27•

580 97 36
                                    

***Wonyoung melangkahkan kakinya melewati koridor sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***Wonyoung melangkahkan kakinya melewati koridor sekolah. Bisik-bisik dari siswa terdengar jelas ditelinganya. Sepertinya mereka memang sengaja berbicara keras agar dirinya mendengar percakapan mereka.

Ia melangkahkan kakinya ke arah uks. Wonyoung hanya ingin mengobrol sebentar dengan may berdua saja.

Saat ia akan membuka pintu uks, ia mendengar suara jisung dan may sedang berdebat. Ia memutuskan untuk menunggu didepan pintu.

Hingga telinganya tak sengaja menangkap nama mamanya yang mereka sebut. Karena penasaran, ia mendekatkan telinganya ke arah pintu.

"Mending bokap lo ngaku sekarang ke polisi, kalau dia yang bikin tuan jang dan istrinya meninggal." Ucap jisung dengan nada tinggi. "Lo mau bokap lo ngaku atau gue yang ngelaporin ke polisi?"

"Lo juga ngak usah munafik deh, sok-sok baik didepan wonyoung. Waktu itu kita berdua ada disitu nyaksiin bokap kita ngebunuh mereka." Sahut may dengan nada tak kalah tinggi.

"Setidaknya bokap gue udah ngaku dan masuk sel, bokap lo? Cuma nyari back up, takut banget sama penjara, cih." Jisung berjalan mendekati may.

"Gue ingat banget, bokap lo nusuk tuan jang dan istrinya. Terus dimasukin ke mobil dan dibuat seolah-olah tabrakan." Jisung melangkahkan kakinya mundur. "Gue ngak nyangka bokap lo semunafik itu sama sahabatnya. Cuma gara-gara bisnis, cih alasan klise."

"Bokap lo juga disana ngak bisa ngapa-ngapain. Siapa yang lebih munafik? Bokap lo juga sahabat tuan jang asal lo tau." Sarkas may.

Sedangkan wonyoung yang menguping sedaritadi, menutup mulutnya menahan suara tangisnya. Tiba-tiba semua ingatannya tentang malam itu kembali, terputar dengan jelas dikepalanya.

Wonyoung memundurkan langkahnya, berusaha tak percaya dengan kenyataan yang kini baru ia ketahui setelah bertahun-tahun. Ia tak menyangka orang tua may dan jisung berklompot untuk membunuh orang tuanya.

Sedangkan jisung yang baru keluar dari uks setelah berdebat dengan may tak sengaja menemukan sapu tangan milik wonyoung. Ia mengedarkan pandangannya namun tak melihat adanya tanda-tanda keberadaan wonyoung. Ia segera berlari mencari wonyoung.

"Semoga wonyoung nggak dengar apa yang gue sama may bahas."

•••

Wonyoung terduduk di lantai rooftop sekolahnya, ia tak menyangka jika orang tua jisung dan may lah yang membunuh orang tuanya.

Ia menangis sambil terus memukul dadanya yang terasa sangat sesak. Siapapun yang mendengarnya pasti bisa merasakan kesedihan yang dirasakan gadis itu.

Jisung yang baru saja sampai langsung berlari mendekati wonyoung. "Lo kenapa won?" Tanya jisung sedangkan wonyoung yang mendengar suara jisung menghentikan tangisnya.

"BOKAP LO hiks.. NGEBUNUH ORANG TUA hiks.. GUE KAK" Bentak wonyoung dengan tersendat-sendat.

Jisung terdiam tak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa menunduk tak berani menatap wonyoung yang kini menangis dihadapannya.

"Hiks.. gue ngak nyangka bokap lo hiks.. sejahat itu sama papa mama gue kak. Hiks.. mama sama papa salah apasih sama kalian?" Wonyoung menumpukan kepalanya pada lipatan tangannya.

"Mama sama papa gue hiks.. kalian ambil. Hiks.. gue benci sama lo kak." Racau wonyoung sambil terus menangis. Keadaan hening hanya terdengar suara isak tangis wonyoung.

Jisung menatap wonyoung sendu ia merasa bersalah atas apa yang sudah dilakukan papanya dimasa lalu.

Tiba-tiba wonyoung berdiri lalu menatap jisung yang menatapnya sendu. "Bunuh gue kak." Jisung membelelakkan matanya menatap ke arah wonyoung yang kini menatapnya dengan tatapan kosong.

"Bunuh gue kak, biarin gue ikut sama mama papa. Gue ngak sanggup sendirian disini." Wonyoung mengambil pecahan kaca yang berada didekatnya lalu meletakkannya ke tangan jisung. "Tusuk gue kak pakai ini. Gue janji, lo ngak bakal ketahuan."

Jisung melempar asal kaca itu, ia langsung memeluk wonyoung erat. Sedangkan yang dipeluk memberontak berusaha melepaskan pelukan itu dan menolak kenyataan bahwa yang membunuh kedua orang tuanya adalah orang yang sangat dia percayai saat ini.

"Ngak won, gue ngak segila itu. Wony gue sayang sama lo. Gue ngak ada niatan untuk nyakitin lo, please jangan kayak gini."

"Kenapa kakak kayak gini? Kakak jahat aja kayak yang lain, biar wony bisa pergi." Racau wonyoung yang kembali menangis.

Jisung mengeratkan pelukannya, hatinya teriris mendengar perkataan wonyoung. "Lo ngak bakal kemana-mana won, lo ngak boleh pergi dari hidup gue. Lo harus disini nemanin gue."

Wonyoung terus menangis sedangkan jisung mengeratkan pelukannya sambil mengelus rambut wonyoung pelan. Ia berusaha menahan air matanya, ia tak bisa melihat gadis yang ia sayangi menangis karenanya.

"Lepas kak, gue mau sendiri dulu." Wonyoung berusaha melepaskan pelukan jisung. "Gue butuh waktu sendiri."

Jisung melepaskan pelukannya lalu menggenggam tangan wonyoung. "Kakak tau yang dilakuin sama papa kakak itu jahat banget. Dia udah dapat balasannya."

"so please jangan mikir aneh-aneh ya. Gue sayang banget sama lo." Jisung mengusap pipi wonyoung yang basah oleh air mata.

Ia melepaskan genggamannya dan berjalan keluar dari rooftop. Ia merasa sangat jahat, ia merasa sangat bersalah.

Andai saja dulu ia bisa menghentikan papa may, mungkin hari ini wonyoung akan bahagia tertawa lepas bersama kedua orang tuanya.

Sesaat setelah jisung pergi, Wonyoung jatuh terduduk di lantai rooftop. Tangannya memukul-mukul dadanya pelan berusaha menghilangkan nyeri yang tak kunjung hilang.

Pandangannya mulai mangabur, badannya mulai terasa ringan, badannya terjatuh menyentuh lantai semen rooftop hingga akhirnya semua menjadi gelap.

•••

Bell pulang sudah berbunyi sedaritadi. Jeongwoo berdiri di depan kelas dahyun sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok sahabatnya yang tak kunjung menampakkan diri setelah jam istirahat.

"Wony mana?" Tanya dahyun menghampiri pacarnya yang terlihat gelisah.

"Ngak tau nih daritadi aku telfon ngak diangkat-angkat. Aku takut hyun. Tadi pagi mukanya pucat banget." Jeongwoo menarik tangan dahyun dan melangkahkan kakinya untuk mencari wonyoung.

"Udah pulang ngak?" Tanya dahyun. "Tasnya sama aku nih. Ngak mungkin tu anak pulang ngak bawa tas."

Mereka mengelilingi sekolah mencari wonyoung, namun tak juga menemukannya. Sekolah mulai sepi karena bell pulang sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu.

"Check ke rooftop, mungkin dia lagi duduk disana." Ucap dahyun diangguki oleh jeongwoo.

Ketika mereka membuka pintu rooftop, mereka kaget melihat wonyoung yang tergeletak di lantai rooftop dengan wajah pucat.

Jeongwoo langsung menepuk pipi wonyoung, namun yang ia temukan suhu badan wonyoung yang dingin. Dahyun segera mengecheck denyut nadi wonyoung.

"Wo, kita harus bawa wony kerumah sakit. Denyut nadinya lemah banget." Panik dahyun, jeongwoo langsung menggendong wonyoung dan membawanya ke parkiran.

"Won, lo harus bertahan. Lo ngak boleh ninggalin gue sama dahyun."

*****

Haii semuaa

Udah hampir nyampai ke puncak konflik nii
Ayok siap-siapin hati
Rara ingatin dari sekarang hehehe
Jangan dendam sama rara ya untuk beberapa chapt kedepan😭

Terimakasih bagi yang sudah baca vote dan comment
Hope you enjoy this part
Don't forget to vote and comment

Love rara💙

Angel |wonruto|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang