9

4K 365 20
                                    

Maaf banyak typo:(
.
.
.

Mark,Hendery, Guanlin, serta Renjun kini mencurigai Hyunjin. Bagaimana tidak, parfum yang ia pakai mirip dengan Haechan. Bahkan Hyunjin terlihat sangat sibuk, dan menjauh dari Mark.

"Apa rencana kita?" Renjun duduk dengan pola lingkaran bersama yang lain.

"Kita harus memancing Hyunjin, dan aku akan cari tahu tentang Lami." Jelas Guanlin.

"Aku curiga Irene, pasti ia tahu kecelakaan itu. Jika tidak kenapa ia menyarankan untuk tidak melakukan otopsi."

Semua nampak membenarkan ucapan Mark.

"Mark, kau dekati Irene. Aku akan mencoba menyelip ke rumah Hyunjin."

"Tapi Njun_"

"Lin, aku gapapa. Jangan khawatir."

Renjun tahu bahwa kini suaminya sedang dalam keadaan khawatir. Bagaimana tidak, Renjun akan memasuki rumah seorang psikopat.

.
.
.

Mark melakukan langkah pertama nya. Ia kini sedang di dalam apartemen miliknya, tak lupa ia memberikan minuman pada Irene.

"Kemarilah."

Mark menepuk pahanya. Ia tahu Irene menyimpan rasa padanya, namun ia diam dan malas untuk menanggapi.

"Baiklah, Mark."

Irene nampak jalan sempoyongan ke arah Mark. Ia sudah habis tujus gelas, sedang Mark masih dua gelas.

Mark mendekatkan wajahnya, lalu tersenyum ke arah Irene.

"Apa aku menyintai ku?"

Irene tersenyum lalu mengangguk.

"Aku sangat sangat mencintai mu, Markuee."

Ingi rasanya Mark melempar Irene dari atas gedung apartemen nya. Namun ia urungkan demi mendapatkan informasi.

"Kau mau berbagi rahasia dengan ku?"

Irene nampak memiringkan kepala nya lalu tersenyum lucu.

"Aku akan berbagi. Kau tahu, aku mencuri saham dari perusahaan mu." Ujarnya sambil cegigisan.

Mark kini sudah mengepalkan tangannya.

"Tapi markuee, ada satu lagi. Aku aku tahu kematian Haechan. Ia harusnya mati, tapi kenapa ia tidak mati mati hikss, aku benci dengan nya. Markuee jangan ninggalin Irene."

Mark mengusap pucuk rambut Irene. Walau kini emosi nya di ujung tanduk namun ia tak mau usahanya hangus begitu saja.

"Lalu?"

"Haechan tidak pernah mati. Aku melihat nya sendiri. Wanita gila itu, menukar Haechan dengan orang lain, saat Chenle ingin menyelamatkan Papa nya, ia terjatuh dan di bawa oleh wanita gila itu."

Seteleh berucap Irene langsung tertidur di dekapan Mark. Sedang seseorang yang mendekapnya kini sudah mengepalkan tangannya. Ia harus mencari Haechan sekarang juga, namun ia tidak tahu siapa wanita yang di sebut oleh Irene.

Mark menendang Irene menjauh dari dirinya. Segera ia pergi ke rumah Renjun. Ia harus bercerita.

Tin.. Tin..

Renjun melihat ke arah luar rumahnya. Ia melihat mobil silver milik Mark sedang di depan rumahnya.

"Orang gila itu, malam malam kerumah ku kenapa." Dumalnya.

Renjun segera turun , tanpa membangunkan Guanlin yang sedang terlelap. Ia membuka pintu rumahnya dan menciun bay alkohol dari tubuh Mark.

"Kau habis minum?"

Mark mengangguk lalu pergi begitu saja ke dapur Renjun untuk mencari minum.

"Hey, ada apa denganmu."

"Papa, ini sakit. Hikss siapa jiji sakit Papa."

"Papa, dad siapa dad hikss Papa."

Mark menghentikan minum nya saat mendengar jeritan Chenle. Ia yakin itu Chenle, anaknya.

"Itu Lele."

Renjun nampak mengerutkan dahinya.

" Jangan becanda kau."

"Itu suara Lele, aku tidak berbohong. Aku harus pergi menyelamatkan nya. "

Renjun menarik tangan Mark yang ingin pergi ke rumah Hyunjin.

"Bajingan gila! Kau akan membuat anakmu di bunuh psikopat gila itu hah?"

Mark memejamkan matanya. Ia bingung harus bagaimana. Di sisi lain tangisan Chenle begitu mengusik pikiran nya, sedang di sisi lain lawannya bukan orang biasa. Lawannya adalah psikopat gila.

"Baiklah, tapi sungguh aku ingin menyelamatkan Chenle."

"Kau baru beberapa menit saja tidak tahan, aku sudah beberapa hari apa kabar?"

Renjun tak memungkiri bahwa teriakan Chenle itu sangat mengusiknya, namun ia harus berhati-hati. Ia tak mau Chenle mengalami hal buruk.

Di sisi lain Hyunjin kini sedang bersikukuh dengan Lami.

"Hyunjin, aku membawa mereka untuk membuatmu bahagia. Jika itu membuatmu menderita aku akan membunuhnya."

Lami ingin pergi ke lantai atas, namun tangan nya di cekal oleh Hyunjin.

"Aku bahagia. Jangan sakiti mereka oke, jangan pernah. Aku bahagia apapun yang kamu lakukan."

Saat ini hanyalah hal seperti ini yang mampu menenangkan Lami. Ia tahu kesehatan mental Lami tidak baik, dan ia tak mau membuat orang yang ia cintai dalam bahaya.

Melindungi Haechan seperti ini adalah jalan satu satunya. Hingga ia terbebas, dan pergi ke Kanada. Lalu menyerah Haechan dan Chenle pada Mark.

Flashback.

Lami mengetahui semua. Ia memang patah hati, namun ia ingin membahagiakan orang yang ia cintai. Hyunjin, cinta pertama nya. Obsesi nya.

Lami yang saat itu sedang bertabrakan dengan seseorang mengerang marah. Lalu menyeret orang itu.

"Badanmu mirip dengan seseorang, aku akan membawanya sebagai hadiah."

Saat itulah Lami merusak wajah korbannya itu. Korbannya hanya bisa pasrah, hingga ajal menjemput nya.

Lami yang sebelumnya telah membuat jalan pintas ke masion Lee tersenyum bangga. Memang benar, ia sudah berencana lama untuk menculik Haechan dan di persembahan untuk Hyunjin.

Sesampainya Lami di masion itu, ia langsung menghapus rekaman hari itu. Tak lupa ia mematikan seluruh CCTV. Ia mencari Haechan, dan menemukan nya sedang di kamarnya. Ia menarik Haechan, saat itu Chenle melihat dan ingin menyelematkan nya. Namun naas Chenle terjatuh dari tangga. Dan saat itu Irene melihat nya sendiri, karena ia baru masuk untuk mengambil dompet Taeyong yang ketinggalan.

Lami menyeret Chenle. Dan mengancam Haechan, karena itu Haechan harus ikut. Dan sampailah saat itu Lami membawanya ke rumah Hyunjin sebagai hadiah.

Flashback off.

.
.
.

TBC

Siapa yang ngira Hyunjin jahat?
Ayo minta maaf sama Hyunjin>:

Udah soalakecelakaannya, mari kita bahas keluarga Haechan. ><

Maaf jarang up:(
Soalnya puasa. Nanti selesai puasa aku usahain sering sering up ><

Posesif Daddy (2) || MarkChan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang