5

4.9K 385 38
                                        

Maaf banyak typo:(
.
.
.

Jisung sesampainya di China langsung menemui salah satu detektif ketermuka yaitu Lai Renjun.

"Jadi bagaimana?"

"Masalah cukup rumit, tapi saya akan berusaha."

Jisung hanya bisa menghela nafas. Setiap ia bertemu detektif hanya itu jawabannya. Apakah mereka tidak memiliki jawaban yang pasti.

Pemuda China itu menatap lamat lamat foto yang di berikan Jisung.

"Ya tuhan!!! Kau Lee Jisung? Anak dari Lee Haechan?!!"

Jisung menatap horor ke arah Renjun.

"Iya. Memang kenapa?"

"Hey anak bodoh! Kau melupakan Papa mu ini? Aku Huang Renjun!"

"Papa Injun. Papa ganti marga, dan juga aku sudah lupa wajah Papa."

"Aku menikah dan pindah ke China. Akhirnya menjadi detektif. Sebentar, brarti Haechan? Jangan bilang ia mati di bunuh?!"

Jisung hanya bisa mengangguk lemah.

Renjun nampak berkaca kaca. Ia ingat saat itu Haechan dan dirinya bertetangga. Mereka bertetangga hingga 9 tahun, namun harus pindah ke China, dan menikah dengan pengusaha kaya raya Lai Guanlin.

Sedikit kisah ekonomi Renjun saat itu juga di bantu Haechan. Sebagai balasannya ia harus menjaga Lele dan Jisung bersama nya.

"Bukankah pengamanan masion Lee cukup bagus. Bahkan hampir mustahil di tembus, lalu bagaimana cara penjahat itu masuk?"

"Entahlah, menurut Papa bagaimana?"

"Orang dalam. Kemungkinan 80% orang dalam. "

Jisung mulai berpikir. Iya setuju dengan ansumsi Renjun. Ia tahu sendiri masion Lee sangat ketat, hampir mustahil di tembus, selain orang dalam lalu siapa yang bisa.

.
.
.

Mark nampak sangat sesak hari ini. Bagaimana tidak, Irene terus menempelinya. Di masion, kantor, hingga mobil. Perempuan itu terus menempelinya seperti kuman.

"Berhenti lah mengikuti ku!"

"Tapi Mama, ia yang menyuruhku."

"Mama tidak ada di kantor, jadi tolong Ren, biarkan aku bebas."

Irene hanya bisa diam. Ia memang ingin terus bersama Mark. Bahkan ia tak menikah.

Mark memasuki ruang kerjanya, dan melihat kembali figura istrinya yang sudah kosong.

"Irene!!!" Teriaknya di lantai atas.

Irene nampak menelan ludah kasar. Ia tahu pasti Mark marah karena figura itu.

Dengan hati hati ia memasuki ruang kerja Mark.

"Iya, Mark?"

"Kemana foto Haechan?!"

"Aku buang." Cicitnya.

Mata Mark mulai mengelap. Kepulan kemarahan nampak jelas.

"JIKA ANDA SAYANG NYAWA ANDA. MAKA PERGI DARI SINI SEKARANG JUGA!"

Irene bergidik ngeri sendiri. Selama menjadi sahabat nya, baru kali ini ia melihat kemarahan seorang Mark Lee.

"Tapi, Mark"

"PERGI ATAU KU LEMPAR DARI ATAS SINI?!"

Irene mulai berjalan mundur dan meninggalkan ruang kerja Mark. Ia tahu sendiri bagaimana Mark kali ini. Jika ini bualan tidak apa, tapi jika serius maka sia sia usaha Irene.

Mark langsung menyuruh Lucas untuk mengganti foto Haechan dengan yang baru. Lucas yang tahu kondisi psikolog Mark langsung menurut saja.

.
.
.

Haechan saat ini sedang memasakkan di rumah yang ia tinggali.

"Papa."

Chenle yang baru saja sembuh langsung berlarian ke arah Papa nya.

"Iya sayang?"

"Daddy lama, kan Lele rindu." Rengeknya.

Hati Haechan terasa nyeri. Ia belum bisa memberi tahu perihal daddy Chenle yang asli. Bahkan Hyunjin juga melarang nya.

"Sabar sayang. Sini ikut masak Papa."

Chenle langsung mengambil beberapa sayur untuk di potong. Ia sangat senang jika bisa memasak bersama Papa nya, karena itu terasa menyenangkan.

"Pa, Lele mau nanya."

"Nanya apa, sayang?"

"Jiji. Jiji siapa?"

Deg.

Inilah alasan Haechan ingin menangis. Karena yang ia lupa tentang keluarga nya sendiri, termasuk Mark, Taeyong, bahkan Jisung.

"Papa juga tidak tahu, Memang Lele kenapa nanya gitu?"

"Hanya terasa familiar. Tapi lupakan, ayo memasak untuk daddy Hyunjin, bukan kah satu jam lagi pulang."

Haechan harus bersyukur serta marah pada Hyunjin. Ia senang karena Chenle tidak perlu menderita, sedih karena Hyunjin yang mengurung nya.

Hyunjin memasuki rumahnya dengan senyum mengembang. Bagaimana tidak. Ia melihat pujaan hatinya, dan calon anaknya sedang menunggu nya untuk makan malam.

Jadi begini rasanya jadi Mark. Aku iri. Batinnnya.

"Daddy, ayo makan. Yang buat masakan tadi Lele dan Papa"

Hyunjin hanya bisa mengikuti tarikan erat dari Chenle.

Chenle mempersilahkan Hyunjin untuk duduk, dan makan bersama.  Hingga berakhir suara sendok dan garpu yang beradu, dalam balutan piring putih polos.

"Bagaimana kalau aku, ganti tugas ke luar negeri."

Hyunjin membuka suara, dan menunggu jawaban dari orang di depannya.

"Tidak!"

"Papa!! Kenapa tidak? Ayolah. Lele mau keluar negeri. Jadi jawabannya gapapa Dad, soal Papa biar Lele yang urus."

Chenle tahu bahwa kelemahan Haechan adalah dirinya. Jadi ia bisa membujuk Papa nya. Ia memang ingin keluar negeri, daripada home schooling.

.
.
.

TBC.

Tadi mantan aku chat loh ><

Nanya kabar gitu:"

Posesif Daddy (2) || MarkChan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang