Keysa

1.4K 175 38
                                    

Kirana tampak duduk dengan gugup di kursi sebuah kafe yang cukup tertutup. Kirana kembali menghela napas saat dirinya berusaha untuk meredakan rasa gugup yang ia rasakan. Kirana berhasil mendapatkan izin Kaivan untuk ke luar tanpa mendapatkan pengawalan atau pengawasan, dengan alasan bahwa dirinya ingin bertemu serta menghabiskan waktu bersama dengan Tya. Tentu saja, sebelumnya Kirana sudah membuat janji terlebih dahulu dengan Tya. Agar jika nantinya Kaivan memeriksa hal itu, Kirana sudah membuat semuanya sempurna hingga Kaivan tidak bisa mencurugainya.

Kirana meraih ponselnya dan menghubungi Tya. Pada dering pertama, teleponnya sudah diangkat oleh Tya. "Halo, Tya. Maaf janji kita hari ini harus batal."

"Ah begitu, Bu. Iya tidak apa-apa. Tidak perlu meminta maaf, Bu," ucap Tya paham.

Kirana berdeham sebelum berkata, "Terima kasih. Tapi bisakah aku meminta bantuanmu?"

"Tentu saja, Bu. Ibu perlu bantuan apa? Jika saya bisa membantu, saya pasti akan membantu Ibu," ucap Tya tanpa ragu.

Tak lama Kirana pun menjawab, "Jika nanti suamiku atau siapa pun menghubungimu dan menanyakan apakah kau memiliki janji denganku, bisakah kau menjawab jika kau memang memiliki janji denganku?"

Tya tidak segera menjawab, seakan-akan tidak mengerti mengapa Kirana meminta dirinya melakukan hal tersebut. Namun tak lama Tya menjawab, "Baik, Bu. Saya akan melakukannya."

Mendengar hal itu, Kirana pun menghela napas lega. "Terima kasih, Tya. Aku percayakan padamu."

Lalu pembicaraan pun selesai. Kirana mematikan sambungan telepon dan menyesap minuman yang sudah ia pesan untuk meredakan rasa haus yang tiba-tiba menyerang dirinya. Kirana menghela napas untuk kesekian kalinya hingga seseorang bertanya, "Sepertinya janji temu denganku membuatmu merasa sangat gugup?"

Kirana menegang saat tiba-tiba seorang wanita melewatinya dan duduk di hadapannya. Wanita cantik yang semula mengenakan kacamata hitam itu melepaskan kacamatanya dengan anggun dan menatap Kirana tepat pada kedua matanya. Wanita itu tersenyum tipis dan bertanya, "Sepertinya pernikahanmu dengan calon suamiku berjalan dengan lancar. Kau bahagia dengan status pengantin pengganti yang kau sandang?"

Meskipun ini kali pertama Kirana melihat wajah wanita cantik itu, tetapi suara dan auranya sangat Kirana kenali. Dia adalah wanita yang datang bersama dengan Kaivan ke butik saat memesan pakaian untuk acara pernikahan mereka. Dia adalah wanita berinisial K yang melarikan diri di hari pernikahannya dengan Kaivan. Saat melihat wajahnya, Kirana pun sadar mengapa Kaivan sampai tidak ingin membuat orang-orang mengetahui identitasnya. Karena saat itu pula, semua akan takjub dengan kecantikan calon istri Kaivan yang bak seperti boneka hidup.

"Ah, sepertinya aku perlu memperkenalkan diriku lebih dulu. Perkenalkan, aku Keysa calon istri Kaivan sekaligus seorang manager di salah satu agensi model ternama," ucap Keysa dengan nada penuh penekanan ketika memperkenalkan dirinya sebagai calon istri Kaivan, di hadapan istri sah Kaivan saat ini.

"Baik, lalu sekarang apa yang ingin kau bicarakan dengaku, Nona Keysa?" tanya Kirana tidak mau terintimidasi. Walaupun sebenarnya saat ini dirinya memang sudah merasa tidak nyaman. Sangan tidak nyaman hingga dirinya ingin segera meninggalkan tempat tersebut saat itu juga. Namun Kirana tahu jika dirinya tidak bisa melakukannya.

Kirana sudah mengambil keputusan untuk menemui Keysa, dan menuntaskan permasalahan yang memang sudah terlalu berlarut-larut ini. Kirana ingin semuanya menemukan titik terang, hingga ia sendiri tidak perlu hidup dalam kegelisahan yang membuat dirinya tidak nyaman sepanjang hari. Keysa yang mendengar pertanyaan Kirana jelas menyeringai. "Aku hanya ingin memberikan peringatan padamu, untuk tidak terlaru larut dalam peranmu sebagai pengantin pengganti. Karena jika kau terlalu terlarut, pada akhirnya kau yang akan terluka," ucap Keysa dengan nada penuh ejekan.

Bukan Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang