16

4.7K 346 21
                                    

Setelah Jisung sadar semua berbondong-bondong ke rumah sakit. Winwin yang sedang bermain anu dengan Yuta langsung meninggalkan suaminya yang juniornya berdiri tegak.  Tidak lupa Renjun yang sedang memijat kelapa suaminya langsung menjabak erat setelah Guanlin memberi kabar kesadaran Jisung.

Tidak hanya mereka bahkan Lucas juga menjadi sasaran lemparan pisau sang istri karena saat membaca pesan singkat dari Haechan, dan saat itu ia sedang memegang pisau dapur.

"Duh, babe."

"Hehe, maaf. Kong."

"Siapa Kong?" Lucas menaikkan satu alisnya.

"Nama barumu, Cas. Yaitu Kingkong."

Apa apaan ini? Jungwoo baru saja menghina dirinya? Apa istrinya lupa bahwa ia itu gagah perkasa tak lupa tampan menawan.

Lupakan tentang mereka.

Kini Chenle sedang menempeli Jisung seperti author dan Jaemin. Nggak bakal terpisahkan (maaf nih ya:( habis baca alur yang kek gini malah ke bawa pas ngetik T_T mengsedih akutuhhh... Huhu) skip malah curhat.

Ini serius...

Chenle kini sedang menyuapi Jisung dengan penuh cinta. Bahkan ia saja sampai lupa tentang matanya yang masih sembab.

"Kenyang, Le." Rengek Jisung yang masih saja di paksa memakan makanan rumah sakit yang hambar. Ia kan ingin makan makanan Papa nya yang enak.

"Lagi, Ji. Baru juga makan 24 sendok."

Jisung rasanya ingin koma saja. Ia bahkan sudah makan banyak karena paksaan dari Chenle yang mengindahkan rengekannya. Dan soal luka jahit Jisung sudah lebih baik, karena rumah sakit sekarang sudah sangat canggih dan maju jadi lukanya bisa pulih lebih cepat.

Haechan, Mark, dan Taeyong hanya bisa tersenyum melihat anak anak mereka bahagia seperti dulu kala.

"Chan, ayo buat Chenle dua." bisik Mark.

Haechan memukul lengan kekar Mark. Mereka sudah tua tapi masih saja seperti anak muda. Apakah tidak malu dengan Chenle dan Jisung saat ini?

"Malu sama anak anak, mereka yang harusnya nikah trus ngasih cucu. Bukan kita yang ngasih adik." balas bisik Haechan.

Mark hanya mampu tersenyum jahil. Ia sangat suka menjahili Haechan.

Ceklek...

Hendery baru saja memasuki kamar inap Jisung, tidak lupa di ikuti oleh sang istri.

"Dari mana saja, Bang?" tanya Haechan.

"Ngurus perusahaan, Dek. Biasalah orang sibuk. Oh iya, gimana Jisung?"

"Seminggu lagi pulang, terus Abang bakal balik ke China?"

Hendery menunduk, lalu mengangguk.

"Iya, Chan. Orang tuanya Dejun sakit, dan Abang harus kesana sama Dejun besok."

Haechan menatap sendu kaka nya. Ia baru saja bertemu dan harus berpisah dengan sang kaka. Sungguh berat rasanya, tapi apa daya? Kaka nya sudah memiliki keluarga dan itu tanggung jawab utamanya sekarang.

"Hati-hati ya, Bro," ujar Mark.

"Thanks, jaga adik sama keponakan ku yang gemesin itu. Sampek lecet dikit aku ambil nanti, Mark." Mark terkekeh kecil lalu memeluk Hendery.

Hendery langsung memeluk Haechan sebagai salam perpisahan. Tidak lupa Xiaojun juga memeluk Haechan dan Taeyong.

Hendery langsung menuju ke arah Jisung dan Chenle. Ia harus berpamitan kepada kedua ponakannya yang lucu lucu.

Walau Chenle awalnya merengek hebat, sampai ia menangis di lantai tapi tetap saja kini Hendery sudah pergi dari rumah sakit dan bersiap untuk besok. Haechan sebenarnya ingin mengantarkan kaka nya tapi Hendery menolak, lebih baik kata dia jika ia disini bersama Jisung yang masih membutuhkannya.

.
.
.

Jisung menjawab satu persatu pertanyaan konyol dari Papa kw nya. Dari yang bertanya bagaimana rasanya koma, sampai bagaimana rasanya di tembak. Lelaki tinggi itu hanya bisa geleng kepala saja, ia baru saja sadar dan sudah di tanya hal hal tidak berguna.

"Le, pengen pulang." Rengek Jisung yang sesak karena ruangannya ramai.

"Icung masih sakit, nanti kalau sembuh pulang."

"Oh iya, Cung. Gimana pendidikan kamu?" Lanjut tanya Chenle.

Jisung mengegam tangan Chenle lalu menatap.

"Aku mau ngurus bisnis Daddy aja, Le. Enak ternyata, trus nikah sama kamu. Hehehe."

Chenle menunduk malu. Uhhh pipi nya memanas rasanya.

"Pacaran trus, nikahnya kapan?" goda Yuta.

"Masih kecil, nikahnya nanti. Sekolah dulu." sahut Mark.

Mark masih ingat tentang masa lalu nya. Ia ingin anaknya menikmati maaa remajanya, dan tidak buru-buru untuk menikah. Apalagi menikah bukan hanya tentang mencintai, tapi juga tentang komitmen untuk hidup bersama. Cukup menyesakkan jika ingat ia merusak Haechan saat muda, walau nyatanya kini berakhir bahagia.

.
.
.

Mau End?

End aja ya +_+

Posesif Daddy (2) || MarkChan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang