🥀 Happy Reading 🥀
Amsterdam, Belanda.Hari Minggu yang cerah, keduanya memanfaatkan hari libur itu menghabiskan waktu bersama-sama. Dua sejoli yang kini sudah saling memberi dan menerima itu semakin intim. Keduanya seakan tak terpisahkan.
Hadiah dari Wang Yibo, berlibur selama tiga hari di kota romantis Amsterdam mereka gunakan dengan sangat baik. Keduanya seakan dua remaja yang dimabuk cinta. Setiap hari hanya menghabiskan waktu untuk bermain, jalan-jalan menikmati keindahan ibukota negeri kincir angin. Bercinta layaknya pasangan yang sedang berbulan madu.
Di penghujung musim panas, keduanya berjalan lambat di jalan setapak yang berada di lingkungan Vondelpark, taman kota yang berada di bagian barat Leidsplein. Menikmati suasana sore yang cerah dengan sinar matahari masih memancarkan cahayanya yang terang.
Wang Yibo menggenggam erat tangan halus Sean, melangkah pelan menyusuri jalanan berumput hijau. Jauh di depan mereka terlihat bundaran besar dihiasi bunga berwarna merah di sekitar patung Joost van den Vondel.
Pohon-pohon tua yang rindang mengelilingi hampir semua kawasan taman. Danau buatan berbentuk lingkaran dilengkapi air memancur yang sangat bening menampilkan siluet pepohonan hijau di sekitarnya.
“Kau tahu? Dalam hidupku, baru kali ini aku merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Aku sangat bersyukur bertemu denganmu,” Yibo semakin erat menggenggam tangan Sean. Ia memutar pandangan lantas menarik pria manis itu ke sisi danau.
Keduanya kini duduk berpegangan tangan di atas rerumputan hijau di bawah pohon White Willow menatap beningnya air danau.
“Sejak pertama aku melihatmu, aku langsung merasa kalau aku tidak bisa hidup tanpamu,” perkataan Yibo kembali terdengar.
Sean tersenyum manis.
“Tidak ada lagi keinginan dalam hidupku selain dirimu. Hatiku yang haus kasih sayang kini terpuaskan olehmu,” ia menoleh, sedikit mendekatkan wajah. “Biarkan aku jadi bagian detak jantungmu, melewati semua batasan bersamamu.”
Wang Yibo mengulas senyum bahagia mendengar kata-kata yang keluar dari mulut kekasihnya, sebelah tangannya melingkar pada pinggang Sean.
“Rasanya aku ingin waktu berhenti disini, dan kita menikmati momen indah selamanya,” ia balas berbisik.
Tawa ringan Sean berkumandang, ia menikmati belaian angin sore yang menyapa seakan ingin menyembunyikan rona wajahnya yang menghangat. Sekian menit mereka terdiam menikmati saat-saat santai tanpa beban pekerjaan dan hal lainnya.
“Aku dengar sebenarnya kau mempunyai rumah,” usik Sean memecah kebisuan.
“Hmm.. Peninggalan orangtua.”
“Kau tidak pernah mengunjunginya?”
“Hanya sesekali. Ada paman Zhang yang mengurus. Aku akan membawamu setelah kita kembali ke Guangzhou dan memperkenalkanmu sebagai kekasihku,” Yibo mencuri kecupan dari pipi putih Sean, membuat pria manis itu mendelik diiringi semburat merah yang mewarnai pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑳𝒐𝒗𝒆 𝒊𝒏 𝑴𝒚 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 [𝓔𝓷𝓭]
RomanceSelama berkecimpung di dunia bisnis, mengenal beberapa sosok yang kadang mendekati namun tidak pernah sekalipun ada yang bisa menyentuh hatinya. Cinta yang ia harapkan dan ia impikan selama ini, entah berada dimana dan pada siapa hatinya akan berla...