkejut saat ada yang memanggil nya "Eh iya kenapa?"
"Lo kenapa dari tadi diem aja?" Zara bergeleng tanda tak ada apa apa "Jangan pura pura kita semua tahu mana saat lo gakpapa dan kenapa kenapa" ucapan Krisna membuat Zara menunduk sambil meremas rok nya.Zara menghela nafas, memang Zara tak bisa berpura pura didepan mereka "Cuma ragu ujian ini" Nisa mengeplak kepala Zara membuat sang empu meringis "Heh kata lo jadi orang ga boleh pesimis, tapi kok lo pesimis gini gimana sih" Zara menggaruk kepalanya yang tak gatal. Entah bagaimana bisa Zara seperti itu.
Terkadang kita bisa menyuruh orang lain optimis, namun diri sendiri pesimis,
"Yakin ra lu pasti bisa" Zara menatap Devan sayu, karena tertekan Zare menjadi susah fokus akibat terngiang ngiang pesan orang tuanya. Krisna menepuk bahu Zara "Lupain pesan bokap lo dan fokus" Krisna menatap nya lekat dengan penuh harapan agar dia bisa ceria lagi."Oke siip gua pasti bisa" ucap Zara sambil tersenyum semangat teman temannya pun ikut senang karena diri Zara sudah kembali "Thanks ya lu pada udah nyemangatin gue"
"No problem lagian kita kan temen" semua mengangguk dan tersenyum-
-
-
-
-
Hari ha pun tiba, semua siswa mengerjakan ujian dengan sebaik mungkin. Hingga seminggu berlalu.
Saat ini orang tua Zara sudah kembali dari pengambilan raport. Zara berjalan menuju orang tuanya dengan senyum berniat menyambut serta menanyakan bagaimana hasilnya"Jadi gimana has---"
PLAK!!!
Senyum Zara hilang saat sebuah tamparan kuat mendarat di pipi nya. Linda melempar raport ke Zara. Dengan segera Zara membuka raport itu. Mata nya membelalak ketika ada nilai 97,5 disana. Apa? Hanya karena ini papa menampar pipi Zara.
"Kenapa bisa? Kenapa bisa kamu dapat nilai segitu!!!" Bentak Marsya membuat Zara tertunduk "0,5 Zara!! 0,5!!! Hanya segitu kamu gak bisa??!!" Linda ikut memaki Zara, membuat nya semakin menahan air mata "Percuma klok nilai kamu masih ada yang dibawah pesan Papa""Mama udah bilang kan!!! Jangan kecewakan kami!!! Apa kamu gak paham hah?!!!" Zara semakin menunduk
PLAK!!!
Linda menampar pipi Zara sampai terluka diujung bibirnya "Jawab Zahra!!! Gak bisu kan kamu!!"
"M-maaf Zara akan usaha lagi" Zara berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya "Sudah sana masuk kamar, dasar beban"
Kata itu sukses menghancurkan dinding pertahanan Zara. Zara berlari kekamar lalu mengunci diri. Silfi yang khawatir mengetok pintu kamar Zara "Nona biar kan saya mengobati luka nya""Tinggalkan aku Silfi" suara parau Zara. Zara menangis disamping tampat tidur nya, semua nya sudah tak bisa Zara tahan lagi. Ia menangis dalam diam sambil mengacak acak rambutnya. Apa mereka pikir 0,5 itu kecil? 0,5 itu bisa saja setara dengan 1 bab materi. Zara berteriak namun tak dapat didengar dari luar. Lagi Papanya bilang ia adalah beban, Zara sudah tak tahan lagi, hati dan pikirannya benar benar hancur sekarang. Sesuai kebiasaannya Zara menyayat lengan dan tangan dengan kater yang ia punya. Darahnya mengalir di seluruh lengan.
Zara menenggelamkan kepalanya di lututnya. Untuk sementara waktu ini ia tak mau keluar dulu. Zara harus menata hati serta pikiran nya kembali.
Malam hari Zara sudah membersihkan bekas bekasnya tadi, namun ia tak makan. Tadi Silfi mengantarkan nya namun tak dibuka kan pintu oleh Zara. Ia menatap langit malam dari jendela. "Kapan ini berakhir" gumamanya, setetes air mata pun mengalir di pipi nya.Zara mengambil ponsel nya, banyak sekali pesan masuk disana. Pesan dari Krisna, Nisa , Grup yg mengetag nya berulang kali. Semua hanya ia lihat dan tak berniat membalas nya.
||Krisna
Cieee peringkat 1Makan makan ni
Ra bales elah dibaca doang
||Nisa
Ra gue denger nilai lo ada yg kurang ya?Jangan aneh aneh ra pliss
Subhanallah diread :)
||Krisna
Ra jangan berbuat yang enggak enggakAyolah bales
Sedang digrup ia tak menyimak nya
Zara malas melayani, ia membaringkan tubuhnya lalu pergi ke alam mimpi.
-
-
-
-
Dua hari ia tak keluar, Silfi sudah berulang kali membujuk Zara makan tapi Zara hanya mengambil susu yang diletakkan didepan pintu.
Tok tok tok
"Gak Silfi"
"Kami bukan Silfi"
Zara berhenti mengetik dilaptop. Lalh beranjak membuka pintu. Zara terkejut saat melihat Krisna, Nisa, Devan dirumahnya "Lo pada ngapain kesini?"
"Eh pipi lo kenapa?!!!" Tanya semua nya kompak "Trus lengan lo?" tambah Nisa. Zara menyeret semua nya masuk lalu mengunci nya lagi. Yah Zara terpaksa mengaku sekarang "Ini kenapa tampar papa mama" yang lain sudah menduga hal itu "Klok ini gue yang lakuin" semua nya antara tak percaya dan tidak. Ya gimana enggak, orang lengan nya aja sampek diperban gitu, trus ditangan juga banyak plester
"Gila lo ra, apa gak sakit segini banyak?"
"Gak sesakit di bilang 'beban keluarga' "
"Insyaf ra insyaf gak baik lo gini"
"Bener kata si Devan mending psikolog"
"Gak ya ntar bokap gue tahu"
Mereka menghabiskan hari dikamar Zara. Zara juga sudah makan (terpaksa) bareng temannya tadi. Sekarang mereka sedang nonton film lagi. Posisi mereka pun sudah tak beraturan. "Btw ra lo serius dibilang gitu?" Pertanyaan Devan diangguki Zara "Gue antara percaya sama enggak" ucap Devan "Sama gue juga" tambah Krisna
"Udah ada bukti mo apa lagi" Zara menunjuk pipinya yang diplester. Gila Zara bisa bertahan sampai sejauh ini benar benar sebuah keajaiban. Semua memikirkan itu "Lo jangan sampek putus asa ra" Zara menatap Krisna, hal itu Zara tak bisa janji. Karena sejujurnya ia sudah hampir putus asa.
Namun, ia tak mau temannya khawatir jadi Zara iyakan saja.
Entah kenapa perasaan Zara sama sekali tak menjamin hal itu."Eh iya btw kita satu kelas dong" alih topik Nisa membuat semua menoleh "Serius?" Kompak mereka, Nisa menunjukkan ponsel nya dan benar mereka satu kelas. Lagi hoki mungkin ya bisa sepaket gitu. Sudahlah bersyukur saja, mereka jadi bisa tambah deket deh (udah deket emang)
Next chapter.......
See you....

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Forget Me
Novela JuvenilHidup penuh tekanan serta cacimaki dari orang tua. Membuatnya depresi hingga melukai dirinya sendiri. Tetap bertahan dan tak putus asa walaupun rasanya seperti disayat oleh pisau setiap hari. Hidup berpura pura dihadapan semua orang, mengatakan bahw...