Dream 22

930 136 28
                                    

🥀 Happy Reading 🥀

🥀 Happy Reading 🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gedung Seanatic.

Perusahaan fashion itu masih tetap maju dan tidak terpengaruh dengan ketiadaan CEO-nya yang sampai sekarang masih terbaring tak sadarkan diri. Terkadang Yi Lai merasa putus asa. Dia takut temannya tidak bisa bertahan melawan racun di dalam tubuh. Meskipun menurut pernyataan dokter, racun itu sudah sebagian kecil dibersihkan namun sebelumnya cairan itu sudah memasuki pembuluh darah hingga ke jantung.

Sekarang semuanya hanya berserah pada keinginan pasien untuk bertahan hidup. Untuk itulah, dia membiarkan Wang Yibo selalu menemani Sean setiap hari. Dia berharap kehadiran Yibo akan memberi pengaruh positif pada kondisi Sean. Namun setelah hampir satu bulan, tidak ada tanda-tanda Sean akan sadar dalam waktu dekat.

Sang asisten itu duduk termangu di sofa ruangan CEO. Saat ini dia merindukan saat-saat bersama rekannya. Berbincang dan berusaha menyatukan kedua insan yang jatuh cinta itu dengan usahanya. Berharap kedua orang itu akan berbahagia.

Tapi takdir berkata lain.

Kini salah satu dari mereka malah terbaring koma di rumah sakit.

Hembusan nafasnya terdengar berat. Membayangkan masa-masa ceria bersama Sean membuat dirinya bersedih. Ia benar-benar merasa kehilangan sosok yang meski kadang begitu tegas dan keras kepala namun memiliki pribadi yang menyenangkan.

Lagi ia menghela nafas mengiringi kepalanya yang berpaling saat mendengar pintu kaca tebal itu terbuka.

Diiringi suara langkah sepatu memasuki ruangan, Wang Yibo melangkah masuk dalam setelan resmi.

“Yi Lai, apa yang perlu kuselesaikan?” suaranya terdengar seiring langkahnya mendekati sofa, menempati kursi di hadapan asisten Sean.

Sesaat Yi Lai menatap sosok tampan di depan. Walau tidak mengurangi ketampanannya, tapi wajah dan tubuh itu sedikit kurus. Garis mukanya layu tidak secerah dulu sewaktu kebersamaannya dengan Sean.

“Kau baik-baik saja?” ia bertanya khawatir. Menampilkan ekspresi prihatin melihat perubahan drastis dari mantan model perusahaan itu.

Wang Yibo berusaha mengulas senyum namun tidak bisa menutup sorot matanya yang redup.

“Masih baik untuk memajukan perusahaan ini. Bagaimanapun usaha ini milik Sean dan aku tidak bisa membiarkan miliknya bermasalah,” balasnya ringan.

“Hmm.. Aku memerlukanmu untuk memimpin rapat dalam rangka pameran minggu depan. Kau juga perlu melihat mode terbaru sekarang yang diciptakan desainer kita.”

“Baiklah. Kapan rapatnya dimulai? Lalu bagaimana model-model kita? Apa kita perlu tambahan model untuk freelance?”

“Sementara ini Lan Yi dan Alfian masih bisa mengatasi semua bidang. Aku akan menganalisa lagi untuk pameran yang akan datang,” Yi Lai melirik jam tangannya dan menoleh pada Yibo.

𝑳𝒐𝒗𝒆 𝒊𝒏 𝑴𝒚 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang