08. Untuk Siapa?

316 78 48
                                    

Hay, semua! Apa kabar? Aku harap kalian semua baik-baik saja, author mau minta maaf yah karena ceritanya telat up karena hp author rusak ... dan rusaknya tuh mendadak banget jadi gak bisa ngabarin ditambah lagi pas banget mau awal Ramadan maklum hp author kentang ...(

Aku juga mau ucapin terima kasih karena udah setia sama cerita ini dan gak ngehapus dari readinglist kalian ... thank you♡

Sekarang ...

happy reading♡

_______________

Zeline mengacak-ngacak lemari pakaian Liam, siapa tahu ada baju yang cocok untuk di pakai hari ini, tiba-tiba sesuatu menarik perhatian Zeline, warna kesukaannya lalu dia menarik benda itu dan matanya berbinar.

"Wah, bagus banget!" seru Zeline dia mengibas-ngibas boxer milik Liam. "Ih, lucu angry bird gambarnya."

Ternyata laki-laki punya selera masing-masing, contohnya saja Liam dengan warna pink dan berkarater angry bird. Setelah beberapa menit akhirnya dia menemukan pakaian yang bagus sesuai dengan kesukaan Zeline yaitu cowok bergaya oversized clothes dan kebetulan sekali Liam memiliki pakaian itu.

Setelah semuanya siap Zeline keluar indekos dan pergi ke warteg yang berada di sebrang indekos, seperti para penghuni lain mereka selalu makan di sana, karena di kamar Zeline tidak ada dapur.

"Hey, Bro!" teriak seseorang ketika Zeline masuk ke warteq, Zeline bergeming dan sedikit mengulum senyum takut salah karena dia tidak tahu mereka siapa, tetapi melihat Rendi bergabung membuat Zeline yakin pasti itu teman-temannya Liam.

Setelah memesan beberapa makanan seseorang itu memanggil kata 'Liam' untuk mengajak bergabung. Tentu saja Zeline tidak menolak, lalu dia duduk di kursi dekat Rendi.

"Liam tumben lo bangun pagi?" tanya orang itu yang tadi memanggilnya.

"Eum, ya, karna gue lapar jadi gue cepet bangun," ucap Zeline terbata-bata.

"Baguslah, tingkatkan lagi. Lo harus keluar dari zona nyaman, jangan manja lagi anak mami!" celetuk Rendi lalu menepuk pundak Liam.

"Emang lo udah punya pekerjaan?" tanya orang itu lagi.

"Belum," jawab Zeline singkat dia amat canggung dengan kedua pria ini, secara Zeline jarang bergaul dengan laki-laki kecuali teman sekelasnya.

"Gue liat lo makin beda Liam, bersih banget sekarang," ucap orang itu yang masih tidak diketahui namanya.

"Masa sih--" ucapan Zeline terpotong karena pesanannya sudah dihidangkan, lalu tanpa melanjutkan bicaranya dia segera melahap makanan itu.

Zeline berhenti menyuapkan rendang di sendoknya dan beralih menatap kedua teman Liam yang sedari tadi melihatnya makan. Zeline mengernyit. "Apa? Kenapa lo liatin gue?"

"Kenapa lo makan kayak cewek?" tanya Rendi.

***

Setelah beberapa jam Liam sekolah akhirnya waktu yang telah dia nantikan datang juga, nasib memang tidak mendukungnya sudah sekolah bertahun-tahun bahkan sudah ke tahap lulus masih saja sekolah lagi bahkan kembali ke tingkat SMA. Untung saja Liam masih ingat pelajaran semasa SMA ... walau sedikit.

Ketika di pintu gerbang seseorang menarik tangannya. "Kenapa lo gak hilang aja, Sih!" Teriak Liam pada orang yang menariknya yang ternyata itu Aydan.

"Lo mau gue hilang?" tanya Aydan.

Liam merutuki diri, mulut Zeline benar-benar tidak bisa diajak kompromi. "Gak,  ma-maksudnya ... kirain lo itu orang yang mau nyulik gue." Liam tersenyum kikuk.

"Ayo ikut gue." Aydan menarik Liam lagi.

"Ke mana? Rumah gue deket tinggal jalan beberapa langkah udah nyampe," ucap Liam berusaha menghindar agar iman-nya tidak meleset.

Aydan menatap Liam lekat. "Kenapa sekarang lo banyak ngehindar dari gue?"

"Ga-gak siapa yang ngehindar?" tanya Liam yang nampak gugup dengan tatapan Aydan.

"Tadi aja lo cuek pas gue di lapang basket biasanya lo suka ngasih gue minum,  dan sekarang lo menghindar dari gue? Apa jangan-jangan lo selingkuh dari gue?" tanya Aydan semakin memojokkan Liam.

"Aduh gusti!" batin Liam menjerit.

"Enggak gue ada urusan jadi gak ada waktu buat ketemu lo!" tutur Liam.

"Oke, ikut gue sekarang!" Aydan menarik Liam dan menyuruhnya naik ke motor sport-nya entah ke mana Aydan akan membawanya.

Setelah beberapa lama Aydan menghentikan motornya di sebuah mall, lalu Liam melihat sebuah kafe yang menampilkan sebuah papan pengumuman. Tidak lama Liam langsung merogoh ponselnya dan mengetikkan sesuatu.

"Ayo cepetan!" teriak Aydan sehingga Liam menghentikan aktifitasnya.

"Iya, iya gak sabaran banget ni cowok," gerutu Liam lalu mengikuti Aydan dari belakang.

***

"Apa di sini tempatnya," ucap Zeline setelah mendapat pesan dan sherlock dari Liam bahwa di sini ada lowongan pekerjaan. Ternyata benar terdapat papan pengumuman bertuliskan 'loker'.

"Alhamdulilah, kalau kerjaan kayak gini mungkin gue bisa," gumam Zeline lalu masuk ke cafe itu.

Setelah beberapa saat akhirnya dia sudah mendapat pekerjaan walaupun sebelumnya banyak hal yang ditanyakan pada Zeline yang sangat disayangkan mengingat lulusan yang Liam punya, tetapi akhirnya Zeline bisa meyakinkan HRD di sana dan Zeline bisa bekerja mulai sekarang.

***

Liam memeluk sebuah boneka teddy bear berwarna pink yang sedang memegang bantal Love bertuliskan 'I Love You' di depannya, Liam pikir pasti ini untuknya mengingat dirinya adalah pacarnya Aydan ... maksudnya Zeline.

"Menurut lo bagus gak?" tanya Aydan.

"Bagus, lucu," balas Liam singkat. "Ini buat gue, 'kan?" Liam memastikan.

"Bukan." Aydan singkat.

Liam tertegun salah besar dugaannya. "Hah? Lalu buat siapa? Masa iya buat lo sendiri."

Aydan menatap Liam. "Buat orang special."

Liam hanya ber'oh' ria mungkin ini buat adiknya atau ibunya jadi menghadiahkan ini untuk orang special.

"Terus kenapa lo bawa gue?" tanya Liam.

"Biar gue tahu, selera cewek kayak gimana. Jadi gue bawa lo." Aydan memberi uang cash pada kasir.

Hanya segitu, gak ada niat gitu buat neraktir? Pikir Liam bertanya-tanya, apa memang Aydan itu bakhil jadi dia sayang uangnya dibanding Zeline. Liam terus membatin dengan banyak pertanyaan.

Setelah Aydan beres berbelanja, Liam keluar sembari kesusahan membawa boneka jumbo ini lalu dia melirik ke arah cafe yang membuka lowongan pekerjaan, dia berharap ada Zeline di sana. Ternyata benar Zeline sedang men-dusting meja.

Tak lama Zeline melihat ke luar jendela dan melihat Liam bersama Aydan, yang membuatnya senang adalah boneka yang sedang dipegang oleh Liam, dia mengira Aydan memberi boneka itu  yang artinya Aydan masih menyayanginya walaupun jiwa Zeline tidak ada di sana. Liam memberi kode sebuah jempol pada Zeline, lalu Zeline membalas dengan senyuman lebar.


TBC
____

Krisannya yah ...
Komen yang baik

Dengan menekan ☆ akan membuat penulis bahagia

Salam,

Ayra M

Cermin TerbalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang