Dream 16

872 127 24
                                    

🥀 Happy Reading 🥀

Langkah kaki Wang Yibo berderap setelah turun dari mobil melewati pintu utama keluarga Zhang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langkah kaki Wang Yibo berderap setelah turun dari mobil melewati pintu utama keluarga Zhang. Terus menaiki tangga menuju kamar mantan tunangannya. Raut mukanya begitu cemas dan panik.

Baru satu jam lalu dia berencana pergi ke gedung Seanatic untuk melakukan pemotretan, tetapi satu telepon dari pembantu Zhang Yuxi membuatnya mengubah arah. Sambil terus melangkah, ia berharap tidak terjadi apapun pada gadis itu. Tiba di depan pintu kamar Zhang Yuxi, ia berpapasan dengan dokter yang langsung ia panggil lewat telepon untuk menangani luka gadis itu.

“Dokter, bagaimana keadaannya?” ia menahan langkah dokter yang hendak berlalu.

“Nn. Zhang kehilangan banyak darah, tapi beruntunglah Anda menelepon tepat waktu.”

Dokter paruh baya itu menepuk pelan bahu Wang Yibo. “Lukanya cukup dalam. Dia benar-benar tidak ingin hidup lagi. Tolong lebih diperhatikan,” ia mengangguk sekilas.

“Terima kasih, Dokter,” anggukkan pelan Wang Yibo tertuju pada bibi Shu untuk mengantarkan dokter ke pintu depan.

Setelah menghela nafas panjang, Wang Yibo melangkah masuk ke kamar Yuxi, melihat gadis itu terbaring di tempat tidur. Wajahnya sangat pucat tanpa sinar kehidupan, pergelangan tangannya kini terbungkus perban tebal yang melilit.
Pelan Yibo mendekat, duduk di sisi tubuh yang berbaring. Meraih tangannya yang putih dan terkulai lemah.

“Kenapa kau melakukan ini, Yuxi? Apa kau tidak menyayangi hidupmu?”

Matanya menatap trenyuh mantan tunangannya yang masih terpejam. Tangannya terulur mengusap wajah dan kening yang tertutup rambut diiringi perasaan bersalah.

Ia sangat tidak menduga sewaktu bibi Shu menghubunginya tadi pagi. Mengatakan bahwa Yuxi ditemukan di kamar dalam keadaan pingsan dan bersimbah dengan darahnya sendiri. Tanpa memikirkan apapun, Wang Yibo tergesa mendatangi kediaman Zhang. Bagaimanapun dia tidak menginginkan hal buruk terjadi pada gadis itu.

Perasaan bersalah yang selalu menggelayuti dirinya semenjak ia memutuskan perjodohan kini semakin membuatnya tak berdaya. Kejadian ini merupakan dilema besar baginya.

Disatu sisi ia sudah begitu intim dengan pemimpin manis yang kini menjadi kekasihnya, dia juga tidak mungkin mengingkari perasaannya. Tetapi di sisi lain, ia merasa bertanggungjawab pada gadis itu terlebih sekarang Yuxi begitu nekad mengiris nadinya sendiri hanya karena putus asa.

“Apa yang harus kulakukan, Yuxi? Bisakah kau memberitahu aku? Aku tahu, aku sudah sangat menyakitimu, tapi aku tidak pernah menyangka kau akan melakukan hal bodoh seperti ini. Dimana Yuxi yang begitu ceria dulu?”

Sedikit beringsut, Yibo mendekatkan duduknya ke dekat bahu, perlahan mencondongkan punggung dan mendaratkan ciuman di kening Yuxi.

“Maafkan aku, Yuxi. Aku tetap menyayangimu. Aku mohon kau jangan bertindak bodoh, kau masih bisa meraih kebahagiaanmu. Masih ada orang yang mencintaimu,” bisikan lirihnya mengiringi belaian lembut pada pipi.

𝑳𝒐𝒗𝒆 𝒊𝒏 𝑴𝒚 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang