6

4.3K 364 37
                                    

Maaf banyak typo:(
.
.
.

Lami mendekati Haechan yang nampak termenung di balkon kamar anaknya. Chenle sekarang sedang di bawah untuk belajar.

"Chan."

Haechan menengok ke sumber suara.

"Lami. Kenapa?"

"Apa kamu ingin pergi?"

Haechan mengangguk namun ia tak tahu caranya, apalagi dengan kondisi Chenle. Ia harus berpikir keras.

"Usaha ku akan sia-sia."

"Usaha apa , Lam?"

"Biasa bisnis. Aku sedang berfikir soal bisnis ku. Kau tahu sendiri kan sekarang pasar bisnis bagaimana, oh ini sangat memusingkan."

Haechan nampak mengerti apa yang di ucapkan Lami. Ia tahu memang bisnis sangat memusingkan, oleh karena itu meminta Mark adalah bisnis yang ter mudah. Tinggal bilang ’hyung, mau berlian itu.’

Haechan jadi teringat dengan barang barangnya. Huh ia jadi ingin pulang kan.

"Papa!!"

Chenle berlari ke arah Haechan. Setelah menyelesaikan sekolahnya.

"Sayang kemarilah."

"Papa, siapa nuna itu?" Chenle menunjuk ke arah Lami.

"Itu Lami nuna sayang, teman Papa waktu sekolah."

Chenle nampak mengangguk lucu.

.
.
.

Jisung membolak balikan berkas berkas kerjanya. Ia hari ini harus bekerja ekstra demi perusahaan daddy nya.

Dengan menatap foto Papa dan Kakanya, ia cukup bahagia. Kupu kupu hingga di perut nya saat memikirkan hal yang menyenangkan, bersama Haechan dan Chenle pasti nya.

"Jika kalian masih ada, pasti kehidupan ku akan berwarna." Jisung bergumam pada bingkai foto di depannya.

Tok.. Tok..

"Masuk."

Seseorang yang di ketahui sekretaris pribadi nya memasuki ruang kerjanya.

"Bos. Ada tamu."

"Siapa?"

"Tuan Renjun. "

"Suruh Papa injun segera masuk, dan bawakan secangkir teh serta cemilan. "

Renjun segera memasuki ruangan Jisung. Ia melihat Jisung yang masih terduduk di kursi kerjanya.

"Seperti sugar daddy, kau Jisung."

Jisung hanya terkekeh.

"Benar Pa, aku akan menjadi daddy. Jika Lele kembali, aku akan menikahinya."

"Sok sok an mau jadi daddy, cebok yang bener dulu."

"Papa meragukan anakmu ini? Setelah Lele kembali dan menikah, lalu ia akan hamil. Lalu aku akan jadi hot daddy."

"Hey bangun, kau bukan hidup di wattpad, ini dunia nyata. Kebanyakan halu."

Jisung nampak merengut tak suka.

"Jadi Papa, ada perlu apa?"

"Aku akan ke Korea."

"Untuk apa?"

"Jelas mencari Chenle, kau kira ngapain? Nanem padi begitu anak nakal?"

Jisung hanya cegigisan. Ia senang bisa berbicara dengan salah satu Papa nya, hingga lupa mempersilahkan Papa nya duduk. Untung urat malu Renjun putus, jadi ia duduk tanpa di suruh.

.
.
.

Renjun telah menapakkan kakinya di tanah Korea. Ia ke Korea bersama suami tampannya, Guanlin.

"Sayang. Berhenti menjadi detektif."

Renjun menatap horor Guanlin.

"Kau diam, atau ku remukan semua tulangmu. "

Guanlin bisa apa. Ia sudah cinta mati,walau patah tulang tak kan menghilangkan cintanya. Buktinya beberapa bulan lalu ia hampir mati di lempar Renjun dari tangga rumahnya saat bertengkar. Tapi sekarang tetap saja tidak mau lepas.

Renjun sudah membeli rumah, ralat Guanlin yang membeli. Rumahnya di salah satu kawasan elit yang tidak padat penduduk karena ia butuh ketenangan saat bekerja.

Guanlin melajukan mobilnya, dan lalu bertatap muka dengan salah satu tetangganya. Soal mobil, Guanlin sudah membeli, dan orang suruhan nya yang membawa ke bandara. Guanlin pernah tinggal di Korea jadi ia tidak akan nyasar.

"Kau mengenal nya?"

Lamunan Guanlin buyar saat suara sang istri menyapu salah satu indra nya.

"Tidak terlalu. Yang ku tahu ia dokter operasi plastik, ia sangat jenius, dan."

"Dan apa?!" Renjun menaikkan nada suaranya.

"Kita sudah sampai, sayang."

Renjun menatap halaman luas yang cukup asri. Berisi banyak bunga bunga indah, namun tak seindah kehidupannya.

Guanlin menggandeng tangan istri cantiknya.

Dari kejauhan pemuda manis itu menatap tetangga barunya. Senyum nta merekah indah, mata ungunya berbinar senang.

"Papa, sedang apa di balkon?"

Pemuda itu menengok dan menemukan, anak keduanya.

"Sedang menyaksikan sesuatu, kenapa kamu kemari?"

Chenle nampak meregut tak suka. Apa harus ada alasan untuk dekat dengan Papa nya.

"Lele pengen es krim, pengen jalan jalan juga."

Haechan hanya bisa menganggapi dengan senyuman.

"Nanti bilang sama Hyunjin Ahjussi."

"Papa, dia itu daddy Hyunjin. Papa harus manggil dia daddy!"

Haechan nampak tak suka, karena panggilan itu yang pantas hanya Mark. Tidak ada orang lain yang boleh di panggil daddy, lewat mulutnya kecuali Mark.

.
.
.

Lami memasuki salah satu ruangan di rumah sakit, yang tertulis di pintunya  "Dokter Psikiater Liu Yan Yang"

"Sore, Dok."

"Lami, duduklah."

Lami segera mendudukan dirinya dan melanjutkan perbincangan.

"Lama tidak berjumpa, Dok."

"Semenjak kau sembuh, jadi sepi ruangan ku."

Aku tidak sembuh, hanya berakting. Batin salah satu.

Aku tahu, kau tidak sembuh. Entah apa yang kau perbuat Lami. Batin Yang Yang

.
.
.

TBC

Posesif Daddy (2) || MarkChan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang