Dream 12

1K 173 53
                                    

🥀 Happy Reading 🥀

Senin pagi, hari yang selalu tidak diharapkan hampir setiap pekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senin pagi, hari yang selalu tidak diharapkan hampir setiap pekerja. Membuat langkah orang terasa berat menuju tempat kerja. Begitu pun yang terjadi pada Sean Xiao. Pagi itu dia bangun malas-malasan walaupun cuaca cukup cerah untuk hari itu. Menyeret langkahnya ke kamar mandi, Sean seolah tidak punya tenaga. Setelah mengalami patah hati yang membuat dunianya berubah seketika. Tapi kenyataan kalau dirinya tidak bisa menghilangkan perasaan cinta, bahkan kemunculan pemuda itu dalam mimpi-mimpi yang kembali memenuhi tidurnya semakin membuatnya putus asa.

Menahan diri untuk tidak menghubungi pemuda itu, yang tidak lagi datang meski ada jadwal photoshoot, dirinya sedikit banyak menyesali perkataannya waktu itu.
Karena emosi yang meluap, perasaan sakit dan kecewa, membuatnya mengusir si pemuda dari managemen secara tidak langsung. Kini setelah pemuda itu benar-benar memenuhi keinginannya, dia merasakan kerinduan yang menyiksa.

Sean menatap dirinya di cermin kamar mandi, melihat sosok putus asa yang terlihat kusam.

Apa yang kau harapkan? Dia sudah mempunyai orang lain, bahkan sudah bertunangan. Hubungan seperti apa yang kami jalani selama ini? Dia bilang menyayangiku, tapi bagaimana dengan gadis itu? Apa yang sudah terjadi diantara mereka?

Sean menghela nafas berat, mulai menyalakan kran air dan mencuci muka.

Tiga puluh menit kemudian, Sean sudah rapi dalam setelan biru tua dan dasi bergaris. Sepatu hitam mengkilap menapaki setiap tangga marmer putih bercorak. Selang lima menit, dia sudah duduk di meja makan, menikmati sarapan pagi yang disediakan pelayan setianya.

“Mr. Sean, Anda terlihat sakit akhir-akhir ini. Kenapa memaksakan diri untuk berangkat?” Shanshan meletakkan seteko air jeruk dingin dan cangkir bening ke atas meja.

“Akan lebih sakit kalau aku diam saja di rumah,” sahut Sean.

Sakit karena terlalu merindukannya

Sean menuang air jeruk ke dalam cangkir, menyesapnya sedikit. Sesaat mengerjap melihat ke halaman samping. Bayangan pemuda itu benar-benar menghantuinya. Dia seolah melihatnya dimana-mana.

Shanshan hanya geleng-geleng kepala melihat perilaku tuannya.

Perjalanan pagi itu terasa berat bagi Sean, ditambah jalanan yang mulai padat. Setelah menghabiskan waktu satu jam lebih, Sean baru memarkirkan mobil lain yang ia bawa, Aston Martin biru metalik.

Keluar dari lift matanya disuguhi foto-foto Wang Yibo yang memenuhi ruangan resepsionis. Semenjak pemuda itu menjadi icon tetap Seanatic, foto dan posternya terpasang hampir di setiap dinding gedung. Bahkan ketika dirinya memasuki ruangan pribadi, poster besar yang ia pasang di belakang meja kerja, posisi berdiri Wang Yibo yang memakai setelan resmi, mengulas senyuman manis seakan menyambut setiap kedatangannya ke ruangan itu.

Menghela nafas panjang, Sean menghempaskan diri tenggelam di sofa putih sambil menunggu kopi yang ia pesan pada sekretarisnya.

Lima menit kemudian, Tian Mei memasuki ruangan sambil membawa satu cangkir kopi yang mengepul. Di belakangnya menyusul Yi Lai yang juga memegang cangkir kopinya sendiri.

𝑳𝒐𝒗𝒆 𝒊𝒏 𝑴𝒚 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang