Sosok tinggi dan ramping itu berdiri di balkon lantai dua villanya yang terdapat di tepi pantai. Kedua tangan menekan railing kayu berwarna putih.
Saat itu sore hari yang cerah, langit di atas laut begitu indah, mendekati warna jingga kemerah-merahan. Udara membiaskan cahaya orange dari sinar matahari yang setiap harinya selalu tenggelam tanpa telat atau lebih cepat satu detik pun.
Gumpalan awan menggantung menutupi sebagian sinar matahari yang terlihat sangat dekat. Siluet dari bentuk burung yang mengepakkan sayapnya terlihat beriringan. Seakan ikut menyongsong akan datangnya malam hari.
Sosok itu hanya diam memandang ke arah pantai, bola mata bergerak mencari sesuatu diantara putihnya pasir yang sesekali terkena debur ombak, menghantarkan buih putihnya ke tepian pantai.
Entah berapa lama dia seperti menunggu dalam diam sampai matanya melebar dan terlihat berkilau. Jauh di depan sana, di sisi pantai yang memanjang, satu sosok muda mulai berjalan santai menyusuri pasir putih dengan kakinya yang telanjang.
Sosok ramping itu berbalik masuk ke dalam rumah dan bergegas keluar dari villa, berjalan menuju ke tempat dia melihat seseorang di tepian pantai.
“Kau datang lagi?” dia mulai pertama menegur ketika sudah berada di dekat sosok seorang pemuda tampan.
Pemuda itu berpaling dan memberikan senyuman manisnya seperti biasa.
“Hmm.. Aku suka menikmati matahari tenggelam. Begitu indah dan menenangkan. Namun ada sesuatu yang lebih menarik dari itu semua. Aku melihat keindahan lain,” dia berkata sambil terus melangkahkan kakinya pelan dan lambat. Meninggalkan bekas telapaknya yang tercetak diatas pasir.
“Keindahan lain? Apa itu? Kenapa aku tidak melihatnya?” sosok ramping itu mengiringi langkah si pemuda.
“Tentu saja kau tidak akan melihatnya,” sahut si pemuda kembali mengulas senyumnya.
“Aku sering melihatmu dan kau selalu berkata sama. Tapi kau tidak pernah mengenalkan dirimu. Siapa kau sebenarnya?”
“Kau akan mengenalku suatu saat nanti.”
Sosok ramping itu hanya terdengar menggumam samar. Sesekali matanya mencuri pandang pada pemuda sebelah, yang dari awal melihatnya di pantai itu begitu menarik hatinya.
“Kau merasakan sesuatu padaku?” suara si pemuda menyadarkan sosok ramping yang begitu lekat memperhatikan dirinya.
Sosok ramping itu menunduk menyembunyikan rona mukanya yang merona. Ditambah cahaya sore yang semakin membuatnya memerah.
“Aku – yah aku tidak tahu kenapa. Tapi kau membuatku tertarik,” gumamannya terdengar pelan. Hampir tenggelam diantara bunyi ombak yang berdebur.
“Aku semakin mencintai keindahan yang kulihat,” timpal si pemuda, senyumannya semakin merekah.
“Kau mencintai seseorang?”
Entah kenapa nada kecewa dari sosok ramping itu sangat jelas terdengar. Langkahnya terhenti dan berpaling menatap si pemuda yang dimatanya terlihat memukau. Ditambah cahaya jingga yang menjilati sebagian wajahnya, membuat matanya hampir tak bisa berkedip.
Pemuda itu berhenti melangkah dan menampilkan senyumannya yang semakin membuatnya begitu mempesona.
“Hmm.. Sangat indah,” gumamnya tanpa mengerjapkan mata, begitu berbinar memperhatikan sosok ramping yang terlihat sedikit kecewa.
“Siapa sebenarnya yang kau bicarakan? Keindahan seperti apa yang kau cintai?”
Pemuda itu semakin melebarkan senyum dan seiring tenggelamnya matahari diujung sana, dia kembali berkata.
“Keindahan itu dirimu, Sean. Aku mencintaimu.”
Buih putih yang terbawa ombak terlihat membasahi kaki keduanya. Sementara kedua mata mereka terus saling menatap tanpa tahu kapan akan berakhir.
~•~
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑳𝒐𝒗𝒆 𝒊𝒏 𝑴𝒚 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 [𝓔𝓷𝓭]
RomanceSelama berkecimpung di dunia bisnis, mengenal beberapa sosok yang kadang mendekati namun tidak pernah sekalipun ada yang bisa menyentuh hatinya. Cinta yang ia harapkan dan ia impikan selama ini, entah berada dimana dan pada siapa hatinya akan berla...