10

4.6K 356 17
                                    

Maaf banyak typo:(
.
.
.

Tidak ada yang baru dalam kehidupan Hyunjin. Ia hanya ingin menyelamatkan Haechan nya. Ia tak mau jika cinta pertama nya harus meregang nyawa di tangan psikopat gila.

Haechan nampak mengerutkan dahinya. Ia melihat Hyunjin kebingungan berjalan kesana kemari tanpa tujuan. Sebenarnya ia tak peduli,namun ia ingin tahu.

Hyunjin nampak menaikkan satu alisnya saat ia melihat Haechan berdiri menatapnya. Apa yang Haechan pikirkan saat ini. Entahlah Hyunjin tidak mengerti.

"Why?"

"Emm. Kamu kenapa?"

Hyunjin mengerutkan alisnya. Ia masih tidak percaya bahwa Haechan sedang bertanya padanya.

"Tidak, Chan. Bagaimana keadaan Chenle?"

"Seperti biasa."

Hyunjin hanya mengangguk singkat lalu berlalu melewati Haechan. Hyunjin sedang berpikir caranya untuk membawa Haechan lari dari Lami. Itu sekarang misinya. Ia ingin berteriak pada Mark, bahwa Haechan bersama nya. Namun ia yakin bahwa itu akan lebih membahayakan Haechan.

Haechan menatap aneh pada Lami yang kini sedang memainkan pisau dapur.

"Chan. Bagaimana jika pisau ini bersarang pada tubuh seseorang?"

Haechan menegang saat Lami berucap. Ia masih ingat tentang kecelakaan Chenle. Ia masih ingat jelas.

"Entahlah, mungkin menyakitkan."

"Bukan kah itu sebuah hiburan, yang menyenangkan."

Lami tersenyum miring ke arah Haechan. Bukannya Haechan tidak takut, namun ia harus terbiasa dengan Lami.

.
.
.

Jisung ter buru buru pulang saat mengetahui informasi melalui daddynya. Sebenarnya ia dilarang ikut ambil adil dalam misi menyelamatkan Haechan dan Chenle. Tapi ia bersikukuh.

"Dad."

Mark menengok ke arah anak keduanya yang kini baru datang.

"Kemari."

Jisung mengambil tempat duduk di sela sela Renjun, dan Hendery.

Hendery tersenyum ke arah Jisung. Senyum yang menawan, hampir mirip dengan Papa nya.

"Jadi?"

"Haechan kemungkinan di rumah Hyunjin." Renjun berucap.

"Tapi, kita harus memastikan nya." Sela Hendery.

"Aku yang mendengar sendiri teriakan nya." Sahut Mark.

"Jika kalian berdebat, masalah ini tidak akan selesai." Ujar Jisung dengan segala kebijaksanaannya.

Renjun nampak mengiyakan ucapan Jisung. Ia harus mengakui Jisung hari ini sangat bijak. Memang didikan Lai Renjun tidak perlu di ragukan.

.
.
.

Renjun mengawasi rumah Hyunjin lewat balkon rumahnya. Seperti yang ia duga bahwa rumah Hyunjin itu aneh. Bahkan sekarang terdengar teriakan dari Chenle. Teriakan yang menyakitkan. Mengiris hati Renjun seketika. Ingin memeluk tubuh rengkuh itu yang berbalut penderitaan.

"Papa. Hikss sakit pa!!"

"Papa. Mark siapa pa?! Jiji siapa?!"

Renjun menutup matanya. Menikmati setiap teriakan kesakitan dari anak sahabat nya. Pergi dan berlari hal yang ia inginkan.

"Sudah. Aku tidak kuat."

Renjun pergi dari balkon itu lalu ke kamar nya. Mencari kekasih hatinya. Hanya Guanlin yang bisa mengobati rasa sakitnya.

"Hai sayang."

Renjun langsung mengambil laptop di pangkuan Guanlin. Lalu memeluk suaminya. Ia ingin cuddle. Mereka sudah lama tidak bermesraan.

"Lin! Gue mau cuddle."

"Tapi say_"

"Mau cuddle atau mau cerai?"

"Oke cuddle."

Renjun mengeratkan pelukannya. Di sisi lain Guanlin hanya bisa menghela nafas. Proyek yang ia kerjakan begitu penting namun istrinya lebih penting. Tidak apa kehilangan proyek nya, asal tidak kehilangan Renjun nya.

Jika di tanya bagaimana pertemuan mereka maka jawabannya cukup singkat. Pertemuan mereka bagi Renjun sangat memalukan, tapi bagi Guanlin sangat mengharukan.

Flashback on.

Guanlin pagi ini sedang lari pagi. Ia masih baru pindahan beberapa waktu di China. Saat sedang berlari ada satu obyek yang membuatnya terpaku, yaitu lelaki manis yang sedang meneriaki anjing tentangga.

"Gukk gukk gukk.." Ucap Renjun.

"Guk guk guk guk guk." Anjing itu tidak lupa membalas sengit suara Renjun.

"Guk gukkkk guk gukkk guk guk guk guk!"

"Gukkkkkk guk guk."

Guanlin hanya bisa tertawa saat mendengarkan perdebatan anjing dan tentangnya. Saat itu Renjun belum sadar saja bahwa Guanlin di belakang nya.

Renjun melepaskan sendal nya, ia berniat melemparkan ke anjing tetangga nya. Namun sayang sendal itu terhuyung ke belakang, dan mengenai kepala Guanlin. Pemuda berdarah China itu berlari ke arah Guanlin.

"Maaf, saya tidak sengaja."

"Gakpapa. Aku kira kamu nggak bisa bahasa manusia."

Renjun ingin meledak saat ini juga. Apa ia di kira bukan manusia. Oh iya, ia baru saja berdebat dengan anjing tetangga.

"Aku manusia kok, gatau kalau kamu."

"Tapi pinter banget bahasa anjing, sodaraan sama anjing ya?"

Renjun mendorong Guanlin. Ia tak terima di bilang saudara anjing.

Tapi di lain pihak Guanlin ingin bercanda, eh malah di dorong. Tidak lupa satu kakinya terjatuh di got yang cukup bau.

Flashback off.

.
.
.

TBC

Pengen up abis lebaran. Tapi jari tidak tahan.

Ada kabar baik untuk penumpang kapal noHyuck. Aku lagi garap buat cerita NoHyuck.

Posesif Daddy (2) || MarkChan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang