Bulan Madu

1.9K 148 4
                                    

Kirana terlihat begitu gelisah. Kini dirinya sudah berbaring dia atas ranjang, di tengah kamar yang memang sudah dibuat gelap karena baik dirinya maupun Kaivan sama-sama tidak bisa tidur saat kamar dalam keadaan terang. Namun, kali in Kirana merasa begitu gelisah, mengingat dirinya harus berbagi ranjang dengan Kaivan. Sebenarnya, ini bukan kali pertama mereka berbagi ranjang atau tidur bersama. Sebelumnya, keduanya selalu tidur bersama. Hanya saja, hari ini terasa sangat berbeda.

Selain karena mereka tengah dalam masa bulan madu, Kirana juga masih terkena efek pembicaraannya dengan Kaivan tadi pagi. Kaivan berhasil menyentuh hati Kirana dengan perkataannya yang tulus. Kaivan benar-benar menganggapnya sebagai seorang istri dan memperlakukannya selayaknya seorang istri yang sesungguhnya. Kirana sendiri sadar bahwa Kaivan tidak hanya berkata-kata saja. Apa yang ia katakan memang benar adanya. Karena selama ini dirinya mendapatkan perlakuan penuh perhatian dan lembut dari Kaivan.

Saat mendengar suara gemericik air dari kamar mandi sudah berhenti, Kirana segera berbalik. Kini posisi berbaringnya menjadi menyamping, dan Kirana berusaha untuk memejamkan matanya, berpura-pura dirinya telah tidur. Karena Kirana enggan untuk kembali berhadapan dengan Kaivan, dengan situasi hati yang tengah sangat tidak stabil ini. Namun begitu Kaivan naik ke atas ranjang, dan berbaring, Kirana semakin tidak bisa tenang. Hal itu terjadi karena aroma sampho yang segar dari Kaivan menguar dan memenuhi paru-paru Kirana, lalu memacu jantung Kirana agar berdetak lebih kuat daripada sebelumnya.

Tiba-tiba, Kaivan bertanya, "Kau juga tidak bisa tidur, bukan?"

Kirana tahu jika itu pertanyaan yang ditujukan padanya, tetapi Kirana sama sekali tidak memberikan respons. Hal yang membuat Kaivan bergerak mengubah posisi berbaringnya dan menatap punggung mungil Kirana. Kaivan mengulurkan tangannya dan menyentuh punggung Kirana, membuat Kirana berjengit lalu bangkit dari posisinya. "Apa yang kau lakukan?" tanya Kirana dengan nada tinggi pada Kaivan yang ternyata kini berbaring dengan posisi salah satu tangannya menyangga kepalanya.

Kaivan terlihat begitu santai, berbeda dengan Kirana yang terlihat begitu gugup, dan menggunakan kemarahan sebagai tameng menutupi kegelisahannya. Kaivan mengulum senyum dan memainkan helaian rambut Kirana yang terurai begitu saja. "Aku hanya menyentuh punggung istriku," ucap Kaivan lembut.

"Jangan berbicara dengan nada seperti itu," ucap Kirana memberikan peringatan keras.

Sayangnya, Kaivan jelas tidak akan menuruti apa yang diinginkan oleh Kirana. Pria itu tiba-tiba sudah duduk di hadapan sang istri dan menangkup wajah Kirana dengan salah satu tangannya. "Aku tidak akan memaksamu untuk memberikan hak diriku, sebagai seorang suami. Tapi, izinkan aku untuk mencium dirimu. Jika kau tetap tidak merasa nyaman, dan tidak ingin melanjutkannya, maka aku tidak akan melanjutkannya."

Sebelum Kirana mengatakan apa pun, Kaivan sudah lebih dulu mendekat dan menempelkan bibir mereka. Ciuman pertama yang tidak pernah Kirana duga-duga, dan membuat jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Kaivan lalu mulai menyusupkan lidahnya dan memperdalam ciuman mereka. Itu terasa sangat aneh bagi Kirana yang baru pertama kali merasakan hal seperti itu. Namun, tubuh Kirana sama sekali tidak bisa bergerak untuk mendorong Kaivan menjauh darinya. Seakan-akan ada mantra yang membuat Kirana terlarut dalam suasana yang sangat berbahaya tersebut.

Ciuman tersebut semakin dalam dan menggebu, hingga tanpa sadar kini Kirana sudah berbaring di bawah tindihan Kaivan. Pakaian yang keduanya kenakan sudah menghilang entah ke mana, lalu Kaivan tersenyum lembut dan mencium kening Kirana dengan penuh kasih sebelum berbisik, "Aku akan melakukannya dengan perlahan. Percayalah padaku." Lalu sesaat kemudian Kirana pun sadar, jika apa yang sudah ia lakukan, membuatnya akan semakin sulit terlepas dari Kaivan. Kesalahan fatal bagi Kirana karena larut dalam godaan surgawi yang diberikan oleh Kaivan.

Bukan Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang