15. Seperti Rahasia

229 51 1
                                    

Zeline menunggu di depan SMA Cakraswara, dia diminta untuk menjemput Liam. Entah apa alasannya, biasanya Liam selalu jalan kaki setiap ke sekolah pulang pergi karena jaraknya yang tidak jauh.

Sebenarnya niat tidak niat Zeline menjemput Liam, saat ini dia sedang lelah dan pusing tentang masalah pekerjaan yang sampai sekarang masih belum mendapatkan pekerjaan walaupun bertitel sarjana. Bukan, bukan gelar yang salah tapi pengetahuan, Zeline kurang pengetahun untuk siap kerja dia tidak memiliki skill.

Tetapi terkadang banyak orang yang bisa bekerja bahkan menjadi jutawan hanya dengan lulusan SD/SMP, kenapa? Karena mereka memeliki semangat dan kesungguhan. Mereka memiliki ambisi untuk menggapai cita-citanya. Jadi jangan melihat gelar yang mereka dapat tapi lihat semangat dan kemauannya.

Zeline selalu ingat petuah itu, karna dia yakin datangnya petuah itu pasti akan sangat bermanfaat dikemudian hari. Terbukti sekarang Zeline harus melakukan itu secara langsung.

"Duarr!!" teriak Liam dari belakang.

"Aduh!! Monyet budug!" Zeline latah. "Apaan sih! Lo ngagetin aja!"

Liam terkekeh. "Lagian sih, lo dari tadi ngelamun terus, kenapa?"

"Cari kerjalah, katanya lo mau bantu gue!" cecar Zeline.

"Kapan gue mau cari kerja, setiap hari gue sekolah," balas Liam.

Zeline menghela nafas. "Sekarang lo mau apa nyuruh gue jemput?"

"Oh, iya gue mau nanya." Liam berkacak pinggang. "Lo punya musuh? Maksud gue lo sebelumnya, pernah musuhan sama temen lo?"

Zeline menatap langit berusaha mengingat-ngingat. "Nggak, gue gak lagi musuhan sama siapapun."

"Yang bener?"

"Iya, bener. Emang kenapa?"

"Gini, gue--" ucapan Liam terpotong karena seseorang menariknya.

"Oh, jadi ini alesan lo mutusin gue. Lo selingkuh, Hah!" teriak Aydan.

"Apaan sih lo!" Liam menghempas cekalan Aydan.

"Lo berani selingkuh di belakang gue, lo bakal kena akibatnya!" berang Aydan.

"Apa urusan lo? Kita udah putus!" tegas Liam.

Aydan menyeringai. "Gue belum ngomong setuju. Jadi lo masih pacar gue."

"Apa? Kenapa? Lo juga pasti mau kita putus 'kan," imbuh Liam.

Zeline hanya dia menonton konflik antara mereka berdua, sejujurnya Zeline takut terjadi sesuatu. Entah apa yang akan Liam lakukan.

"Kapan gue ngomong, Hm?" Aydan menarik Liam. "Ikut gue!"

Liam berusaha berontak. Namun, cekalan Aydan sangat kuat.

"Lepasin dia!" Zeline menjadi penengah dan melepas genggaman Aydan dari tangan Liam. Zeline bingung ingin membela siapa dua orang ini sangat penting dalam hidupnya. "Jangan kasar sama cewek."

Aydan menatap Zeline dari atas sampai bawah, lalu menatap Liam lagi. "Lo dibayar berapa, Hm? Saking bangkrutnya lo sampai diboking sama om-om."

"Diam lo!" teriak Liam.

Aydan tertawa. "Ternyata buah jatuh gak jauh dari pohonnya, ternyata anaknya juga sama aja!"

Zeline mengepalkan tangan, dia merasa tersindir dengan perkataan Aydan seolah-olah dia menunjuk-nunjuk orang tuanya. Tetapi sayang sekali Zeline tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.

Liam menatap tajam Aydan. "Apa maksud lo, Hah!"

"Apa perlu gue kasih tahu?" Aydan menaikkan sebelah alisnya.

Cermin TerbalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang