18. Andaikan Ada Tombol Pause

217 56 0
                                    

Hay, ketemu lagi sama aku, alhamdulilah Cermin Terbalik update lagi, semoga kalian suka dengan part ini ... mohon maaf kalau ada typo atau gak nyambung.

Kasih aku krisar yah komen bawel juga, love you all ♡

Happy Reading ...

_________

Matahari sangat terik walaupun beberapa menit yang lalu hujan rintik-rintik, tetapi beruntung bagi sekomplotan pemuda di dalam bangunan megah dan sakral yang biasa disebut masjid. Tetapi di antara mereka ada yang semangat mendengarkan khutbah, ada juga yang malah bermain seperti biasa anak-anak kecil.

Bahkan ada juga yang terkantuk-kantuk karena lama menyimak khutbah termasuk Zeline, selama hampir satu bulan ini dia sudah mulai terbiasa dengan tubuh ini. Sepertinya Zeline sudah betah menjadi laki-laki.

Sejujurnya Zeline tidak mau sholat jum'at yang biasanya dilakukan para laki-laki mukmin, hanya saja setelah melihat kartu tanda penduduk Liam tertera bahwa dirinya beragama muslim, maka tentu saja Zeline harus melakukan kewajiban itu walau terasa sangat aneh.

Setelah selesai jum'atan akhirnya semua orang berduyun-duyun keluar masjid, ketika Zeline berniat membawa sendal tiba-tiba seseorang menepuk pundak Zeline.

"Hey, apa kabar, Bro!" serunya.

Zeline berbalik menatap pria dewasa itu, selama ini Zeline masih tidak mengetahui nama pria itu yang Zeline kira adalah temannya Liam.

"Eh, Alhamdulillah baik," ucap Zeline canggung.

"Gue mau ngasih ini, kebetulan kita ketemu. Tadinya mau langsung ke kos-an lo." Pria itu menyodorkan surat, lalu Zeline menerimanya.

Melihat nama yang tertera di surat undangan itu ia baru mengetahui kalau namanya adalah Angga, pantas saja akhir-akhir ini dia tidak terlihat ternyata dia mempersiapkan diri untuk pernikahannya.

"Lo mau nikah?" tanya Zeline.

"Yoi, gak mungkinlah gue jomlo seumur hidup." Angga terkekeh. "Lo sendiri kapan nikah?"

Zeline terpegun, dia tidak bisa memikirkan itu saat ini yang dia pikirkan adalah cara untuk kembali ke tubuh aslinya. "Nanti aja, kalau gitu selamat ya, Ang-Angga ... gue bakalan dateng, tenang aja."

"Oke, gue harap lo bawa cewek pas kenikahan gue. Gue gak mau lo kepanasan liat temen lo pada bawa pasangan." Angga menyenggol lengan Zeline sembari tertawa.

"Apaan lo, biasa aja!" timpal Zeline.

"Ahah, okelah kalau gitu gue duluan ... ada urusan penting." Sebelum pergi Angga menepuk bahu Zeline.

Zeline tersenyum samar, lalu membawa sandal yang disembunyikan dalam kardus yang sengaja dia bawa dari indekos. Dia tidak mau lagi mendapatkan kasus hilangnya sandal atau tertukar yang asalnya sendal mahal, masih bagus menjadi sendal yang sudah kusam yang terdapat gambar telapak kaki.

***

"Liam!"

Terlihat Linda dari pintu belakang kantor sedang melambai-lambai pada Zeline. Semenjak Zeline mengantar pulang Linda satu bulan yang lalu, sifatnya mulai berubah dia semakin baik dan bahkan tidak lagi menghina Zeline. Entahlah apa yang merasuki Linda.

Sekarang saja mungkin Linda akan memberi Zeline makan lagi tentu dengan paksaan darinya walaupun Zeline sudah menolaknya, tetapi agar Linda tidak merasa sedih dengan terpaksa Zeline harus menerima itu.

"Mulai besok lo jangan bawa makanan lagi," ucap Zeline setelah menerima kotak makan Linda.

"Kenapa? Anggap aja ini ucapan terima kasih karena lo udah bantu gue," ujar Linda.

Cermin TerbalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang