26. Perpisahan

205 43 19
                                    

JANGAN LUPA KRISAN 😊

Orang lain mengatakan dimana ada pertemuan di situ ada perpisahan, tetapi aku berharap setelah perpisahan itu akan ada pertemuan lagi tanpa ada perpisahan, hanya bersamamu---Cermin Terbalik

___________________

Liam memasuki halaman rumah Zeline terlihat bi Minar sedang menyiram tanaman, tanpa ragu Liam menanyakan keberadaan orang rumah. Liam sama sekali tidak canggung pada bi Minar karena Liam lumayan akrab bersamanya walaupun pada saat itu Liam berada di tubuh Zeline.

"Permisi Bi," ucap Liam pada bi Minar.

"Eh, Den yang waktu itu ya? Ada perlu apa?" tanya bi Minar ramah.

"Apa om Herdy ada?"

"Tuan Herdy gak ada. lagi ke kantor, tapi den Zeyn ada di rumah sama non Zeline," ungkap bi Minar.

"Oh, kalau gitu saya mau ketemu sama kak Zeyn."

"Oh, iya iya silahkan masuk dulu, bibi panggilin dulu den Zeyn-nya." Bi Minar mempersilahkan Liam masuk dan langsung naik ke lantai dua untuk memberitahu Zeyn.

Setelah beberapa menit Zeyn turun, lalu bersalaman dengan Liam, lalu duduk di sofa bed. "Udah rapi aja nih, mau kemana?" tanya Zeyn.

"Gini Kak, saya mau ngajak Zeline ke kondangan temen saya. Apa boleh?" Liam to the point.

"Ke kondangan? Yang bener? Gak di bawa kemana-mana lagi 'kan?" berondong Zeyn.

"Gaklah Kak mau bawa kemana lagi, saya gak bakalan macem-macem, kok."

Zeyn terdiam dan menatap Liam dari atas sampai bawah, memastikan jika Liam tidak berniat buruk pada adik kesayangannya.

"Oke, saya izinkan. Tapi ada satu syarat." Zeyn melipat tangan di dada.

"Apa Kak?"

"Kamu harus jagain adik saya, jangan buat dia nangis," tutur Zeyn.

"Iya, Kak saya bakal jagain." Liam yakin.

"Bi panggilin Zeline!" titah Liam pada bi minar.

Bi Minar menurut dan segera naik lagi ke atas untuk memanggil Zeline. Tak lama Zeline turun dengan memakai dress brukat selutut berwarna hitam terlihat elegan karena jarang-jarang Zeline memakai pakaian berwarna gelap.

Liam menatap Zeline penuh ke kaguman, entah kebetulan atau tidak pakaian mereka warnanya  sama persis, Liam yang memakai kemeja hitam dengan tangan yang dilipat menambah ketampanannya.

"Kak Zeyn ... boleh, 'kan?" tanya Zeline ragu-ragu setelah berhadapan dengan Zeyn.

Zeyn merangkul Zeline. "Ternyata adik kakak udah besar, yah."

Zeline terkekeh merasa jengah.

"Ya, sudah sana pergi nanti keburu selesai kondangannya," titah Zeyn.

"Makasih Kak, aku pamit yah. Assalamu'alaikum ..." Zeline segera mencium tangan Zeyn.

"Saya pamit, Kak. Assalamu'alaikum." Liam pun ikut mencium tangan Zeyn.

"Iya, awas hati-hati," ucap Zeyn kala melihat mereka berdua keluar dari pintu.

***

"Kak, apa gak terlalu sepi ke sananya soalnya, 'kan udah mau sore," ucap Zeline setelah turun dari motor.

"Gak gue udah janjian sama temen-temen jadi gak bakal terlalu sepi," balas Liam.

"Oh, gitu terus kita nunggu mereka?"

Cermin TerbalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang