12. Percakapan Untuk Memecahkan

256 60 19
                                    

Zeline monda randir di depan gerbang SMA Cakraswara dan terus menempelkan ponselnya di telinga. "Cepet angkat!" Zeline risau.

Tak lama teleponnya tersambung. "Apaan?" tanya Liam di sebrang sana.

"Lama banget sih, ngangkatnya!" Zeline protes.

"Iya, sorry gue tadi ada insiden," balas Liam.

"Cepet ke luar gue mau ngomong."

"Iya, iya gue ke luar." Telepon di matikan sepihak oleh Liam.

Tak lama Liam pun keluar dari sekolah dan telah mendapati Zeline yang duduk di motor kesayangannya.

"Apaan?" tanya Liam.

"Ikut gue dulu," ajak Zeline lalu menyalakan mesin motor matic-nya.

Mereka pun pergi ke suatu tempat hingga mereka berhenti di rumah Zeline.

"Ngapain lo nganter gue pake motor, tinggal jalan kaki beberapa langkah juga udah nyampe," ujar Liam.

"Lo mau gue tinggalin motor lo, di sisi jalan?" timpal Zeline.

"Iya juga, Sih." Liam menggaruk kepalanya. "Terus lo mau ngomong apa?"

Zeline menghembuskan nafas. "Gue pengen ketemu bi Minar, gue kangen masakannya," lirihnya.

"Kangen bi Minar? Emang lo gak kangen sama bokap nyokap lo?" tanya Liam. "Eh, tapi ngomong-ngomong ke mana mereka, gue belum pernah liat ortu lo di rumah."

Zeline menghembuskan nafas berat. "Kangen. Tapi sekarang bokap gue ada di London, ada urusan bisnis, sedangkan nyokap gue ... udah lama meninggal." Zeline menunduk dan murung.

Liam tertegun, sudah sejak lama dia ingin menanyakan hal ini ternyata itu sebenarnya cerita hidup Zeline yang lumayan rumit. "Sorry gue gak tahu." Liam mengusap punggung Zeline.

"Oke, ayo masuk," ajak Liam.

"Ke mana?" tanya Zeline.

"Ke hatimu ..." Liam terkekeh.

"Apaan sih!"

"Ya, ke rumahlah. Katanya lo kangen masakan bi Minar."

"Emang boleh?" tanya Zeline ragu pasalnya saat ini dia menjadi laki-laki takut jika tidak diizinkan masuk.

"Bolehlah, 'kan ini rumah lo."

"Oke kalau gitu," putus Zeline lalu memarkirkan motor dan menyimpannya di depan pos satpam.

***

Rasanya senang sekali memasuki rumah mewah dan besar ini. Zeline sangat rindu dengan rumahnya yang sepi ini, tiba-tiba datang seorang wanita paruh baya menghampiri Liam. Itu bibi Minar, seperti biasanya setiap Zeline pulang hanya bi Minar yang selalu menyambutnya, ternyata hingga sekarang hal itu tidak berubah.

"Bi, siapin makanan dong, ada temen aku, Nih." Liam menunjuk Zeline.

"Eh, Non udah pulang, iya tenang bibi langsung siapin." Bi Minar langsung pergi ke dapur.

Zeline rasanya ingin memeluk bi Minar, dia rindu seperti kepada ibunya sendiri. Sudah lama dia tidak mendapat perlakuan dari bi Minar. Lalu Liam menuntun Zeline ke ruang makan dan memberi kode untuk duduk.

"Lo seneng gak?" tanya Liam.

Zeline tersenyum dan mengangguk pelan sebagai jawaban. Sekejap Liam kagum dengan Zeline. "Ternyata gue ganteng juga senyum kayak gitu," batin Liam.

Hening melanda mereka berdua.

"Gue mau ngomong!" ucap keduanya secara bersamaan.

"Lo duluan!" putus Zeline.

Cermin TerbalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang